dua puluh satu

3.9K 329 22
                                    


Athar sekarang berada di kamar setelah kepulangan Julian, mamanya sudah menawarkan untuk menginap saja namu Julian menolak, ia ada job di club malam ini

"Athar"

"Mau apa lagi?" Ucap Athar dingin
"Bukanya Athar sudah bilang, Athar ngga mau ketemu kamu lagi"

"Forgive me, aku ngga bermaksud ngomong gitu kemarin"

Athar terdiam, ia tidak menjawab

Athar berjalan menenteng kantong plastik yang berisi beberapa makanan ringan menuju rumah seseorang yang berada tak jauh dari rumahnya

Athar langsung masuk kedalam rumah itu, ia sudah terbiasa akan hal itu
"Assalamualaikum kak Novan"

Tidak ada sautan

"Kak Novan, Athar bawa banyak makanan nih"

Masih tidak ada sautan, kemana Novan ?
Athar berjalan menuju kamar milik Novan, mungkin Novan sedang tidur pikirnya

Namun baru saja ia sampai di depan pintu kamar itu terdengar suara tawa Novan dari dalam, yang ntah sedang berbicara dengan siapa

"Oh haha baik, Athar namanya, dia selalu nyusahin—"

Athar mematung didepan pintu itu, menggeleng tak habis pikir, kenapa Novan tega berbicara seperti itu, jadi selama ini Novan menganggap kalau Athar selalu nyusahin?

Athar berbalik, memutar tubuhnya berjalan keluar dari rumah Novan, ia mengurungkan niatnya untuk menemui Novan dan memberikan beberapa makanan kesukaannya dan Novan tadi, ia menaruh kantong plastik itu di atas meja ruang tamu, ia kecewa dengan perkataan Novan barusan, jadi selama ini ia baik dengannya hanya pura-pura? Terus untuk apa? Padahal ia begitu menyayangi Novan seperti Kaka kandungnya sendiri, di bandingkan sama Rio padahal Athar lebih mementingkan Novan yang notabennya Tidak ada hubungan darah antara keluarga sedikit pun

Athar mengingat kejadian dimana waktu itu Novan berbicara kalau ia hanya bisa menyusahkanya, ia masih sangat kecewa dengan laki-laki itu.

" kamu hanya mendengar sekilas aja waktu itu"

"Athar capek" Athar ingin melangkah pergi namun pergelangan tangannya di tahan oleh Novan

"Dengerin kaka dulu,Ayo lah ini hanya salah faham, masa gara-gara masalah sepele gini kita jadi berantem"

Novan berjalan mendekat, ia memeluk Athar dari belakang
"Maafin Kaka Athar, Kaka ngga bermaksud bicara begitu waktu itu"

Athar berusaha melepaskan pelukan Novan namun tenaga Novan jauh lebih kuat darinya

Novan mengeluarkan handphone nya ia mengeplay salah satu file audio dengan volume full

"Haha iya, oh iya gimana kabarnya si itu, si siapa itu namanya yang lucu"

"Oh haha baik, Athar namanya dia selalu nyusahin kalau lagi sakit, kemarin sempet ngga enak badan, meskipun ia punya keluarga yang juga begitu sayang padanya, tapi tetep aja kalau dia sakit gue khawatir banget, tapi gue sedikitpun tidak ngerasa keberatan sih, kalau  harus di repotin sama dia terus"

"Haha dasar, Lo itu sayang banget sama dia keknya"

"Iya lah, dia udah kaya adik gue sendiri tau"

Athar terdiam, ia berbalik menatap Novan,
Rekaman audio itu Novan dapatkan dari Hardiansyah yang sedang berbicara dengannya lewat telepon waktu itu, ia tidak sengaja belum mematikan perekam pada handphone nya yang waktu itu ia gunakan untuk merekam suara keponakanya yang sedang bernyanyi katanya.

Sungguh kebetulan kan, Novan sangat bersyukur, itu bisa ia tunjukkan pada Athar pikirnya,

"Jadi—"

"Kamu udah paham sekarang?" Tanya Novan dengan senyum

Tanpa aba-aba Athar memeluk Novan, menyembunyikan wajahnya di dada laki-laki itu, ia sudah salah faham ternyata

"Maafin Athar, Athar ke bawa emosi kemarin, seharusnya Athar dengerin kaka dulu"

Novan membalas pelukan Athar, ia tersenyum bahagia, akhirnya adik lucunya itu sudah tidak marah lagi padanya.

"Ngga papa, kakak maklumin kok"

Athar terus memeluk Novan, ia sebenarnya sangat merindukan kakanya itu dari kemarin, namun ia masih sangat kesal dengannya

"Ayo, Kaka beliin coklat"

"Yang banyak" ucap Athar antusias

"Iya, ambil sesukamu"

"Yeeeeeey" ucapnya girang seperti anak kecil

Mereka berjalan keluar dengan senyuman yang masih belum pudar dari wajah Athar dan Novan

Namun baru saja ia sampai di anak tangga paling bawah terlihat seseorang yang berdiri dengan muka yang dibuat segarang mungkin, kedua tangannya di taruh pinggang

"Bagus ye" Rio menempeleng kening Athar pelan

Athar melotot sambil mengusap-usap keningnya "Apa sih dateng-dateng langsung marah" gerutunya, Apa-apaan coba  abangnya yang satu ini,

"Ngga ada akhlak Lo, katanya di suruh jemput, gue samperin di apart si Jul dari tadi sore Lo ngga ada, gue telponin ulang-ulang nggada Lo angkat sama sekali, gue tungguin sampai malem gini sendirian di apart, lo malah haha hihi di rumah"
Ia geram dengan Athar, sungguh waktunya terbuang sia-sia karena ia sudah menunggu Athar di apart Julian dari tadi sore,

Ia baru di kasih tau Julian saat Julian baru saja sampai ke apart setelah mengantarkan Athar pulang

Athar terdiam, Sungguh Athar benar-benar lupa akan hal itu, ia tidak ingat sama sekali tentang Rio, bahkan ia tidak memeriksa ponselnya dari tadi

Athar beralih menggeser tubuhnya di belakang Novan, ia berpegangan pada baju Novan

Novan yang melihat itu hanya diam, ia sudah biasa melihat dua saudara itu berantem seeprti ini

"Sini Lo, gausah ngumpet"
Tangan Athar di tarik oleh Rio

"Maaf bang Athar lupa, serius deh lupa beneran"

"Bhaaaahahhaha" Rio tertawa terbahak-bahak

Sedangkan Athar dan Novan mengernyit bingung

"Muka panik Lo kek prawan habis kena jambret aja" Rio tak henti-hentinya tertawa
ia tidak jadi marah kepada adik sepupunya itu hanya karena melihat muka panik athar

"Ih abanggggg" Athar melepas sendalnya, ingin sekali rasanya ia menimpuk mulut Rio dengan sendalnya itu,

Ia berlari mengejar Rio yang sudah berlari duluan



.

.

.

.

.

.

.

.

Ngga tau ah🤣
Komen aja kurang gimana-gimananya😁

Vote seyeng❤️

He is mine [END😻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang