"Jul?"
"Gue mau ngomong"Orang itu hanya menengok kearah orang yang memanggilnya, menatapnya tanpa punya niat untuk menjawab ucapan orang tersebut
Pikirannya sedang kacau sekarang, kurang lebih satu Minggu lagi papanya akan menikah, perawat mamanya yang menghubungi dirinya mengatakan kalau ibu asih akhir-akhir ini sering histeris yang tidak terkendalikan, dan Athar, pria kesayangannya yang masih belum memaafkannya karna kesalahpahaman kemarin, oh ya dan satu lagi Gilbert, laki-laki jalang yang selalu mengganggu dirinya setiap waktu, sungguh memuakkan
"Tentang Athar"
Julian menegakkan tubuhnya segera mendengar nama itu, sebelumnya tadi ia sedang bermalas-malasan merebahkan kepalanya di meja
Padahal Kelas hari ini sudah selesai, namun ia masih malas untuk menggerakkan tubuhnya dari bangku itu
Ia kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan mengikuti orang itu yang ntah ingin membawanya kemana dan ntah apa yang ingin ia bicarakan dengan dirinya tentang bocah kesayangannya itu
Julian berhenti di belakang orang itu yang ternyata membawanya di rooftop kampus
Hening,
Tidak ada satu dari mereka berdua yang ingin memulai pembicaraan, hanya hembusan angin panas yang terasa, sebelum seperkian detik
Bugh!
orang itu membalikkan tubuhnya dan menonjok pipi Julian sebelah kanan, Julian yang terkejut dan belum siap menerima serangan itu jatuh tersungkur ke tanah, karena pukulan tiba-tiba dari orang itu cukup keras dan berhasil membuat darah segar keluar dari sudut bibirnya
Ia segera berdiri sambil memegangi pipinya, dengan perasaan bertanya-tanya ia mengusap cairan merah itu dan menatap tajam pada orang di depannya yang tak kalah tajam juga menatap dirinya
"Sebelumnya, itu balasan buat Lo yang udah bikin adik gue akhir-akhir ini jadi seperti orang yang ngga gue kenal"
Julian terdiam, tidak menjawab dan mengurungkan niatnya untuk membalas pukulan tadi karna mendengar ucapan orang itu barusan
"Ripan Julian" orang itu berjalan mengitari Julian, memandang setiap inci tubuhnya
"orang yang selama ini gue kenal sangat baik meskipun punya sikap batu, tapi ngga pernah tuh gue selama ini liat lo bikin sakit orang, bahkan...."
Laki-laki itu tampak menggantung kalimatnya, menunggu reaksi Julian, namun tetap saja pria itu tidak menjawab hanya mengerutkan dahi dan lebih memilih menunggu laki-laki tadi melanjutkan kalimatnya
"datang memberi harapan, tanpa ngasih kepastian, dan pergi dengan meninggalkan banyak beban"
Julian semakin mengerutkan dahinya, apa yang di maksud temannya ini, otaknya masih belum jernih mengartikan kalimat yang di ucapkan pria itu
"Kalau Lo cowok, jangan nyerah untuk minta maaf bro sampai dia maafin Lo" pria itu berada di sisi Julian menepuk-nepuk pundak pria itu
"Bagaimanapun juga Lo temen gue, dan Athar adik gue, dan gue sebagai Abang sebenarnya ngga terima atas apa yang menimpa adik gue, tapi mau gimana lagi, gue ngga pantas ikut campur masalah kalian terlalu jauh, cukup satu pukulan untuk melampiaskan kekesalan gue dari kemarin sama Lo yang gue tahan-tahan"
Julian sekarang paham dengan apa yang dimaksud Rio, ia paham kenapa pria itu memukulnya tadi
"Lo tau—"
"Tau" tukas Rio segera sebelum Julian menyelesaikan ucapannya
"Gue tau Jul, bahkan jauh sebelum Athar cerita semuanya ke gue"

KAMU SEDANG MEMBACA
He is mine [END😻]
Fiksi Remaja"Ini bocil polos apa bego sih" Athar masih menatap wajah Julian menunggu jawaban. Namun Julian lagi-lagi hanya meliriknya. "Nama Abang siapa? Terus Abang ngapain di sini sendirian ? Lagi galau ya?" Julian memutar bola matanya malas "Astaga pingin ra...