23

48 20 16
                                    

Pagi yang cerah mengundang cahaya ilahi dari cela-cela ventilasi. Sekitar pukul 06.30 a .m. semua gadis masih terlelap di alam mimpinya. Seluruhnya tertidur di kamar Kaila demi menjaganya agar baik-baik saja.

Semakin jam berputar, mentari juga makin mencuat ke atas. Dan tidak ada satu pun yang terbangun karena terlalu nyaman di dunia ilusi. Cuman di mimpi saja dapat menikmati nikmatnya hidup yakni rebahan.

Lia menggerakkan matanya untuk meninjau secercah sinar terhinggap di kedua matanya. Mengusap-usap penglihatannya lalu bangkit dari kursi hendak membuka jendela lantaran pagi sudah tiba.

Setelah membuka ventilasi tiba-tiba panggilan alam memanggil. Buru-buru, Lia melangkah menuju kamar mandi. Lega rasanya kalau sudah membuang air kecil tidak ada ganjalan dan gangguan.

Selesai membuang air kecil, Lia kembali ke kamar. Melihat Kaila yang tenang terbaring di kasurnya membuat hati Lia aman, dan tak ada kejadian menganehkan terjadi selama semalam. Mungkin karena air suci itu memicu hantu merah tidak berani mendekat.

"Enak sekali bermimpi memakan kue-kue." Regina merenggangkan otot-ototnya lalu merilekskannya. Saat membuka mata, Regina menyambar camilannya. Kue-kue tadi bisa dibayangkan betapa lezatnya.

Lia tersenyum tipis menyaksikan Regina sedang asyik mengemil setelah bangun tidur. Dia tidak terlebih dahulu ke kamar mandi atau makan nasi. Di lihat-lihat sepertinya snack milik Regina enak. Lihat saja Regina lahap sekali menguyahnya. Mumpung Lia belum sarapan mending minta aja deh.

"Re, bagi makanan ringanmu sedikit, boleh?" Lia memperhatikan mulut Regina bagaikan orang kelaparan. Mendengar permintaan Lia, Regina terdiam sebentar kemudian melemparkan wafer berukuran kecil.

Dengan sigap Lia menangkapnya. Sedikit bingung atas lemparan wafer ini. "Buat aku? Makasih Regina." Antusiasnya Lia langsung merobek bungkusnya. Memakan satu isinya tanpa menunggu jawaban dari Regina.

"Hm, sama-sama," sahut Regina tersenyum lebar menampilkan sisa-sisa kunyahan makanan. Untung bukan coklat. Kalau sampai coklat ngeri menatapnya kayak nenek-nenek bergigi hitam.

Samar-samar mendengar orang saling bicara serta memakan sesuatu, akhirnya Rinni bangun dari tidurnya karena agak terganggu. Mengintip dengan mata menyipit terlihatlah pertama kali sahabatnya yaitu Regina. Cara mengunyahnya begitu bersuara.

"Regi, mengunyahnya biasa aja," lirih Rinni memejamkan matanya kembali.  Dirinya bagaikan orang mengigau lantaran berbicara sedemikian, namun nyatanya bunyian Regina sangat mengusik.

Regina melirik Rinni yang masih mengatupkan matanya. Regina menduga bahwa Rinni sedang mengigau di dunia mimpinya segala mengejek namanya juga. Jadi, Regina terus mengunyah sebelum snack-nya habis.

Tetap saja suara lahapan Regina terdengar di indra pendengaran Rinni. "Aku tau kau sengaja," lanjutnya sadar atas Regina tidak mau memelankan kunyahannya.

Oke, fix Rinni tidak mengigau. Regina lekas meredakan suaranya. Dengan begini Rinni tak akan cerewet dan berkomentar lagi, yang dapat mengganggu surganya merasai enaknya makanan ringan ini.

"Kita kuliah gak? Apa libur sendiri aja hari ini?" Lia bertanya pada Regina dan Rinni. Tetapi Regina doang yang merespons ucapan Lia. Sedangkan Rinni malah tidur lagi.

"Gak usah, Li. Semasih belum ada peningkatan kondisi Kaila kita libur aja." Regina mengajurkan untuk tidak berkuliah dulu.

MERAH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang