Kelas hari ini sudah selesai, Julian berjalan menuju parkiran bersama beberapa temannya
"nongkrong dulu bro""Yoi duluan, ntar gue nyusul"
"Kenapa ngga bareng aja?"
"Gue mau mampir apart dulu, bokap gue mau dateng"
Orang itu mengangkat alisnya heran "tumben tuh"
"Iya gue sendiri ngga tau, yaudah gue cabut dulu Ri"
"Yoi gue tunggu di tongkrongan ntar"
Julian mengangkat dua jempolnya ke arah Rio, lalu pergi dengan Lamborghini nya
Sedangkan Rio masih setia memandangi mobil julian yang tampak semakin menjauh, ia tau tentang kehidupan Julian , bisa di katakan kalau nasib mereka hampir sama, meskipun Julian tidak pernah mengeluh padanya tapi ia bisa merasakan karena ia juga sempat mengalami meskipun beda kisah.
"—langsung intinya saja ripan, maksud kedatangan papa kesini mau bilang sama kamu kalau papa Minggu depan akan menikah"
Bagai disambar petir Julian terdiam tanpa kata-kata, ekspresi wajahnya sulit di artikan.
Ia masih tidak percaya dengan apa yang barusan papanya katakan, sekian lama ia menantikan keluarganya utuh kembali namun kini harapannya itu sudah hancur"Papa harap kamu datang ya"
"Julian ngga setuju papa nikah lagi" ucapnya dingin
"Setuju atau tidak papa akan tetap menikah ripan, papa juga sudah menemukan calon yang baik untuk papa"
"Apa papa ngga mikirin mama" nada suara Julian sudah meninggi
"Papa butuh seseorang yang bisa ngurus papa ripan jadi tolong mengerti"
"Dulu mama selalu ngurus papa" Julian mengepalkan tangannya kuat-kuat menaham amarahnya
"Itu dulu, sekarang sudah beda"
"Ya sekarang gantian papa yang ngurus mama, dulu mama selalu ada kalau papa lagi susah, lagi butuh dukungan saat down mama selalu berhasil membangkitkan papa lagi, terus disaat kondisi mama sekarang yang lagi membutuhkan seseorang selalu ada di sampingnya, tapi apa? Papa malah mencari yang baru" Julian meluapkan segala unek-uneknya yang selama ini terpendam, pasalnya papanya semenjak kejadian itu sudah jarang berkabar dan peduli dengan julian,
ia menahan sekuat tenaga emosinya agar tidak meluap karena ia masih menghargai sang papa
"Mama cuma butuh support dari kita pa" suara Julian melemah saat mengingat wajah mamanya di benaknya
"Sudahlah, papa tidak mau berdebat dengan kamu, Ripan"
"Paa.."
"Keputusan papa sudah bulat"
Rahang Julian mengeras lagi, ia tidak habis pikir dengan papanya yang tega melakukan itu kepadanya dan sang mama
"Anda manusia jahat yang pernah saya kenal, pergi dari hadapan saya"
Seketika Julian berbicara dengan bahasa yang bakuPapanya terdiam lalu beranjak pergi dari apart anaknya itu tanpa sepatah kata pun.
Julian berjalan menuju kamar, naik keatas ranjang dan melipat kedua kakinya ke depan dada, menyembunyikan wajahnya di sana, perasaannya terasa buruk seketika, ia
Merasa seperti orang yang tidak berguna sekarang, ia akan merasa bersalah pada ibunya"Maafin Julian ma" bisiknya lirih
*******
"Itu punya Athar bang ish"
![](https://img.wattpad.com/cover/233297592-288-k271142.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
He is mine [END😻]
Teen Fiction"Ini bocil polos apa bego sih" Athar masih menatap wajah Julian menunggu jawaban. Namun Julian lagi-lagi hanya meliriknya. "Nama Abang siapa? Terus Abang ngapain di sini sendirian ? Lagi galau ya?" Julian memutar bola matanya malas "Astaga pingin ra...