dua puluh enam

3.8K 316 42
                                    

Sorot cahaya mentari pagi yang sudah mulai meninggi itu masuk kedalam ruangan melalui celah gorden yang sedikit tersingkap, menyilaukan seseorang yang masih setia bergulat dengan selimutnya di sana, orang itu mengulet, matanya perlahan terbuka, mengerjab-ngerjab sebentar berusaha untuk mengembalikan seluruh kesadarannya

Ia meraba nakas disamping nya mencari sesuatu di sana, dan nah ketemu

Ponsel, ia melihat jam pada benda itu ternyata masih jam 9, weekend ini ia tidak ada acara apa-apa jadi ia berencana akan menghabiskan waktunya di tempat tidur seharian, ahh rencana yang sangat sempurna

Oh iya Athar tidak jadi menginap tadi malam, ia di jemput kedua orangtua dan adik perempuannya, ada acara yang harus di hadiri malam itu, dan Athar harus ikut bersama mereka, ada rasa kecewa sebenarnya di hati julian namun apa boleh buat,

oke masih ada lain wkatu, hiburnya pada dirinya sendiri

Ah laki-laki itu, Julian tersenyum mengingat wajah manis Athar

Ia kemudian terdiam tampak sedang memikirkan sesuatu,
dirinya normal kan?
Athar normal kan?
Tapi kenapa mereka melakukan hal kemarin tanpa rasa jijik sedikitpun? Bahkan terlihat jelas mereka sangat menikmatinya

"Bodo ah yang penting gue seneng Athar seneng" ucap batinnya berterik

Ia kemudian berniat untuk melanjutkan tidur panjangnya sesuai rencana nya tadi tapi baru saja ia menarik selimutnya terdengar suara bel yang mengganggu pendengarannya, satu kali dua kali pria itu tidak peduli ia sedang tidak ingin di ganggu saat ini, namun bel itu tetap saja berbunyi terus-menerus membuat pria itu mendengus kesal

Ia menyingkap kasar selimutnya kesamping, segera turun dari ranjang dan berjalan malas-malasan menuju pintu utama

Saat pintu itu terbuka, berdiri seorang anak laki-laki, wajahnya tidak terlihat jelas karena posisi kepalanya menunduk apa lagi di tambah dengan topi yang dikenakannya, dari postur tubuhnya Julian tidak mengenali siapa orang ini, berkulit putih jika kepalanya di tegakkan mungkin tingginya hanya sejajar dengan telinga Julian,

"Siapa? Dan cari siapa?"

Orang itu masih menunduk "gue, dan cari Lo"

Julian berfikir heran, waraskah orang di depannya ini?

"Maaf salah alamat, saya tidak kenal anda" ucapnya kemudian ingin menutup kembali pintu itu namun segera di tahan oleh orang itu

"Maaf saya sibuk" ucapnya kemudian

Orang itu perlahan melepas topinya dan menegakkan kepalanya, menatap Julian kemudian tersenyum, senyumnya aneh

"Hai"

Julian sempat terkejut namun sesegera mungkin menetralkan ekspresi wajahnya

"Ngapain Lo kesini" ucapnya sinis

Orang itu berjalan masuk melewati Julian begitu saja tanpa memperdulikannya , berjalan mengitari Julian melihat penampilan Julian dari bawah keatas seakan menilai

"Jadi ini anaknya ayah Dirga, ganteng juga"

"Jangan panggil papa gue dengan sebutan ayah" ucap Julian penuh penekanan

"Kenapa? sebentar lagi kan ayah Dirga jadi ayah gue juga"

"Gue ngga sudi papa nikah lagi, ngga akan pernah rela"

"Uluhuluh, jangan keras kepala ah"

Orang ini benar-benar memancing emosinya

"Eum, Lo tinggal sendirian di sini ?" Seraya mata sipit nya memandang sekeliling ruangan cukup luas itu

He is mine [END😻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang