Pos 30

50K 7.7K 290
                                    

Wih, mantap nih 2k words++. vote-nya harus banyak ih, soalnya part depan lumayan anu hahahaha targetnya votes-nya 760 ya

 vote-nya harus banyak ih, soalnya part depan lumayan anu hahahaha targetnya votes-nya 760 ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akibat sudah beda kelas, aku jadi kesulitan menemui Adam di kampus. Apalagi cowok itu juga cepat banget pulang begitu mata kuliah selesai. Membuat kemungkinanku untuk bertemu dengan Adam semakin kecil.

Setiap kali Adam berangkat siang, jadwalku pagi. Kalau Adam berangkat pagi, jadwalku siang atau bahkan sore. Seharusnya kami masih bisa berpapasan, karena ruang yang dipakai juga kadang bersebelahan atau malah gantian ruangan kalau dosennya sama.

Sayangnya papasan itu nggak pernah terjadi, seolah Adam adalah anggota DPR yang punya jadwal super padat yang membuatnya harus segera pulang begitu kuliah berakhir. Padahal, dia kan cuma Pak RT di desa-desa yang kerjaannya main catur sambil minum kopi di pos ronda!

Hari ini, aku berkesempatan untuk melihat Adam di parkiran. Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari mengejarnya yang sudah berjalan melintasi tempat parkir. Aku sempat meneriakkan namanya ketika dia sudah naik ke atas motornya, bersiap untuk pergi.

Namun dengan santainya, Adam hanya tersenyum tipis ketika pandangan kami bertemu, lalu melajukan motornya begitu saja seolah nggak punya urusan sama sekali denganku. Meninggalkanku sendirian di tengah parkiran dengan kepala yang akan meledak sebentar lagi.

Tadinya aku ingin ke rumahnya langsung, untuk mencurahkan seluruh emosiku yang mendidih. Namun egoku tersinggung karena dia malah meninggalkanku di parkiran begitu saja, padahal aku sudah lari-lari sampai keringetan hanya untuk mengejarnya. Bahkan rambutku yang baru saja keramas tadi pagi sudah terasa lepek karena keringat.

Gila, baru kali ini aku mengejar-ngejar cowok sampai keringetan begini. Biasanya aku selalu jual mahal menghadapi berbagai macam pengorbanan cowok untukku. Hampir setiap cowok yang mendekatiku selalu memperlakukanku layaknya putri kerajaan yang nggak boleh tersiksa atau kesusahan. Apalagi sampai lari-lari di parkiran super panas seperti ini.

Tiba-tiba aku kepikiran, jangan-jangan Fikri meninggalkanku karena aku terlalu banyak gengsi dan jual mahal. Tapi kan, di hadapan Adam juga aku sudah nggak punya harga diri. Sejak awal, aku nggak pernah gengsi dan jual mahal. Selalu aku yang punya inisiatif duluan. Lalu kenapa Adam tampak ingin meninggalkanku?!

Aku sudah menangis dua kali di depan Adam. Bahkan aku terang-terangan mengakui kalau menangis karena dia. Aku juga sudah berkali-kali mengatakan kalau aku serius menyayanginya. Namun dia nggak pernah membalas kalimatku, seolah itu nggak berarti apa-apa untuknya. Dan yang lebih gila lagi, aku sudah blak-blakan mengatakan kalau ingin jadi istrinya! Seperti biasanya, pesan itu hanya dibaca.

Oke, aku sudah lelah dengan seluruh kelakuan Adam yang menyebalkan. Dengan sumpah serapah di dalam hati, aku pulang ke kos. Belakangan ini aku terlalu sibuk memikirkan Adam, sampai aku jarang terlibat obrolan dengan teman-temanku. Aku nggak pernah lagi ikut mereka nongkrong, karena takut tiba-tiba Bayu muncul di kafe seperti yang sudah-sudah.

MERBABY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang