Julian tersenyum sepanjang perjalanan dari rumah Athar menuju apartemennya.
Mengingat wajah marah Bocah itu tadi, ia benar-benar tidak sengaja membuat tanda di leher Athar, ia kelepasanNtah lah ia begitu sangat menyayangi Athar sekarang.
"Hallo El, gimana?"
"Sebentar lagi kak"
"Oke, gue tunggu pokoknya sesuai ucapan gue kemarin"
"Iya kak jul beres"
Julian tersenyum setelah mematikan sambungan telepon itu, ia melempar begitu saja ponselnya, kemudian membanting tubuhnya di singgle bed kamar kesayangannya itu
Ah indahnya, Ia bahagia sekali hari ini
Senyumannya tak luntur dari tadi, sudah seperti orang gila saja
Tokk..took..tokkk
Julian mengernyit heran, ada bell kenapa mengetuk pintu, siapa sih?
Ia berjalan menuju pintu, Julian memutar bola matanya malas saat mengetahui siapa yang datang
"Hai, seperti janji gue tadi, gue datang lagi sekarang"
"Mau apa lagi Lo"
"Eum, alangkah baiknya Lo mempersilahkan gue masuk dulu"
"Nggak perlu, kalau nggak penting silahkan pergi"
Julian benar-benar muak dengan orang didepannya ini
"Seenggaknya tawarin gue minum dulu, gue haus"
"Gue lagi malas berdebat tolong, jadi silahkan pergi dari sini"
Seperti sebelumnya, orang itu menyelonong masuk tanpa memperdulikan Julian yang menatapnya tajam
"Gilbert!" Suara Julian meninggi, kesabarannya mulai habis
"Gue kayaknya nyaman di sini, boleh gue nginep?" Laki-laki itu bahkan tidak menghiraukan bentakan Julian sama sekali
"Nggak!"
"Kenapa?, Gue orangnya kalau tidur nggak mendengkur kok, jadi tenang aja"
"Gue ngga rela apart gue di tidurin manusia najis kaya Lo"
"Lo kira gue anjing, najis"
"Lebih parah dari anjing"
"Ckckck" laki-laki itu menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah tak habis pikir dengan perkataan Julian
"Pergi ngga Lo" ucap Julian sekali lagi
"Bentar dong, gue baru sampai sini masa udah di usir aja"
Julian pergi dari hadapan Gilbert, ia benar-benar sedang tidak ingin berdebat sekarang, ia tidak mau moodnya hancur gara-gara orang di depannya ini, ah mungkin bukan orang, bahkan terlalu baik kalau di sebut orang, binatang lebih pasnya
Ia menuju ruang keluarga, menyalakan tv dengan volume lumayan tinggi, bodoamat dengana adanya Gilbert di apartnya
Ia tidak mau moodnya hancur, ia harus menyiapkan moodnya sebaik mungkin untuk nanti malam, iya jadi ia tidak terlalu menghiraukan Gilbert sekarang
"Lo beneran nggak mau nawarin gue minum?" Ucap laki-laki itu seraya ikut duduk disamping Julian
Julian diam saja, ia lebih memilih memandang layar tv didepannya meskipun ia tidak faham dengan acara yang di tayangkan
"Oke, gue bisa ambil sendiri" laki-laki itu kembali beranjak dari duduknya menuju lemari es yang ada di dapur Julian, mengambil sebotol drink dan kembali lagi di samping julian
Julian tetap tidak menghiraukan Gilbert
"Lo udah makan? Gue belom nih, beli makan yuk"
Julian kini tamapk sedang bermain ponsel, ia tidak mempedulikan Gilbert sama sekali, bahkan sesekali pria itu tersenyum kearah ponselnya dan itu berhasil membuat Gilbert kesal
"Ripan!" Bentak Gilbert
Julian melihat Gilbert tajam "Lo yang sopan sama yang lebih tua!" bentaknya kembali
Gilbert mematung, nyalinya sedikit menciut
"Oke oke gue minta maaf, tolong hargai kehadiran gue di sini"
"Nggak ada yang ngarepin Lo ada di sini" ucap Julian ketus
"Iya sih, tapi gue pingin di sini terus gimana dong" jawabnya,sifat songongnya kembali lagi
Julian ingin sekali rasanya meremas mulut laki-laki di sampingnya ini, selain membuatnya kesal laki-laki itu juga menguras habis kesabarannya
"Mau Lo apa sih sebenarnya?"
"Elo"
Raut wajah Julian terlihat bingung, namun di kalahkan dengan raut wajah kesalnya
Ia memilih diam, tidak akan ada habisnya kalau melayani orang seperti Gilbert
"Sabar sabar, ingat ntar malem, oke sabar" Julian membuang nafasnya kasar
"Eum Ripan Lo kan seorang dics jokey, boleh ajarin gue ngga?"
Julian masih menyibukkan diri dengan ponselnya
"Lo ngga dengar gue ya?"
Julian seolah menutup telinganya rapat-rapat, ia ingin orang si sampingnya ini segera pergi astaga
"Lo bisu?"
Hening
—julian terkejut, benar-benar terkejut, matanya melotot saat pria di sebelahnya tiba-tiba mendekatinya dan menempelkan mulutnya ke mulut Julian
Julian segera mengembalikan kesadaran nya dan berusaha mendorong Gilbert dari depannya, namu laki-laki itu justru memegang lengannya lebih kuat dan merubah ciumannya menjadi lumatan
Julian mendorong kasar tubuh Gilbert, sungguh ia benar benar tidak menyangka dengan apa yang barusan Gilbert lakukan padanya
Ia menatap Gilbert tajam, ia mengusap bibirnya dengan kasar beberapa kali
"Nggak waras Lo ya"
Bocah itu hanya tertawa
"Pergi anj*Ng"
"Gue mau tidur sini, kasian Lo kalau tidur sendirian, nggak ada yang di peluk, mending peluk gue"
Sudah benar-benar habis kesabaran Julian, ia menyeret lengan Gilbert agar bocah itu keluar dari apartemennya
"Jangan pernah kembali lagi Dajjal" ucap Julian sambil menunjuk muka Gilbert setelah ia berhasil menyeret laki-laki itu keluar dari apart nya
Ia menutup pintunya keras
"Gue akan kesini terus tiap hari, tenang aja tungguin gue"
Teriak laki-laki itu dari balik pintu"Dasar gila" gumam Julian
Ia segera pergi ke kamar mandi, membasuh mulutnya berkali-kali
Apa maksud anak itu? Mengapa ia melakukan ini semua kepadanya? Ia benar-benar ngeri melihat kelakuan anak dari calon istri papanya itu
"Hallo kak jul, udah siap"
"Oke, gue ke sana"
Julian membuang nafasnya kasar, oke jangan Samapi rencananya kacau hanya gara-gara masalah ini
.
.
.
.
.
.
.
Hallo, maaf kemarin ngga update 😊 sebenarnya mau up tapi udah ngetik dapet setengah tapi malah ilang, nggatau kemana🙄
Sebagai gantinya aku malem ini up 2 chapter sekaligus hehe😻
Udah baca?
Vote ya😻
KAMU SEDANG MEMBACA
He is mine [END😻]
Teen Fiction"Ini bocil polos apa bego sih" Athar masih menatap wajah Julian menunggu jawaban. Namun Julian lagi-lagi hanya meliriknya. "Nama Abang siapa? Terus Abang ngapain di sini sendirian ? Lagi galau ya?" Julian memutar bola matanya malas "Astaga pingin ra...