Delisa melihat angka yang ia lingkari dengan spidol merah di kalender. Di lingkaran itu tertulis Birthday Delisa. Senyumnya mengembang, besok adalah hari ulang tahunnya. Ia sangat mengharapkan ulang tahunnya kali ini lebih bermakna, tidak seperti tahun sebelumnya. Ia sangat ingin merayakan ulang tahunnya kali ini. Tahun sebelumnya ultahnya tidak pernah dirayakan, paling hanya acara kecil-kecilan bersama keluarganya.
Ia lalu segera mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Hari ini adalah hari sabtu, hari libur bagi anak sekolah. Ia mengerjakan ritual mandinya sekitar 15 menit. Setelah selesai mandi, ia lalu mengeringkan rambutnya di depan cermin dengan hair dryer.
Kini ia sudah rapi dengan baju kaos dan celana jeans pendek. Rencananya, ia akan mengunjungi rumah mertuanya hari ini. Sudah lama ia tidak pergi ke sana. Ia lalu menuruni anak tangga dan menghampiri mamanya di dapur. Terlihat mamanya yang sedang menyiapkan sarapan.
"Ma, aku hari ini boleh pergi ke rumah mama Jeni?" tanya Delisa.
"Abis dari sana mau main ke rumah Marisa," lanjutnya.
"Boleh, tapi inget waktu jangan pulang malam," pesan Fina.
"Iya ma," sahut Delisa seraya tersenyum.
"Kamu sarapan dulu nih, udah mama bikinin spageti," ujar Fina.
Delisa mengangguk lalu duduk di kursi meja makan. Sementara mamanya menghidangkan sepiring spageti di depannya.
"Makasih ma," ucap Delisa.
"Dihabisin, baru boleh pergi," ujar Fina.
"Heem," sahut Delisa.
"Mama," panggil Delisa di sela-sela makan.
"Besok hari apa, ma?" tanya Delisa sambil cengengesan.
"Hari minggu sayang, kenapa?" sahut Fina.
Delisa lalu tertunduk cemberut. Teganya mamanya melupakan hari ulang tahunnya besok.
"Iya mama inget, ultah kamu kan," ucap Fina yang langsung membuat Delisa tersenyum senang.
"Ma, aku boleh..."
"Boleh undang temen kamu. Nanti mama buatin makanan sama kuenya," potong Fina.
"Hehe, kok mama tau," ucap Delisa.
"Apa sih yang seorang ibu gak tau dari anaknya," sahut Fina sambil mengelus kepala putri tunggalnya itu.
***
Sampai di rumah mertuanya, "Assalammualaikum," ucap Delisa sambil mengetuk pintu.
"Waalaikumsalam, eh Delisa," jawab Jeni setelah membuka pintu. Delisa hanya tersenyum.
"Ayo masuk dulu," ujar Jeni.
"Ini, Ma. Mama aku bawain spageti buat mama sama papa," kata Delisa.
"Makasih sayang. Sampaikan salam mama buat mama kamu ya," ujar Jeni.
"Iya ma, papa kemana ya?" tanya Delisa.
"Oh, papa kamu tadi ada urusan kantor mendadak, jadi pagi-pagi udah pergi," jawab Jeni.
"Oh."
"Oh iya besok kamu ultah kan?" tanya Jeni.
"Hehe iya, ma. Kok tau?" tanya Delisa.
"Devian yang ngasih tau mama tadi malam," jawab Jeni.
"Devian... Inget ma?" tanya Delisa.
"Tentu sayang, Devian selalu cerita ke mama katanya dia kangen banget sama kamu," ucap Jeni.
Delisa terdiam sejenak. Ia juga merindukan Devian. Kapan Devian pulang? Kapan mereka bisa seperti dulu lagi? Pertanyaan itu selalu terlintas di pikirannya. Hadiah yang paling dinantikannya adalah kepulangan Devian.
"Kok diem?" tanya Jeni membuyarkan lamunan Delisa.
"Eh, gak kok ma. Aku permisi pulang ya, maaf gak bisa lama," pamit Delisa.
"Iya sayang. Kamu hati-hati ya," pesan Jeni.
"Iya ma," jawab Delisa.
***
"Happy Birthday Delisa!" teriak Marisa ketika Delisa masuk ke kamarnya.
"Besok ultahnya bukan sekarang," ujar Delisa.
"Kan gue mau yang pertama kali ngucapin ke elo," jawab Marisa.
"Lo yang kedua, mama gue yang pertama ngucapin," ucap Delisa.
"Yah, udah keduluan sama mama lo," sesal Marisa.
"Lo lagi ngapain?" tanya Delisa karena sedari tadi Marisa fokus dengan laptopnya.
"Gue lagi nonton drakor, ini sedih banget. Kisah ibu yang merindukan anaknya," jawab Marisa.
"Masa sih?" ucap Delisa lalu mendekat untuk menonton.
***
Devian POV
Devian tersenyum melihat alarm pengingat di handphonenya yang berbunyi. Tertera tulisan H-1 Birthday my dear disana. Ia lalu segera menelepon mamanya.
"Halo ma."
Kenapa sayang?
"Besok aku pulang ke Indonesia."
Loh kok tiba-tiba? Gak ada masalah kan disana?
"Gak kok ma. Besok Delisa ulang tahun. Mama jangan bilang Delisa ya kalo aku mau pulang."
Iya. Mama gak akan bilang. Kamu hati-hati ya. Jangan lupa sarapan dulu sebelum berangkat.
"Iya ma. Aku tutup ya teleponnya."
Oke
Setelah menutup telepon, Devian lalu mengemasi pakaiannya dan memasukkannya ke dalam koper.
Ting tong
Bel berbunyi dan Devian segera membuka pintu. Ternyata Sean yang datang ke apartemennya sepagi ini.
"Halo, Devian," sapa Sean.
"Lo ngapain pagi-pagi kesini?" tanya Devian.
"Bawain lo sarapan nih," ucap Sean.
"Taruh aja di meja makan," ujar Devian sambil memasukkan pakaiannya ke koper.
"Oke," jawab Sean lalu segera beranjak ke dapur lalu kembali lagi.
"Lo mau kemana?" tanya Sean.
"Balik ke Indo," jawab Devian.
"Mau ngapain?" tanya Sean lagi.
"Pacar gue ultah," sahut Devian yang masih sibuk mengemasi barangnya.
"Harus banget ya balik? Gue boleh ikut?" tanya Sean.
"Kenapa mau ikut?" tanya Devian.
"Gue kangen aja sama kota kelahiran gue. Udah lama gue gak kesana," jelas Sean.
"Iya lo boleh ikut," ucap Devian.
Sean terlihat senang lalu berkata dalam hatinya, ini yang gue nantikan.
To be continued...
Haloo, jangan lupa vote komen ya
Terima kasih yang sudah baca
See you next part👋
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIAN DAN DELISA [ COMPLETE ] ✔️
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA Jangan lupa vote dan comment ya. Jangan jadi siders ︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶ Note : Part bagian akhir tidak berurutan, harap diperhatikan nomor part nya agar nyambung bacanya Perjodohan yang tidak diinginkan kar...