Setelah seluruh responsi dari berbagai praktikum dilaksanakan, saatnya libur natal dan tahun baru. Kemudian, kami akan masuk lagi untuk UAS di awal Januari. Selama libur tahun baru dan natal, aku akan pulang ke Semarang naik travel. Papa dan Mamaku nggak mengijinkan aku naik motor sendiri karena mendekati liburan begini jalanan ramai banget.
Aku sudah pesan tiket travel. Aku sengaja pulang ke Semarang di hari kedua liburan. Di hari pertama, aku ingin santai-santai dulu di kos, atau jalan-jalan dengan Vika dan Alesia. Kalau sudah bermain dengan mereka, bisa seharian penuh kami nggak pulang. Kami benar-benar keliling Jogja ala turis. Mulai dari jam sembilan pagi sarapan di Alkid, lalu diakhiri dengan nongkrong di kafe 24 jam untuk mengobrol ngalor-ngidul.
Namun ada yang mengganggu pikiranku sejak kemarin. Apa lagi kalau bukan Adam. Selesai responsi kemarin, Adam terlihat biasa saja. Aku sudah berusaha mengajaknya ngobrol, tapi wajahnya lempeng kayak biasa. Dia nggak terlihat marah atau ingin menyinggung masalah Bayu.
Padahal aku sudah tanya blak-blakan apakah dia marah soal Bayu. Dengan kerutan di kening, dia menjawab, "Hah? Kenapa aku harus marah?"
Rasanya aku ingin menampar wajahnya ketika dia mengatakan itu. Ditambah lagi, setelah itu dia mulai jarang mengirimiku chat lagi. Sebenarnya dia tuh maunya apa sih?!
Jauh sebelum aku mendaki Gunung Merbabu, aku lumayan sering chat Adam, untuk keperluan kuliah. Seperti mencontek tugas, atau meminta catatan. Lebih tepatnya Adam yang suka minta catatan padaku karena menurutnya tulisanku rapi, sementara aku suka mencontek tugasnya. Selama itu juga, tidak terhitung berapa kali chat-ku dibiarkan Adam begitu saja tanpa balasan.
Di kelas, Adam juga terkenal sebagai orang yang hobi membaca pesan, tanpa membalasnya. Banyak sekali keluhan teman-temanku soal itu, terutama cewek-cewek yang merasa sakit hati kalau chat-nya dicuekin Adam. Adam nggak pernah mau repot-repot membalas 'Oke' 'Iya' 'Makasih' dan sejenisnya. Bahkan sekadar mengirim stiker saja dia nggak mau.
Lama kelamaan, teman-temanku jadi malas mengirim chat pada Adam. Termasuk aku juga, yang sering dongkol, karena dulu dia suka membalas statusku, lalu ketika kubalas lagi, dia hanya membacanya.
Makanya ketika belakangan ini obrolanku dengan Adam berujung panjang di chat, aku merasa kalau Adam memperlakukanku berbeda dibanding orang lain, atau berbeda dari biasanya. Dan aku langsung kegirangan sendiri ketika menyadari kalau Adam hanya membalas chat-ku, tidak dengan cewek-cewek lain di kelas.
Sekarang, ketika Adam nggak mengirimiku chat lagi, aku langsung uring-uringan. Sudah berbagai cara kulakukan untuk menghibur diriku sendiri supaya nggak terus-terusan memandangi ponsel, menunggu notifikasi Adam.
Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk mengambil inisiatif lebih dulu. Sial. Setelah kupikir-pikir, aku sudah terlalu sering mengambil inisiatif lebih dulu pada Adam. Cowok itu terlalu lempeng dan membuatku nggak sabaran. Apa jangan-jangan, Adam merasa kalau aku terlalu mengejar-ngejar dia?
Baru saja kubuka room chat-nya, tiba-tiba saja tulisan online di bawah nama Adam berubah menjadi typing. Alih-alih senang, aku malah panik dan mengangkat tanganku, membiarkan room chat itu terus terbuka.
Tadinya aku ingin menutup ponselku supaya nggak ketahuan banget kalau aku menunggu chat darinya. Tapi setelah kupikir-pikir lagi, untuk menghadapi cowok semacam Adam gini memang harus blak-blakan. Gengsi hanya akan memperlambat kemajuan, dan aku akan semakin stress kepikiran Adam terus.
Adam : Tir, aku lagi makan sate enak bgt
Aku : aku udah mandi
Adam : Mau nyicip gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
MERBABY
Teen FictionKatanya, kalau pengin tahu gimana sifat asli seseorang, ajaklah orang itu mendaki gunung. Padahal Tyrandra tidak pernah tertarik dengan Adam, apalagi sampai kepengin tahu bagaimana sifat asli Adam. Namun, tanpa disengaja, mereka berada dalam satu k...