28

39 17 13
                                    

Hampir 3 menit Regina bingung memilih aneka rasa martabak. Saking lamanya membuat tukangnya cape menunggu Regina melihat menu rasa. Sedari tadi Rinni membujuk Regina supaya cepat namun tak dipedulikan.

Sampai akhirnya Regina memusatkan matanya pada rasa keju dan coklat. "Baru ini... saya pesan satu," seru Regina bangga akan dirinya karena teliti menentukan yang enak. Kacang tambah coklat juga lezat, tapi Regina sudah bosan.

Rinni memandang malas. "Yaelah, dari tadi tuh rasa ada. Emang gak lihat?" sewot Rinni melengos memainkan gadgetnya. Waktu kebuang sia-sia dan akangnya baru menumpahkan adonan. Lebih baik Rinni memantau akun pria tampan di instagram.

"Maklum namanya Regina jagoan makan dan ngemil," tutur Azlan. Regina langsung mengacungan jempol. Ucapan Azlan sangat benar, selain snack Regina menyukai semua kudapan. Boleh jadi dirinya ini memakan martabak bisa semuanya ludes.

"Terserah, takutnya Lia menunggu lama." Rinni masih fokus pada ponselnya. Kiranya tukang martabak bukanya habis magrib. Tahu-tahunya jam 4 lewat udah buka.

Azlan balik menatap Rinni. "Eh iya, Re, cepetan," suruh Azlan. Regina tengah menatap serius adonan yang baru saja diangkat. Berdiri tepat di hadapan abangnya seperti orang sedang memantau. Sedangkan Azlan dan Rinni duduk di kursi.

Regina merespons hanya menggunakan lambaian tangan, yang berarti tunggu sebentar. Azlan memutar bola matanya sembari menontoni orang berlalu-lalang dan kendaraan lewat. Disini ramai juga saat sore.

Bagaikan orang terlantar cuma termangu meratapi orang-orang lewat, Azlan tersadar bahwa Regina sudah selesai membeli martabak. Sebelum memesan taksi online Regina menyium aroma khas martabak manis yang sangat menggiurkan. Nikmat sekali.

"Cepat, Re," desak Azlan untuk memesan taksi online. Regina ini malah menikmati aroma martabak. Belum lagi menunggu taksinya datang, huft. Apalagi nanti berjalan dulu menuju rumah.

Regina menatap sinis. "Ya, ya. Sabar," jawab Regina mengeluarkan handpone. Mendadak otaknya teringat Lia, Regina lekas menekan tombol 'pesan'. Ia menyepam sopirnya supaya kencang mobilnya.

Menit berikutnya taksi online yang di tunggu-tunggu akhirnya tiba. Semuanya masuk ke dalam. Selama di perjalanan seluruhnya sibuk dengan aktivitas masing-masing. Rinni memvideokan jalanan lalu menaruhnya di story whatsapp. Regina terus mengendus martabak kesukaannya. Azlan tersenyum-senyum sendiri membalas pesan Lia.

Tak terasa sang pengemudi berhenti karena tidak dapat melewati jalan yang kecil hanya bisa dilewati motor saja. Kepekaan mereka bertiga sebagai penumpang konstan turun satu-persatu. Seperti biasanya berpatungan membayar ongkos kemudian melangkah menjelajahi setiap rumah warga.

Cukup melelahkan berjalan, tapi membuahkan hasil. Karena pintu utama tidak terkunci ketiganya langsung masuk, refleks menuju kamar Kaila. Memandangi Kaila, perasaan tersendiri berubah menjadi keperihan dan kehilangan termasuk Rinni dan Regina amat merindukan sosok Kaila.

Sering menonton film horror, meminta hospot kepada Rinni atau Regina dan keras kepalanya itu menginginkan sahabatnya hidup kembali. Regina meletakkan makanan manisnya di bawah lantai. Ia mau menghampiri Kaila dan Lia seraya air mata yang masih berkumpul di kelopak penglihatannya.

Sementara Rinni mematikan handpone hendak mendekati ketiga sobatnya yang merasakan relung hati akan Kaila. kini Kaila persis tersenyum.

MERAH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang