enam belas

4.4K 372 40
                                    

Athar berusaha mengangkat tubuh Julian dengan susah payah, ntah gimana ceritanya Julian bisa berada di depan pintu kamar mandi yang ada di dalam kamarnya

Athar baru saja memejamkan matanya namun terbangun karena mendengar benda jatuh dari tempat Julian berbaring tadi, ia dan Rio tidur di apart Julian malam ini, mereka tidak tega jika harus meninggalkan Julian sendirian dalam keadaan yang tidak memungkinkan

—ia merangkul tubuh lemah itu sendirian dan membawanya kembali ke arah singgle bed, Rio tertidur pulas di sofa depan tv jadi ia tidak enak hati mau membangunkannya. membutuhkan waktu cukup lama untuk Athar dan Julian agar bisa sampai ke ranjang, padahal jarak kamar mandi-ranjang hanya sekitar 3-4meter saja, namun butuh perjuangan untuk mereka berdua karena kondisi Julian

Athar mendudukkan Julian pelan-pelan di atas ranjang, dan perlahan menidurkannya kembali dengan hati-hati, namun siapa sangka dirinya malah ikut terbawa dan menimpa Julian dari atas, makhlum tenaga Athar sudah habis terkuras untuk menitah Julian dari depan kamar mandi tadi

Athar berusaha bangun namun tangan Julian yang ntah sejak kapan sudah di punggungnya kini memeluknya lebih erat membuat Athar kesusahan untuk bangun

Sekali lagi Athar berusaha bangun dan menyingkirkan tangan Julian namun tetap saja nihil tidak ada hasil, kini malah kedua tangan Julian berada di sana semua, satu melingkar di leher dan satunya lagi berada di punggung bagian bawah

"Bang ian, Athar mau ba-"

Cup

Kalimat Athar terpotong karena tiba-tiba Julian mencium keningnya singkat dan masih dalam keadaan mata terpejam,

Athar langsung terdiam seketika, tidak bergerak sedikitpun di dalam pelukan Julian, ia memegangi pipi kanannya, jantungnya berdetak tidak normal, kenapa ia deg-degan coba, bahkan ia sudah sering kali dicium dan mencium seseorang, kenapa kali ini rasanya berbeda, ia hanya dicium orang mabok tolong, yang bahkan tidak menyadari perbuatannya itu tapi kenapa ia begitu merasa aneh

"B-bang?"

Julian tidak menjawab panggilan Athar, ia masih terdiam kelihatan begitu nyaman  memeluk guling barunya itu,

Cukup lama Athar dan Julian berada di posisi tersebut, sedangkan Athar mati-matian mikir gimana caranya ia bisa bangun Dari atas badan Julian, sungguh ia takut jika Julian keberatan menahan tubuhnya

"Maafin ripan"

Athar beralih memandang wajah Julian, terdiam melihat air yang keluar mengalir dari sudut mata yang terpejam itu, kenapa? Dan apa maksud perkataan Julian barusan, Julian berbicara dengan nada yang sangat pelan, jika saja Athar berada tidak sedekat ini ia tidak akan mendengarnya.

Jari Athar bergerak mengusap cairan itu, kasihan sekali pikirnya, ia beralih mengusap pipi Julian,

"Athar ngga tau bang Ian ada masalah apa, tapi Athar janji Athar akan selalu ada, bang Ian udah baik banget sama Athar, Athar juga harus balas perbuatan baik bang Ian"

Athar sersenyum, kemudian menyenderkan kepalanya di dada Julian, ia merasakan kenyamanan disana, matanya perlahan tertutup kemudian ikut terlelap dengan tangan yang masih berada di pipi kanan Julian

________

Rio meregangkan otot-otot tubuhnya sambil mengucek-ucek mata khas orang bangun tidur, ia melihat sekeliling mencari keberadaan sepupunya yang seingatnya tadi malem tidur di sofa depannya

"Thar?"

Tidak ada sautan,Rio berjalan ke arah kamar mandi, mungkin saja Athar ada di sana, ia mengetuk beberapa kali pintu kamar mandi yang berada tak jauh dari ruang tv itu, namun hening, saat di bukanya kamar mandi itu ternyata kosong,
Ia beralih menuju ruang keluarga, tapi tidak ada tanda-tanda ada orang di sana.
lalu kemana perginya keponakannya itu, kalau pulang duluan tidak mungkin, tempat ini jauh dari rumahnya, kalaupun naik taksi Athar pasti tidak bawa cukup uang untuk membayar, Rio tau itu,

Ia berjalan menuju kamar Julian, hanya sekedar untuk menengok temannya itu apakah sudah sadar atau belum, dan saat pintunya terbuka ia terjingkat kaget

"Buset, pagi-pagi buta dapet pemandangan kek begini"

Ia melihat Athar dan Julian yang sedang tertidur dengan posisi berpelukan dan segera ia menutup muka dengan kedua tangannya

"Zina mata ya ampun"

Namun tak lama ia mengintip lagi melalui ruas-ruas jarinya yang di renggangkan

"Kek pengantin baru habis malem pertama"

Ia melihat ke samping, kearah tembok lalu berjalan mendekat dan memeluknya dengan satu tangan, sambil menggigit jari telunjuk tangan satunya lagi

"Pengen ih" ucapnya drama
"Ntar minta jatah ah sama aud—, eh kan udah cerai, aduh bego ngenes banget idup gue"

Rio berbicara sendiri persis seperti orang idiot,

Aiyaiya

Aiyaiya

Rio terjingkat kaget mendengar bunyi sesuatu dari dalam sakunya

"Apaan tuh" ia meraih benda itu yang ternyata handphonenya sendiri

Aiyaiya

Aiyaiya

Bang Joni suka jablay

"anying siapa yang ganti ringtone hp gue jadi lagu mainan anak-anak gini bangsat banget"

Ia terdiam mengingat kalau semalem Athar lah yang meminjam hpnya, pasti kelakuan bocah itu yang sudah mengganti ringtone hp nya,

"Awas aja Lo bangun ntar gue gampar, Untung aja bunyinya pas disini, kalau bunyinya di tempat umum mau di taruh mana muka gue"

Handphone nya berbunyi terus menerus, Rio geli sendiri mendengar suara lagu itu ia buru-buru menekan tombol hijau untuk menjawab si penelepon

"Hallo Ri, lama banget jawabnya, gue minta tolong jemput ya"

Rio mengangkat sebelah alisnya "siapa ya"

"Astaga, gue Hardiansyah, Lo ngga save nomor gue ya"

"Oh Hardi, iya gue ganti hp jadi nomornya ilang semua, tadi Lo bilang apa jemput? Emang Lo ada di sini?"

"Ah Lo mah gitu, iya nih tolong jemput ya baru Samapi gue"

"Oke, send aja alamatnya"

"Oke, makasih ya"

Rio menutup kembali kamar Julian itu, ia akan pulang dan bersiap-siap untuk pergi menjemput teman lamanya itu, ia tidak bilang kepada Julian atau Athar, nanti saja kalau Athar sudah bangun dan Julian sudah sadar ia akan memberi tahu kalau dia pulang duluan pikirnya gitu.

.

.

.

.

.

.

Selamat membaca ❤️

Komen dong😹
Vote kalau suka 🖤

He is mine [END😻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang