(I just want my family to come back intact)
Hampir setengah jam mereka berdua berdiri di depan salah satu unit pintu apartemen milik teman Rio
Rio sudah berkali-kali menghubungi temannya untuk membukakan pintu namun sampai saat ini belum di buka juga
"Lama banget ih, Athar ngantuk tau"
"Ya sabar, lagian ini temen gue juga nyuruh kesini, udah nyampai malah ngga di bukain, kalau niatnya ngeprank mah sumpah ngga lucu"
"Temen Abang ngga ada akhlak" Athar begitu kesal, kalau saja tadi tidak ikut pasti ia sudah bobo manis pikirnya, tapi ia juga tidak mau tidur sendirian di rumah rio, jadi tidak ada pilihan lain selain ikut Rio pergi, huuffh memang temen Rio sungguh menyebalkan
"Eummm" Rio memegangi dagunya terlihat sedang memikirkan sesuatu, cukup lama sebelum akhirnya ia menepuk jidatnya pelan
Rio tampak sedang menekan-nekan tombol yang berada di pintu apart temennya itu dan tersenyum saat pintu itu berhasil dibuka
Athar melongo "lah itu Abang bisa buka, kenapa ngga di buka dari tadi sih" ucapnya sambil menggertakkan giginya
"Hehe gue lupa kalau pernah di kasih tau password nya" jawabnya sambil menyengir tanpa dosa
"Pikun sebelum waktunya" cibir Athar
"Biarin yang penting bisa berdiri"
"Athar juga bisa berdiri" Athar membantah tak mau kalah
"Ngga percaya ngga ada bukti"
"Dongo"
"Hahaha"
"Ngga ada yang lucu"
"Mau ikut masuk apa di sini aja?, Oh di sini aja? , yaudah" Rio hampir berjalan masuk namun berhenti lagi karena Athar yang mencubit lengannya , Athar sungguh muak dengan Rio malam ini
"SAKIT ATHAR"
"Bodo, biar patah sekalian nih tangan"
Rio mengangkat satu alisnya sambil mengusap-usap bahunya "emang bisa ya dicubit bisa Samapi patah? Baru denger kali ini gue"
Athar bingung "Em bi-bisa lah" ucap Athar gagap, ia merutuki kebodohannya
"Udah ah jadi masuk ngga sih?" Athar mengalihkan pembicaraan, ia malu
"Gue doang yang masuk, katanya lu mau di luar aja"
"Athar ngga ada bilang gitu"
"Tadi"
"Ngga dongo"
"Tadi Lo bilang gitu" Rio masih saja membantah perkataan athar
Athar yang kesal akhirnya berjalan masuk duluan kedalam meninggalkan Rio begitu saja di depan pintu
"Dih Bambang gue ditinggal" cibir Rio
Tanpa memperdulikan Rio Athar terus masuk kedalam, mulutnya tidak berhenti mendumel ingin rasanya ia memberi lem perekat untuk mulut Rio agar tidak banyak bicara lagi
tiba-tiba langkahnya berhenti ketika melihat bingkai foto kecil yang berada di atas meja kecil di ruang tamu apart itu,
Di dalam foto itu terdapat anak kecil tersenyum bahagia memperlihatkan giginya, yang padahal tidak punya gigi, sedang di cium oleh kedua orang tuanya
Di samping bingkai tersebut terdapat bingkai yang berukuran lebih kecil dari bingkai sebelumnya, di dalam foto itu terlihat seorang yang sedang duduk sendirian tersenyum sambil memejamkan mata, jari telunjuk dan tengahnya berpose seperti huruf V, senyumnya begitu manis menurut Athar, orang itu tidak asing lagi bagi Athar
Athar masih memperhatikan foto-foto yang berjejer rapi disana sebelum tiba-tiba ada tangan yang menempeleng kepalanya dari samping,
"Kenapa gue di tinggal?"
Athar memutar bola matanya malas "lama kek siput"
"Ini apartnya bang ian ya?" Sambungnya"Iya, tapi kok sepi ya" Rio mengedarkan pandangannya
Athar mengangkat bahunya memberi isyarat tidak tahu.
"Jul?"
"Woy Jul Lo dimane?"
"Bang ian?"
Tidak ada sautan sama sekali
"Ini kalau si Jul sampai ketahuan ngeprank beneran sumpah ngga gue maapin, buang-buang waktu gue aja"
"Dosa ih, yang namanya orang minta maap tuh ya di maapin, prilaku anda sesat banget"
"Ustadzah nya kambuh" ucap Rio pelan
"Athar cowo, ustadz lah"
"Cocokan ustadzah tapi Thar beneran deh gue ngga boong"
Athar ingin memaki Rio kalau saja ia tidak mendengar sesuatu dari arah salah satu kamar di apart itu
"Aaarrrghhhggg"
Athar terjingkat "Apaan tuh"
Rio berlari kearah kamar itu, yang kebetulan pintunya tidak terkunci, ia berhenti di ambang pintu
Pemandangan yang sungguh tidak enak di pandang
Terlihat seorang yang tengah tengkurap di lantai samping tempat tidur, yang hanya menggunakan celana pendek tanpa pakaian, di sekelilingnya terdapat banyak botol bekas minuman, eum ya alkohol.
"BANG IAN?" Athar melotot melihat pemandangan didepannya
Kemudian segera berlari menghampiri Julian di ikuti oleh Rio
Athar membalikkan tubuh Julian dan memangku kepalanya, "bang sadar bang" tangannya menepuk-nepuk pelan pipi Julian
"Gila Lo Jul minum sebanyak ini, mau bunuh diri Lo?" Rio mengedarkan pandangannya melihat botol-botol yang berserakan di sekelilingnya kemudian menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan temannya itu, ada masalah apa sebenarnya sampai bisa seperti ini
Sedangkan Athar masih berusaha menyadarkan Julian, mukanya begitu panik, rasa kekhawatiran yang begitu besar tiba-tiba menyerangnya
"Bang bawa kerumah sakit aja gimana" usulnya ke Rio
Rio mengangguk, kemudian berusaha mengangkat tubuh Julian bersama Athar namun tiba-tiba Julian mengerang dan menggelengkan kepalanya mengisyaratkan kalau ia tidak perlu di bawa kerumah sakit.
"Lo parah anjir Samapi habis whiskey segini banyaknya, udah ah ayo bawa Thar"
Namun Julian tetap ngotot menggelengkan kepala dengan sisa tenaganya
Kemudian Athar an Rio hanya bisa pasrah menuruti keinginan Julian, lalu mengangkat tubuh Julian dan membaringkan tubuhnya di atas singgle bed nya.
Athar duduk di tepi ranjang menatap sendu kearah Julian, kenapa bisa sampai seperti ini pikirnya, meskipun ini bukan yang pertama kali ia melihat Julian tepar, namun kali ini auranya sangat berbeda, ia memandang ngeri kearah botol-botol disamping kakinya yang sudah kosong itu. Begitu banyaknya
.
.
.
.
.
.
Lanjut malem ini apa besok?😹
Kasih tau kalau ada yang typo atau ngga nyambung oke👍Vote kalau suka ❤️
![](https://img.wattpad.com/cover/233297592-288-k271142.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
He is mine [END😻]
Teen Fiction"Ini bocil polos apa bego sih" Athar masih menatap wajah Julian menunggu jawaban. Namun Julian lagi-lagi hanya meliriknya. "Nama Abang siapa? Terus Abang ngapain di sini sendirian ? Lagi galau ya?" Julian memutar bola matanya malas "Astaga pingin ra...