"harusnya kemarin gue maksa Lo buat pulang bareng gue"
"Mungkin sekarang Lo ngga akan ada di sini thar"
Athar tersenyum simpul kepada seseorang di yang duduk di kursi samping ranjang yang tersedia di salah satu rumah sakit besar di Jakarta "Athar ngga papa al, Alif ngga usah ngerasa bersalah"
"Tapi Thar, kalo saja Lo nurut Lo ngga bakal sakit kek gini"
"Alif kenapa sih, Athar nggapapa tau cuma demam dikit"
"Tetep aja lo nya sakit"
Athar menatap heran pada laki-laki itu "Athar ngga papa beneran, besok juga udah boleh pulang dari sini"
"Lo udah makan belum? Gue suapin ya" kali ini pria itu mulai meraih mangkuk makanan yang tadi di antar oleh perawat rumah sakit
"Athar bisa makan sendiri ntar Al"
"Ngga, pokoknya gue suapin, aakkk" paksanya sambil menitah Athar untuk membuka milulutnya
Athar akhirnya menurut saja, badannya masih lemes, jadi ia malas untuk berdebat
Baru saja satu suap masuk kedalam mulut Athar, suara gaduh terdengar dari pintu kamar inap Athar
Terlihat dua orang yang sedang berebut untuk masuk terlebih dahulu, tidak ada salah satu dari mereka yang mau mengalah
"Gue dulu"
"Gue lah, lo ngalah"
"Buat apa ngalah sama Lo, gue dulu"
"Ya Lo kan lebih tua satu hari dari gue, ngalah dong sama yang kecil"
"Lo yang kecil harusnya ngalah sama yang lebih tua"
"Mana bisa, dimana-mana itu yang kecil yang selalu menang, Lo ngalah kek, tua ngga tau diri"
"Lo bocil nggatau diri"
Athar dan Alif mematung menyaksikan perdebatan unfaedah Dimas dan Dicky yang berebut buat masuk duluan kekamar inap Athar
"Anying brisik banget ada apa si" Rio bangun dari sofa di pojokan kamar Athar dengan mengucek-ucek matanya
Sedangkan Dimas dan Dicky langsung diam,
Rio mengedarkan pandangannya, melihat Athar yang sedang makan di suapi oleh temannya, yang Rio ketahui baru pertama kali ini ia melihatnya, sedangkan di pintu ia melihat dua manusia tidak bermutu yang masih berdebat namun dengan suara pelan seperti bisik-bisik
Rio menghampiri dua orang itu, kemudian menggeplak kepala Dimas dan Dicky secara bergantian "ngga ada akhlak kalian ya, ini rumah sakit, kayak ngga pernah diajarin sopan santun aja"
Dimas dan Dicky terdiam, mengusap-usap kepalanya, meskipun ia sudah mengenal rio sering bercanda juga namun tetap saja siapa yang tidak marah kalau tidurnya terganggu
Mereka tidak ada yang berani angkat suara duluan, siku mereka saling menyenggol satu sama lain, sambil matanya yang berbicara saling melempar untuk menanggapi Rio
"Lo tau, suara kalian tuh ganggu mimpi indah gue yang lagi enaena tau ngga"
Dimas dan Dicky saling tatap, "praktekan langsung dong bang, jangan cuma mimpi" timpal Dicky akhirnya menjawab perkataan Rio
"Haha mau mraktekin sama siapa, dia aja jomblo"
Rio melotot mendengar perkataan Dimas yang tak tau diri mengejeknya di depan banyak orang itu "bilang apa Lo" ucapnya kemudian meraih kerah baju Dimas membuat laki-laki itu terkejut
"Eh ngga bang berjanda" jawanya dengan cengiran tanpa dosa
"Nggak ada bercanda bercanda" Rio bersiap untuk memukul laki-laki di depannya itu namun segera di tahan oleh Dicky
KAMU SEDANG MEMBACA
He is mine [END😻]
Teen Fiction"Ini bocil polos apa bego sih" Athar masih menatap wajah Julian menunggu jawaban. Namun Julian lagi-lagi hanya meliriknya. "Nama Abang siapa? Terus Abang ngapain di sini sendirian ? Lagi galau ya?" Julian memutar bola matanya malas "Astaga pingin ra...