29. I Still Rememeber You

864 40 2
                                    

Devian berjalan menuju parkiran. Kelas hari ini selesai lebih awal. Ia lalu ingin segera pulang ke apartemen karena merasa lelah. Ia sudah berniat ingin tidur seharian.

"Hi, Devian." (Hai, Devian). Panggil gadis berambut pirang itu. Devian menoleh ke arahnya.

"Hi too, Jessie. What is wrong?" (hai juga, Jessie. Ada apa?). tanya Devian.

"Come join us to the club!" (ayo bergabung bersama kami ke klub). ujar Jessie.

"I'm sorry, looks like I can't." (aku minta maaf, sepertinya aku tidak bisa). Jawab Devian.

"No problem, next time you may join." (tidak masalah, lain kali kau boleh bergabung). Ucap Jessie.

Jessie lalu pergi sementara Devian langsung masuk ke mobil dan menjalankan mobilnya menuju apartemen.

***

Devian telah sampai di apartemen. Apartemennya tidak terlalu besar tidak juga terlalu kecil. Intinya pas untuk ia tinggali. Ia lalu mendaratkan tubuhnya ke kasur lalu berusaha untuk memejamkan mata.

Ting tong

Tiba-tiba bel berbunyi. Devian lalu bangkit untuk membuka pintu.

"SUPRISEE!!" ucap Sean.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Devian.

Sean sebenarnya berasal dari Indonesia. Akan tetapi ia pindah ke Amerika sejak umurnya 12 tahun. Sean dan Devian sangat akrab, bahkan mereka berada di kampus yang sama.

"Lo gak kangen gue nih?" tanya Sean.

"Gue capek, mending lo pulang." ucap Devian.

"Ayolah Devian, come on. Temenin gue belanja." bujuk Sean.

"Kapan-kapan aja, gue mau tidur." jawab Devian.

Sean memasang wajah cemberut. Devian yang melihat itu tidak tega. Ia lalu mengambil kunci mobil.

"Ayo, pergi." ujar Devian yang langsung membuat Sean tersenyum senang.

***

"Belanja ke mana nih?" tanya Devian ketika mereka baru saja masuk ke mobil.

"Ke mana aja asal sama lo." sahut Sean seraya tersenyum.

"Sean, lo tau kan kalo gue..."

"Udah punya pacar." potong Sean.

Devian sengaja tidak bilang ke Sean bahwa sebenarnya ia malah sudah punya istri bukan pacar. Karena jika sampai penghuni kampus tahu kalau ia sudah menikah, beasiswanya akan dicabut. Devian hanya menganggap Sean adalah sahabatnya, tidak lebih dari itu.

"Nah itu lo tau." ujar Devian sambil menyetir mobilnya.

"Devian. Pacar lo di Indo. Gue disini gak bisa lo anggep pacar?" tanya Sean kesal.

"Maaf, gue gak bisa ngecewain pacar gue disana. Gue udah janji sama dia gak bakalan macam-macam." ucap Devian.

Sean berdecak sebal. Ia lalu memainkan ponselnya tanpa berbicara lagi.

***

"Udah sampai, ayo turun." ujar Devian sambil melepas sabuk pengamannya.

Sean masih diam dan tak peduli. Ia tetap memainkan ponselnya. Devian tersenyum melihat tingkah gadis di sebelahnya itu.

"Udah ayo. Jangan ngambek gitu." ucap Devian.

"Habisnya lo gak pernah peduli sama gue. Lo selalu ngomongin pacar lo kalo lagi sama gue. Bosen gue dengernya." ungkap Sean.

"Jadi marah nih ceritanya sama gue, nanti gue traktir deh." ucap Devian membuat Sean lalu tersenyum.

"Janji ya?" tanya Sean memastikan.

"Iya, ayo cepetan."

Sean lalu turun dari mobil dengan bersemangat. Mereka lalu masuk ke supermarket itu.

***

Sedari tadi Sean belum selesai juga belanja. Ia masih berjalan menyusuri koridor supermarket itu. Sementara Devian mendorong troli di sebelahnya.

"Sini gue aja yang bawa, kasian lo capek." ujar Sean.

"Gak papa, gue aja. Cepetan dikit belanjanya udah mau malam." ujar Devian.

Sean mengangguk. Ia lalu mengambil beberapa kotak sereal dan susu.

"Udah nih." ucap Sean.

Mereka lalu membayarnya di kasir. Setelah itu Devian membantunya memasukkan belanjaan ke bagasi mobil. Belanjaan Sean sangat banyak, kira-kira 3 kantong besar.

"Udah kan? Gak ada yang mau dibeli lagi?" tanya Devian.

"Udah, ayok pulang." ajak Sean.

Devian lalu mengantar Sean pulang dan setelah itu kembali ke apartemen.

***

Selesai mandi, Devian berniat ingin menelpon Delisa. Tapi tiba-tiba ia tersenyum melihat video call yang masuk yang tertera nama Delisa disana. Ia lalu mengangkatnya.

PAGII DEVIANN.

Delisa sepertinya baru bangun tidur tampak dari layar handphone.

"Disini malam, Del."

Oh iya lupa hehe. Devian udah mandi? Udah makan? Udah..

"Nanyanya banyak amat."

Hehe maaf, aku tau kalo Devian baru abis mandi keliatan rambutnya basah. Kalau makan udah?

"Belum nih, makanan disini gak enak."

Kasian Devian. Kalau aja bisa aku kirimin makanan lewat JNE. Tapi nanti keburu basi sampai disana.

Devian tersenyum mendengarkan ocehan dari Delisa. Ia benar-benar merindukan gadis ini.

"Nanti kalau gue pulang lo bikinin aja sarapan yang enak."

Iya pasti kok. Devian yang rajin kuliahnya biar bisa cepet pulang.

"Iya, lo mandi gih sana."

Kok Devian tau aku belum mandi?

"Tau lah, tuh masih ada ilernya."

Delisa cepat-cepat menghapus air liur di sudut bibirnya karena malu. Devian tertawa melihat tingkat Delisa.

Iya, aku mandi. Aku tutup ya telponnya.

"Ya udah, dadah."

Dadah.

Delisa menutup telponnya. Sumpah. Devian rasanya ingin segera pulang dan memeluk gadis itu. Ia sangat merindukannya.

To be continued...

***

Jangan lupa vote dan comment

See you next part👋

DEVIAN DAN DELISA [ COMPLETE ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang