dua puluh sembilan

3.3K 276 44
                                    

Berjam-jam sudah Athar berdiri di depan cermin, melihat bekas gigitan Julian di leher sebelah kanannya, ia tidak tahu noda itu bisa di hapus dengan instan atau tidak, kalaupun bisa bagaimana caranya ia juga tidak tahu, ia menggosoknya dengan jari telunjuk namun bukannya hilang malah makin merah bekas itu

Athar frustasi, ini pertama kalinya ia melakukan hal seperti itu,

Mulutnya tidak berhenti mendumel sedari tadi, sudah mirip orang gila yang berada di pinggir jalan saja, merutuki julian ia kesal dengan laki-laki itu, ia marah, pokoknya marah

"Apa sih bang Jul, nafsu sih nafsu tapi ngga gini juga kali, ini kalau di tanya orang Athar harus jawab apa coba, nyebelin banget"

Ia berusaha mengoleskan minyak kayu putih, pada noda itu, tapi tidak ada perubahan

Ia coba menggunakan lation yang bisa menghilangkan bekas luka, namun tidak berhasil juga

"Ini di kasih apa biar bisa hilang sih"

Tok....tok...tok...

"Mampus jangan-jangan mama sama papa pulang, aduh gimana dong"

Athar mondar-mandir sambil menggigit jari telunjuknya, ia tidak bisa mikir jernih kalau sedang panik seperti ini

"Aduh gimana dong ah, tutupin pakek apa ya"

"Pakek selimut?" Ia meraih selimut di atas tempat tidur, memaikainya dikepala dan dililitkan ke seluruh tubuhnya

"Terlalu tebel ah" ia membuang selimutnya begitu saja

"Pakek syal?" Ia membuka lemarinya mencari benda yang ia maksud, membongkarnya dengan tidak santai, menyebabkan semua pakaiannya berceceran di lantai

"Kek orang sakit ih" ia melempar syallnya di atas tempat tidur

"Pakek apa dong astaga"

Tok..tok..tok..

Ketukan pintu itu terus menerus berbunyi, membuat Athar semakin panik

"Sebentar, tunggu" teriaknya dari dalam kamar

"ah turtleneck" ia menjetikkan tangannya saat mendapat ide sempurna , kemudian berlari ke lemari gantung yang ada di kamarnya mengambil baju lengan panjang model kerah panjang sampai menutupi leher

Buru-buru Athar turun dari kamarnya menuju pintu depan,

Saat di bukanya ternyata dua teman gilanya yang ntah mau apa

Ia sedikit lega, Huh, bukan orang tuanya ternyata,

"Mau apa?"

"Tawarin masuk dulu kek, tega banget Lo" ucap Dimas

"Oh iya lupa, silahkan masuk tuan-tuan"

"Iya makasih babu"

"Mata lo babu, masa ganteng ganteng gini babu" ucap Athar sambil jari-jarinya mengibaskan rambut poni yang agak memanjang

"Gantengan gue keleus" cibir Dimas

"Ganteng Athar!"

"Ganteng gue"

"Gantengan Athar Dimas!"

"Lo cantik bukan ganteng"

Plak

"Sakit pe'a" ucapnya sambil memegang mulutnya yang habis di tampar Athar

"Makanya jangan asal ngomong"

"Bukanya asal ngomong ya tapi emang ken— aduh"

Bahu Dimas di tabrak Dicky begitu saja, orang itu berjalan masuk kedalam rumah melewati Athar tanpa ekspresi

He is mine [END😻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang