28. Tugas Kelompok

789 33 0
                                    

Delisa, Marisa dan Reno sekarang sedang berada di sebuah cafe untuk mendiskusikan tugas kelompok mereka. Delisa kesal kenapa harus satu kelompok dengan cowok ini. Padahal cukup kemarin saja ia berurusan dengan cowok ini. Hari ini sampai 5 hari ke depan ia harus berurusan dengan cowok ini lagi.

FLASHBACK ON

"Anak-anak ibu akan beri kalian tugas kelompok untuk meneliti." jelas guru biologi itu.

"Tugas apa bu?" tanya salah satu siswa.

"Tugasnya adalah meneliti pertumbuhan jagung selama 5 hari. Kalian akan ibu bikin kelompok untuk mengerjakannya. Satu kelompok berisikan 3 orang." jelas guru itu.

"Baiklah ibu bacakan kelompok pertama, Delisa Mahartika Anggraini, Marisa Clarisa Putri, dan Reno Pradipta." jelas guru itu.

Reno mengangkat tangannya. "Ada apa Reno?" tanya gurunya.

"Bu, masa saya sendiri yang cowok di kelompok." protes Reno.

"Iya, bu masa saya harus satu kelompok dengan cowok nyebelin ini. Gak bisa ditukar bu?" sambung Delisa.

"Kelompoknya sudah ibu atur jadi tidak ada bantahan apalagi minta tukar." jelas gurunya.

Delisa memasang raut muka kecewa dan emosi. Kenapa lagi harus satu kelompok dengan cowok nyebelin itu. Tapi ia tidak boleh melanggar ketentuan yang ada.

FLASHBACK OFF

"Eh, Reno. Bibit jagung yang gue suruh beli udah lo beli kan?" tanya Marisa.

"Gak beli gue, udah ada di rumah gue." sahut Reno.

"Mana coba gue liat." ujar Marisa.

"Nih." ucap Reno sambil memberikan kantong kecil yang berisi biji berwarna hitam. Yang dibawanya adalah biji bunga matahari bukan biji jagung. Hal itu membuat Delisa naik pitam.

"Lo apa-apaan sih. Yang lo bawa tuh biji bunga matahari bukan jagung. Lo gak bisa bedain apa mana yang jagung? Kalo kayak gini kan buang-buang waktu, percuma." omel Delisa panjang lebar.

"Ya, maap. Gue kan kagak tau. Gue ambil-ambil aja punya nyokap gue." ungkap Reno.

"Udah, mending kita beli lagi sebelum makin sore ntar." ujar Marisa.

Mereka pun lalu bergegas ke toko tanaman untuk membeli lagi bibit jagungnya.

***

Mereka telah sampai di toko tanaman. Mata Delisa tertuju pada bunga lavender yang ada di sana. Ia teringat pada Devian yang pernah membelikannya bunga lavender waktu itu. Karena tidak pernah ia rawat, alhasil bunganya layu dan lama-kelamaan mati. Ia tersenyum mengingat itu. Devian, aku kangen kamu. Batin Delisa.

"Udah nih, yok pulang." ujar Reno pada Delisa. Namun Delisa masih termenung memandang bunga lavender itu.

"Woi, Delisa." kata Marisa sedikit berteriak yang langsung membuat Delisa tersadar karena kaget.

"Lo teriak bikin kuping gue panas." protes Delisa.

"Habisnya lo dipanggil gak nyaut." ucap Marisa.

"Inget Devian lagi?" tanya Marisa berbisik.

"Heem." sahut Delisa sambil mengangguk.

"Lo berdua cepetan napa." ujar Reno.

"Iya, yok pulang." sahut Marisa.

***

Mereka kini sedang berada di taman rumah Reno. Memang, taman di rumah Reno sedikit luas. Jadi mereka memutuskan untuk menanam jagung di sana.

"Lo lubangin dulu gih tanahnya." ujar Delisa pada Reno.

"Kok harus gue?" protes Reno.

"Iyalah, kan lo cowok." jawab Delisa.

Reno dengan terpaksa memberi lubang pada tanah itu. Setelah dilubangi, mereka memasukkan bibit jagungnya. Lalu menimbunnya lagi dengan tanah.

"Selesai." ucap mereka serempak.

***

"Tante, kita pulang dulu ya." pamit Delisa pada mama Reno.

"Iya tante, saya pulang dulu. Makasih minumannya." ucap Marisa.

"Iya. Kalian hati-hati ya, langsung pulang ke rumah jangan kemana-mana lagi." pesan mama Reno.

"Iya tante."

Setelah Delisa dan Marisa pergi, Reno lalu menutup pintu rumahnya.

"Cewek yang tadi manis ya." ungkap mama Reno pada Reno.

"Yang mana ma?" tanya Reno.

"Yang ikat satu tadi rambutnya." jawab mamanya. Yang dimaksudnya adalah Delisa. Memang saat itu Delisa mengikat rambutnya satu.

"Iya, mama bener." sahut Reno sambil diam-diam tersenyum.

To be continued...

DEVIAN DAN DELISA [ COMPLETE ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang