#34

3.2K 285 98
                                    

Athar berjalan seorang diri menyusuri trotoar, kakinya yang terbalut sepatu itu sesekali menendang krikil krikil kecil yang ada di permukaan trotoar jalan itu, dadanya benar-benar sakit sekarang, padahal sebelumnya ia tidak pernah merasakan perasaan sesakit ini

Jatuh cinta emang manis di awal saja

"Pantesan aja di hubungin ngga ada Jawaban, lagi enak-enak sama cowo lain ternyata" tangannya sesekali memetik dedaunan yang ada di sampingnya, meremasnya hingga hancur lalu di buang begitu saja kejalanan, ia bayangkan kalau daun itu mulut julian

"Katanya sayang Athar, cinta Athar tapi mainnya sama cowo lain, mulut buaya dasar"

"Kata-kata sayang itu bukan untuk main-main, apa lagi cinta, kalau ngga paham sama yang begituan mendingan kan ngga usah bilang, bikin anak orang baper terus di sakitin itu dosa" Athar mendengus kesal

"Ganteng-ganteng gila ih, kasian banget mana masih muda" Athar melirik dua orang dewasa yang berjalan berlawanan arah dengannya menatap ngeri kearah Athar, mungkin orang itu melihatnya berbicara sendiri tadi

"Dek, ikut Tante aja yuk, tante rawat biar sembuh, kasian ih cakep banget, boleh kali ah ntar kalo udah sembuh tente nikahin"

Athar menatap dua orang itu dengan tajam, ia berjongkok mengambil beberapa krikil di samping kakinya, ingin sekali ia melempari orang itu dengan batu-batu kecil ini, ia mengangkat tangannya bersiap untuk pura-pura melempar dan itu berhasil membuat dua orang itu berlari terbirit-birit meninggalkan Athar

Huuffggt Athar menghela nafasnya berat, hari ini sungguh hari yang paling ia benci

Berkali-kali handphonenya berbunyi namun tidak ia hiraukan, ia biarkan berbunyi di dalam tas sekolahnya, ia muak jika si penelepon itu Julian, mau apa lagi coba

Tin...tinnnn

Sebuah mobil yang sangat Athar kenal kini menghampiri dirinya yang masih berada di trotoar jalan sendirian dengan cuaca yang begitu panas

"Athar tunggu"

Athar berlari ketika mendengar suara itu, ia tidak mau bertemu dengan pria buaya seperti Julian lagi, hatinya benar-benar sakit mengingat kejadian di apartemen milik laki-laki itu

Ia terus berlari tanpa memperdulikan Julian yang terus mengejarnya

"Athar?" Suara itu.. bukan, bukan suara Julian, Alif.

Athar menghampiri Alif yang entah sedang apa duduk di atas motor yang berada di sebuah halte

"Alif anterin Athar pulang" muka Athar tampak begitu memohon pada laki-laki itu

"Tapi bukanya lo—"

"Nanti Athar ceritain, sekarang cepetan anterin Athar pulang"

Baru saja Athar ingin naik keatas motor Alif  tangannya segera di cekal oleh Julian

"Athar"

Athar mengibaskan genggaman Julian "lepas" ucapnya begitu dingin

"Nggak, kita harus bicara dulu"

Athar tidak menjawab ia berusaha melepaskan cekalan tangan Julian di pergelangan tangannya, ia tidak ingin capek-capek berdebat dengan pria itu sekarang, tidak ada yang perlu di omongin, semua sudah jelas di mata Athar

"Thar.." panggil Julian pelan

Sedangkan Athar menatap wajah Julian tajam, kilatan matanya begitu terlihat marah, Julian baru ertama kalinya melihat wajah cute Athar menjadi menyeramkan seeprti ini

"L e p a s.." perintahnya penuh penekanan di setiap huruf yang ia ucapkan

Julian menuruti perkataan pria itu, perlahan melepaskan genggamannya, ia tidak mau Athar tambah parah padanya

He is mine [END😻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang