Sepulang sekolah, Delisa dan Marisa menunggu di depan pagar sekolah. Kali ini mereka dijemput oleh Raka. Rencananya mereka akan jalan-jalan ke mall agar Delisa tidak sedih lagi. Akan tetapi, bukannya mobil Raka yang muncul, melainkan mobil Devian yang berhenti di hadapan mereka.
Devian lalu keluar dari mobil itu dan mendekati Delisa, namun Delisa malah menjauh darinya.
"Del, plis dengerin penjelasan gue," ujar Devian berusaha untuk mendekati Delisa.
"Kayaknya lo harus dengerin Devian kali ini Del," ujar Marisa padanya.
Delisa akhirnya menurut lalu mendekat ke arah Devian. Devian lalu menarik tangan Delisa agar mengikutinya masuk ke mobil.
"Eh tapi aku—"
"Udah gapapa, Del. Lo sama Devian aja," ujar Marisa.
Akhirnya Delisa menurut dan mereka kini sudah berada di mobil. Devian lalu menyetir mobilnya.
***
Devian mengajak Delisa ke sebuah cafe. Kini mereka duduk berhadapan.
"Mau pesan apa?" tanya Devian.
"Gak usah, langsung aja mau ngomong apa?" jawab Delisa sembari memalingkan wajahnya.
Devian lalu memegang tangan Delisa. Ia genggam tangan mungil itu.
"Gue sama Sean gak ada hubungan apa-apa," jelas Devian.
"Terus?"
"Del, plis percaya sama gue. Gue sayang sama lo Del," ujar Devian memandang mata gadis itu lekat.
"Dev, aku udah capek. Kamu disana udah hampir setahun, gak mungkin kan kalian gak ada hubungan apa-apa. Aku kecewa sama kamu, Dev," jelas Delisa.
"Maafin gue Del," ucap Devian. "Masa lo gak percaya sama gue."
Delisa diam tak bergeming. Ia enggan untuk menatap Devian.
"Besok gue balik lagi ke Amerika. Jaga diri lo baik-baik," pesan Devian.
"Kenapa cepat?" tanya Delisa yang akhirnya membuka suara.
"Gue gak bisa cuti lama-lama. Gue sengaja datang cuman buat lo," jawab Devian.
"Ayo pulang, gue anter," ujarnya lagi.
***
Delisa kini sedang berada di kamarnya. Ia tidak bisa tidur karena terus memikirkan Devian. Apakah ia harus percaya pada Devian? Pikirannya kacau sekarang. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana.
Tiba-tiba Mama nya masuk ke kamar.
"Kok belum tidur sayang?" tanya Fina.
"Eh Mama. Aku gak bisa tidur," jawab Delisa.
"Mikirin Devian ya pasti?"
Delisa mengangguk. Fina mengelus lembut kepala putrinya, "Kamu harus percaya sama Devian. Mama yakin dia orang baik, gak mungkin berbuat seperti itu," ujar Fina.
"Darimana Mama yakin?" tanya Delisa.
"Dulu kamu sama Devian waktu kecil dekat banget. Devian yang selalu lindungi kamu waktu digangguin teman kamu," ujar Fina.
Delisa tak dapat percaya apa yang dikatakan oleh Mamanya. Ia dan Devian dulu teman waktu kecil?
FLASHBACK ON
"Masa sama petasan aja takut."
"Yah kasian gak punya temen."
"Delisa anak pungut. Delisa anak pungut."
Segerombolan anak-anak nakal mengganggu seorang gadis kecil yang sedang berjongkok menutup telinganya, Delisa.
"DIAMM!!" teriak Devian, laki-laki kecil yang wajahnya lucu saat itu.
"Jangan pernah gangguin Delisa lagi!" pinta Devian.
"Emang kamu siapanya?"
"Aku suaminya," jawab Devian ngasal. Bocah berusia 5 tahun yang tidak mengerti apapun itu tanpa sadar menyebutkan kalimat yang seharusnya disebutkan oleh orang dewasa.
Segerombolan anak-anak nakal itu pun pergi.
"Makasih ya Devian. Kamu baik banget," ucap Delisa yang saat itu berusia 4 tahun.
"Sama-sama Delisa. Kamu harus bilang ke aku kalo ada yang gangguin kamu lagi," kata Devian.
Delisa tersenyum sambil mengangguk.
FLASHBACK OFF
***
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIAN DAN DELISA [ COMPLETE ] ✔️
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA Jangan lupa vote dan comment ya. Jangan jadi siders ︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶︶ Note : Part bagian akhir tidak berurutan, harap diperhatikan nomor part nya agar nyambung bacanya Perjodohan yang tidak diinginkan kar...