14

92 46 26
                                    

Setelah menyuruh Rinni menjaga Kaila. Lia dan Regina melangkah keluar rumah. Mulai mencucurkan air suci, mudah-mudahan tak ada lagi kepanikan dan kecemasan selama hidup dibangunan ini.

Mengguyur sedikit demi sedikit, mereka berdua mengitari rumah. Lia dan Regina tidak sadar bahwa telah melewati sumur tua yang melongo. Maklum Lia memegang botol dan Regina memberi arahan, jadinya fokus pada tujuan.

Sekitar 10 menit menjelajahi rumah, akhirnya kembali sampai diperkarangan. Rasanya punggung mau encok saking menunduk terus mengelilingi rumah. Regina yang merasa hampa tidak mengemil berkeputusan mengunyah mulutnya tanpa ada makanan.

Napas Lia yang memburu dan tengah mengelus bagian belakang tubuh tak sengaja menoleh. "Kau makan apa? Kok bisa ngunyah?" heran Lia. Padahal sejak tadi keberangkatan Regina tidak membawa satupun makanan ringan. Tangannya saja kosong tidak membawa apa-apa.

Regina merceling. "Ini? Hambar Li kalau tidak mengunyah. Sehabis ini juga mau menagih chiki kepada Rinni," ceria Regina tersenyum-senyum.

Lia mengangkat wajahnya. "Memang Rinni bakal rela?" ledek Lia tertawa diam-diam melihat ekspresi Regina ketika tidak dikasih chiki oleh Rinni.

Regina menopang dagunya mencerna tuturan Lia. "Mungkin. Aku akan mengambek!" tandas Regina melipat tangannya dengan bibir merengut.

Lia yang menyaksikan hanya mampu tertawa kecil. "Bercanda Re... Rinni pasti merelakan chikinya kok," ucap Lia, sukses melunturkan raut Regina yang nyaris baadmood lantaran omongannya yang menakut-nakuti.

"Yuk, masuk!"

"Ayo!"

"Wih, udah menyiapkan minum aja," puji Regina duduk dikursi meja makan, dan langsung meneguk. Sangat haus melakukan kegiatan menyiram air suci mengelilingi rumah, serta keringat bercucuran dileher dan pelipis.

"Aku mau mengasih tahu. Cairan suci yang ada didalam botol barusan entah untuk apa yang jelas kata ibu Mei menurut saja. Semoga kita enggak mendapat teror lagi dari hantu merah," harap Lia, berbicara serius. Tempat yang nyaman memang disini yakni didapur.

"Ibu Mei siapa Li?" tanya Kaila terheran-heran. Baru tahu kalau ada yang bernama Ibu Mei disini.

Selepas Lia menjelaskan detail pertanyaan Kaila, ia merasa lega. Telah mengeluarkan informasi yang terpendam. Keempat sobatnya itu awalnya memang tak tahu tentang Ibu Mei, tapi setelah menceritakan semuanya baru-lah mereka tahu.

"Kai, nonton film horror yuk! Di YuTub kamu!" seru Lia, sudah lumayan lama tidak menonton film ber-genre horror. Sudah rindu menyaksikan setan atau iblis yang membuat jantung berdetak lebih cepat. Apalagi Jumpscre mantap sekali.

Wajah Kaila berubah menjadi sumringah. "Ayo! Sepertinya udah banyak film horror terbaru!" heboh Kaila menepak meja.

Regina dan Rinni tersentak kaget. "Haduuh...kalau udah membicarakan film-film kayak gitu gempar dan histeris. Mendingan ngemil," tukas Regina, tiba-tiba merentangkan tapak tangannya kepada Rinni mengkode meminta tagihan chiki.

Melihat telapak tangan milik Regina didepan matanya, Rinni mengangkat satu alisnya. "Apa? Kau mau meminta duit? Untuk membeli snack?" ejeknya menatap Regina. Baru kali ini dia meminta uang kepada dirinya.

Regina bergidik gemas. "Aku bukan mau meminta uangmu! Lagi pula duit recehanku masih banyak. Aku hanya menagih chiki yang mau kau berikan kepada ku," tegas Regina.

"Gak ada," ringkas Rinni memalingkan wajahnya ke arah lain. "Siapa juga yang mau memberikan." walaupun omongannya terpotong oleh Lia, tapi tetap saja Rinni tidak jadi melontarkan kata.

MERAH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang