dua puluh empat

3.7K 320 41
                                    


Julian berjalan seorangan menuju parkiran dengan wajah yang ceria, ia sudah menyelesaikan kelas hari ini tanpa ada satu mata pelajaran yang ia tinggalkan, biasa moodnya sedang baik

"Yeeee jemput Athar, jemput Athar"
Ucapnya girang, ia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan pria menggemaskan yang akhir-akhir ini membuatnya senyum-senyum sendiri seperti orang gila itu

"Eum, alangkah baiknya gue beli coklat dulu, siapa tau ntar dapet hadiah ehem dari Athar kan lumayan, tidur nyenyak gue ntar malem haha"

Gila Julian sudah benar-benar gila dengan Athar, apalagi sikap Athar akhir-akhir ini yang begitu manis hoby membuatnya deg-degan itu sukses membuat julian merasa menjadi orang paling beruntung di dunia karena sudah mengenal Athar

Ia melajukan mobilnya menuju istana coklat yang sudah menjadi langganannya selama ini, iya semenjak ia mengenal athar, bahkan pelayan di sana pun sudah menghafalnya, ia salah satu penggemar Julian juga rupanya

"El bungkusin seperti biasa ya"

"Oke Siap kak, tunggu sebentar" jawab pelayan itu yang Julian ketahui bernama Elisa, cantik, putih, tinggi, ideal tapi sayang bukan termasuk dalam kriterianya

Julian menunggu pesanannya dengan duduk di salah satu meja di bagian pojok yang disediakan oleh toko coklat yang lumayan terkenal itu, memainkan ponsel dengan serius dan sesekali tersenyum sendiri seolah ponselnya itu benda hidup yang bisa ia ajak bicara

"Ini kak" pelayan itu memberikan satu paper bag berukuran sedang kepada Julian dan di terima oleh Julian segera

"Oke, ini duitnya, kalo kurang ngutang dulu gue"

"Haha kak jul kebiasaan gitu, padahal mah uangnya sisa banyak"

"Oh sisa ya, yaudah buat Lo aja"

"kalau gini terus keenakan saya kak dapet bonus dari kakak terus"

Julian hanya tersenyum "oh iya, nanti beberapa waktu kedepan kayanya gue mau pesen banyak coklat di sini, ada acara spesial soalnya, gue minta bantuin Lo kalau bisa"

"Wah bisa banget kak, itung-itung saya balas budi sama kak jul yang udah baik banget sama saya hehe, beruntung banget ya pacar kak jul bisa dapetin kak jul, udah cakep baik hati pula, tiap hari di beliin coklat lagi"

"Ngga usah berlebihan, oke kalau gitu gue cabut dulu"

"Siap kak" terlihat Elisa mengangkat tangannya memberikan dua jempol kepada Julian

Julian berjalan menuju pintu keluar toko itu, ia berjalan dengan sedikit tertunduk, pandangan masih menatap ke layar handphone dan sialnya itu membuatnya menabrak seseorang, paper bag yang ia bawa terjatuh

"Aduh" keluh Julian segera mengambil paper bag yang jatuh itu takut coklat coklat yang ada di dalamnya jadi berantakan, ia memungut tanpa memperdulikan siapa yang telah ia tabrak

"Eh maafin anak saya" terdengar suara perempuan yang meminta maaf pada Julian

"Ngga papa saya yang salah" ucap Julian sambil berdiri dari jongkoknya yang baru saja mengambil paper bag yang jatuh

"Ripan?"

Julian mendongak, laki-laki berbadan tegap itu memegang pundak Julian

"Papa" ucapnya terkejut

Kemudian matanya beralih melihat wanita yang berdiri di samping papanya itu, tidak terbilang tua dan juga tidak terbilang muda sedang merangkul seorang anak laki-laki yang mungkin tidak sengaja Julian tabrak tadi

"Ripan kamu ngapain di sini? Beli coklat? Sejak kapan kamu suka coklat, bukanya kamu suka kacang?"
Tanya papa Julian dengan masih memegang pundaknya

Julian terdiam, tidak ada sedikitpun niatan buat menjawab pertanyaan basa-basi dari papanya itu, pikirannya sedang bertanya-tanya siapa perempuan dan anak laki-laki itu, kenapa ia bersama papanya

"Ah iya, kenalin ini Dinda calon ibu tiri kamu dan ini Gilbert calon adik kamu"

Julian masih membisu, emosinya tersulut seketika, bukankah ia sudah bilang kalau ia tidak mengizinkan papanya menikah lagi, kenapa papanya tidak mendengarkan perkataan Julian

"Oh ini yang namanya ripan, cakep ya" ucap wanita di samping papanya itu seraya ingin memegang kepala Julian namun segera di tepis olehnya

"Saya sudah bilang saya tidak mengizinkan papa nikah lagi" ucapnya penuh penekanan pada sang papa
Wanita yang baru saja ia ketahui bernama Dinda itu sempat terkejut atas perlakuan Julian barusan namun tak urung ia tetap tersenyum kepadanya

"Sudah lah jangan bahas itu lagi, tidak ada gunanya, oh iya papa sekalian mau ngasih tau kamu acara pernikahan papa di undur dua Minggu lagi"

Sungguh papanya berbicara begitu tanpa memperdulikan perasaan Julian, andai saja Julian tidak punya hati ingin sekali rasanya ia menampar mulut papanya dan memaki laki-laki yang mulai menua namun masih terlihat gagah itu

Julian menatap papanya dengan tatapan penuh kecewa, bisa-bisanya sang papa mengkhianati mamanya, sungguh ia tidak habis fikir

Ia berjalan keluar toko itu tanpa memperdulikan papa dan dua orang yang notabennya akan menjadi ibu dan saudara tirinya itu, hati yang begitu ngilu

Terdengar mereka yang meneriaki nama Julian namun Julian tidak menanggapinya sama sekali

____________

Julian menelepon Athar beberapa kali namun tidak ada jawaban,
Ia sudah menunggu lama di dalam mobil di depan sekolah Athar,
Namun pria kecil itu tidak kunjung datang juga, moodnya sedang buruk sekarang, kenapa Athar menambahnya semakin kacau

Bukankah ini sudah jam pulang sekolah Athar, sedari tadi Julian memperhatikan siswa-siswi yang keluar dari SMK *** namun tidak ada salah satu dari mereka adalah Athar

"Lo kemana si" gerutunya, hatinya sedang tidak baik karena kejadian di istana coklat tadi dan sekarang makin di buat kesal dengan Athar yang susah di hubungin

Ia mengusap wajahnya gusar, tidak biasanya Athar tidak menerima teleponnya, bahkan ini sampai berkali-kali namun tidak ada jawaban sama sekali, rasa khawatir sempat menyelimuti julian sebelum akhirnya mata Julian tertuju pada dua orang yang sedang tertawa seolah tidak punya beban keluar dari gerbang sekolah itu, tangan mereka saling merangkul pundak satu sama lain

"Atharrrr" geramnya tertahan, ia tidak tahu siapa laki-laki disamping Athar itu, ia bukan teman Athar yang biasanya bermain dengan Athar dan itu berhasil membuatnya lebih kesal lagi

Oke moodnya benar-benar sangat buruk kali ini


.

.

.

.

.

.

Selamat membaca ❤️
Vote💥

He is mine [END😻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang