04.30 a .m.
Sesosok menyerupai iblis perlahan-lahan menampilkan hulu kepalanya, serta tak lupa tudung bercorak merah. Kehadiran wujud menyeramkan itu berasal dari sumur tua yang berada dibelakang rumah.Lambat-laun seluruh wajahnya terlihat, mulai dari mata yang menyalang berwarna putih sambil menyeringai memperlihatkan gigi runcingnya. Saat ini muka hantu merah belum berdarah-darah lantaran kemurkaannya belum didapat.
Berangsur-angsur postur tubuh hantu merah meninggi, mempertontonkan gaun merah yang megah, mekar, serta rambut panjang dikegelapan malam. Sudah mencapai pijakannya, ia menjelma menjadi membiawak. Tak lupa smirk tetap menghiasi.
**
"Kaila! Kaila! Kau dimana?" Lia menyisir lorong panjang dengan pencahayaan minim. Pandangannya menelusuri ke segala arah. Yang dicari-cari tidak menampakkan batang hidungnya. Menyusuri makin dalam lorong menakutkan ini, Lia kukuh menepis rasa takutnya demi menemukan Kaila.
Menyadari jalan yang ditempuhnya sama terus, Lia sungguh lelah hanya memutar laluan seperti labirin. Mengistirahatkan kakinya begitu capek dan ngilu, rasanya ia ingin berputus asa menemukan keberadaan Kaila.
"Lia, tolong aku." suara itu melengking di alat pendengaran Lia yang sedang berdiri diam dipertengahan lorong kecil. Karena Mendengar, Lia kembali mendapatkan semangatnya. "Kai! Kau dimana si?" Ia sudah mulai kesal lantaran sejak tadi hanya memutar dan memutar dilorong yang sama.
Langkah kaki yang tertatih-tatih terus menyelusuri lorong yang panjang, mengandalkan cahaya lilin dinding yang sudah terpatok. Penopang tubuh Lia letih dan rasanya mau patah saja. Namun, tekadnya harus menemukan Kaila.
Seketika mata Lia berseri-seri melihat sosok Kaila sedang berdiri di ujung lorong. Dia menatap sendu ke arah Lia. Tanpa menunggu lama, ia berlari sekencang-kencangnya hendak menghampiri Kaila.
Hampir mendekat, tiba-tiba Lia ditarik entah siapa yang menariknya untuk menjauh dari Kaila. Ia mencoba menahan pertahanan raganya sampai-sampai tubuhnya berbalik arah. Apa daya kekuatan itu lah yang lebih kuat.
Lengannya tertarik sangat kuat, hingga kepala Lia harus menengok menghadap ke belakang melihat Kaila. Alat penglihatan Lia fokus pada bibir Kaila serupa tengah menangis sambil berbicara sesuatu.
Mendadak Lia juga ikut mengeluarkan kristal beningnya. Tangan yang sudah terulur ingin sekali menggapai Kaila. Matanya membelalak tatkala Kaila diliputi rambut panjang yang membekukan kaki dan lengan milik sahabatnya itu.
Lia Benar-benar bingung, Kaila tadi mengucapkan apa? Lia tak bisa mendengarnya sama sekali. Apa ini rencana hantu merah menulikan telinganya? Agar tidak dapat mendengar?
Krriiiinggggg!!!!
Suara bising alarm membangunkan Lia, ada rasa sedikit kaget tentunya. Setelah memimpikan hal yang sangat menakutkan, keringat menyebar nyaris ke seluruh tubuh. Ia mengusap mukanya frustasi. Bunga tidur barusan persis seperti nyata, beda tipis antara garis ilusi dan kenyataan.
Bunyi gaduh deringan alarm begitu merdu, Lia refleks mematikannya lalu memandang arah jam. pukul 05.00 a .m. Regina doyan tidur banget, padahal suara alarm kencang sekali. Dia sama sekali tak terusik. Molornya mengeluarkan iler lagi.
Menenangkan pikirannya sejenak, Lia tidak langsung bangkit dari ranjangnya. Sudah lumayan tentram, ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Pasti kalau agak siang kawannya pada berebutan kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MERAH [END]
Ужасыberkeinginan tinggal bersama para sahabat memang hal yang umum. Tapi apa daya jika mereka tak terlalu cukup uang untuk membeli tempat tinggal yang lebih memadai? Usaha pencapaian hasil yang memuaskan dan berhasil membeli tempat tinggal, mereka mulai...