Pos 14

46.4K 7.7K 110
                                    

Napasku menghembus lega ketika pandanganku menangkap keberadaan Rangga, Reno, dan Lala yang duduk di bawah pohon. Mereka memang sudah sampai lebih dulu ketimbang aku, Gita dan Adam yang paling belakangan.

Rasanya aku sangat lega, bisa sampai di bawah juga, setelah melewati berbagai drama sepanjang turun. Gita dan Adam ikut duduk di sebelah Reno yang tengah mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Ingin sekali aku ikut duduk dan mengobrol ringan untuk menormalkan deru napasku. Namun, aku tidak bisa melakukannya, mengingat ada sesuatu yang lebih urgent dibanding itu.

"Vika ke mana?" Tanyaku langsung.

"Ke kamar mandi sama Ales." Jawab Lala.

Serta merta aku langsung berjalan meninggalkan mereka menuju kamar mandi, yang letaknya di dekat pos pendaftaran simaksi.

Untungnya aku langsung menemukan Vika begitu sampai di dekat toilet. Cewek itu tengah antre kamar mandi.

"Lo antre di sini nih, udah gue jagain." Vika tidak terkejut saat melihat kehadiranku. Dia langsung menunjuk kamar mandi sebelah. "Ini gue lagi nungguin Ales. Kayaknya bentar lagi, Mbak ini kelar deh! Soalnya udah dari tadi!"

Aku mengangguk. Rasanya terharu banget Vika bisa sepengertian ini padaku. Padahal tadi aku sempat kesal padanya karena dia turun lebih dulu, dan meninggalkanku begitu saja. Di antara semua orang yang ada di sini, Vika kan yang paling paham bagaimana rasa sakit yang kurasakan. Rupanya dia sengaja ingin lebih cepat karena ingin mengantrekan toilet untukku.

"Nih, pembalut. Lo tembus banyak banget?" Vika menyodorkan sebuat pembalut untukku. Kemudian pandangannya beralih pada jaket yang kuikatkan di pinggulku, untuk menutupi pantatku.

Lagi-lagi aku hanya bisa mengangguk. Sepanjang perjalanan turun gunung, nyeri di perutku semakin menjadi-jadi, seiring dengan darah menstruasi yang tidak berhenti keluar. Sebelum Adam melihat kondisiku yang jauh lebih memalukkan, aku melepaskan jaketku untuk menutupi pantatku.

Tidak lama kemudian toilet di depanku kosong. Untungnya toilet itu bersih dan nggak bau. Sehingga aku bisa lebih nyaman menghabiskan waktu untuk mandi, dan menggosok seluruh tubuhku setelah tidak mandi dua hari. Meski airnya dingin banget, namun rasanya tetap sejuk dan segar. Baru kali ini aku suka mandi dan ingin berlama-lama membasuh tubuhku.

Aku tidak tahu berapa lama yang kuhabiskan untuk mandi. Ketika aku keluar dari kamar mandi Alesia dan Vika sudah tidak ada. Namun baru lima langkah aku meninggalkan kamar mandi, kulihat Lala dan Gita berjalan menghampiriku.

"Yang lain ke mana?" tanyaku pada Lala dan Gita.

"Udah pada istirahat di basecamp. Ini kita mau mandi dulu." jawab Gita.

Begitu sampai di basecamp aku hanya mendapati Vika, Alesia, Rangga dan Reno. Mereka tampak setengah tiduran, dengan bersandar pada tas masing-masing. Rangga memejamkan matanya, sementara Reno tampak terlibat obrolan yang menyenangkan dengan Vika dan Alesia.

Aku ikut berbaring di sebelah Reno, bertumpu pada jaket milik Reno yang tidak terpakai. Cowok itu hanya memakai kaos dan celana pendek, padahal dia baru selesai mandi. Melihatnya saja, aku sudah kedinginan banget.

Meski suhu di basecamp nggak sedingin di puncak, namun tetap saja setelah mandi pakai air dingin, rasanya sekujur tubuhku nyaris membeku.

"Mau pakai sarung gue nggak?" Tawar Reno.

"Lah, elo ngapain bawa sarung segala? Emang sholat?" Ledekku.

Kami semua hanya sholat saat di pos 2 ketika naik. Selanjutnya mereka semua tidak sholat, termasuk aku juga, karena Adam nggak mengajak kami sholat lagi. Bukannya kami hanya sholat kalau disuruh, tapi aku benar-benar terlalu larut dalam suasana, sehingga lupa kalau sudah melewatkan sholat maghrib dan isya.

MERBABY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang