Perjalanan dari pos 3 sampai Sabana 1 itu merupakan jalur paling sulit dan ekstrim. Menurut penuturan Adam, jalur itu memiliki kemiringan 60 derajat. Apalagi musim kemarau begini, jalanan jadi berpasir. Sejak tadi kami memakai masker untuk melindungi debu-debu yang berterbangan. Padahal tanpa memakai masker saja, nafasku sudah berderu tidak karuan. Tidak terhitung berapa kali mataku kelilipan. Meski memakai masker, debu-debu itu masih saja bisa menyelinap masuk ke dalam hidungku. Bahkan saking banyaknya pasir yang masuk ke hidungku, aku merasakan tenggorokanku juga dipenuhi pasir. Jangan tanya bagaimana keluhanku sejak tadi. Rasanya aku tidak nafsu makan lagi karena semua-muanya dipenuhi oleh pasir.
Baru melihat bagaimana kemiringannya saja, aku sudah ingin menyerah lebih dulu. Rasanya aku ingin lompat ke bawa saja untuk kembali ke pos 1. Aku masih agak trauma setelah tadi terjatuh. Celana yang kupakai dipenuhi oleh pasir yang menempel dan sulit dibersihkan. Percuma saja dibersihkan, baru melangkah lima langkah lagi, sudah kembali kotor. Saat inilah aku baru sadar kalau ini adalah pendakian sungguhan yang bukan sekadar main-main.
Sebelum naik Gunung Prau, sempat ada yang bilang padaku, "Kalau lo bisa kuat naik Prau lewat jalur Patak-Banteng, lo bakal kuat naik gunung yang lainnya di Jawa Tengah." Berdasarkan perkataan entah siapa itu, aku menganggap kalau Gunung Merbabu akan lebih mudah dilalui. Bodohnya sebelum berangkat juga aku tidak tahu menahu soal gunung ini. Hanya diajak, lalu mengiyakan dan berangkat.
Setelah sampai di sini, aku baru sadar kalau ucapan yang kujadikan landasan itu tidak berdasar. Nyatanya, Gunung Prau jauh lebih mudah ketimbang ini. Setelah kucari tahu, ketinggian Gunung Prau hanya 2565 mdpl. Sedangkan Gunung Merbabu mencapai 3145 mdpl. Selisihnya saja sudah lumayan jauh. Sudah begitu, mendaki Gunung Prau hanya tiga sampai empat jam, dan sinyal yang ada di sana juga lebih kuat. Sangat berbeda dengan Merbabu yang dipenuhi pasir-pasir dan kawasan hutan yang dijadikan Taman Nasional. Gunung Prau seolah sudah disiapkan untuk pendaki pemula.
Intinya, rasa letih dari tubuhku saat ini diakibatkan oleh kurangnya persiapanku. Mengingat sejak awal aku mendaki, aku meremehkan gunung ini, mentang-mentang sudah pernah sampai puncak Prau dengan selamat.
Tadi sebelum sampai di pos 2, kami masih bisa banyak bercanda sambil menyanyi. Namun setelah melewati pos 3, rasanya aku hanya ingin mengumpat dan mengeluh. Setelah terpeleset satu kali, Adam terlihat lebih waspada menjagaku dari belakang. Meski sudah terlihat sangat waspda, ketika aku nyaris terjatuh, dia tidak langsung menolongku dengan cepat.
Untungnya teman-temanku yang lain juga merasakan kesulitan yang sama, sehingga mereka tidak sempat meledekiku dengan Adam. Alesia terus bergandengan tangan dengan Gita. Sedangkan Reno dengan Lala dan Rangga dengan Vika. Memang harus saling berpegangan dan menahan begini, karena pasir membuat jalanan sangat licin dan mudah terpeleset. Tadinya aku sok mandiri dengan berpegangan pada tanaman-tanaman yang ada di tebing. Sialnya tanaman itu hanya rumput biasa yang tidak bisa menahan berat tubuhku. Membuatku nyaris terpeleset beberapa kali.
Namun kalian jangan membayangkan aku dan Adam bergandengan tangan seperti Rangga dan Vika atau Reno dan Lala. Sejak tadi tanganku kosong menggenggam angin. Sementara Adam menjagaku dari belakang. Setiap kali aku nyaris terpeleset, Adam hanya akan memegangi tasku. Kalau masih kurang, barulah dia memegangi pundakku. Itupun tidak bertahan lama. Mungkin hanya dalam hitungan detik.
Aku juga masih heran kenapa Adam seperti anti banget denganku begitu. Meski tampangnya alim begitu, aku pernah beberapa kali melihatnya salaman dengan kakak tingkat cewek. Dia juga pernah dirangkul secara semena-mena oleh Vika dan Lira. Walaupun Adam tidak menyambut baik rangkulan itu, tapi Adam nggak langsung menolak atau melepaskannya paksa. Tadi Adam juga sempat memegangi tangan Lala saat cewek itu kesulitan melompat. Tetapi kenapa denganku Adam tidak mau memegangi tanganku?!
KAMU SEDANG MEMBACA
MERBABY
Teen FictionKatanya, kalau pengin tahu gimana sifat asli seseorang, ajaklah orang itu mendaki gunung. Padahal Tyrandra tidak pernah tertarik dengan Adam, apalagi sampai kepengin tahu bagaimana sifat asli Adam. Namun, tanpa disengaja, mereka berada dalam satu k...