Pos 12

49.5K 8.3K 219
                                    

Jangan lupa votes dulu sebelum baca. Terima kasih. 

Begitu matahari muncul, teman-temanku langsung sibuk foto-foto, mencari spot terbaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu matahari muncul, teman-temanku langsung sibuk foto-foto, mencari spot terbaik. Sunrise dari sini sudah cukup bagus. Hari ini sangat cerah, sehingga sinar matahari nggak tertutup oleh awan atau kabut. Meski kami nggak melihatnya dari puncak, tapi aku sudah puas dengan hasil jepretan kamera ponselku. Aku jadi kepikiran bagaimana indahnya kalau ini dilihat dari puncaknya. 

Aku, Vika dan Alesia berjalan agak jauh untuk menemukan tempat yang sepi dengan pemandangan Gunung Merapi. Letak Gunung Merbabu dengan Gunung Merapi itu cukup dekat, sering kali keduanya malah disebut seperti gunung kembar. Padahal selisih ketinggiannya cukup jauh. Namun pemandangan Gunung Merapi dari Gunung Merbabu ini adalah salah satu view yang paling banyak dicari pendaki.

Entah kenapa saat di gunung begini, aku merasa wajahku terlihat jauh lebih cantik ketimbang biasanya. Padahal saat ini aku tidak memakai make up apa pun. Semalam, sebelum tidur aku sempat membersihkan wajahku memakai toner dan kapas. Jangan tanya berapa kapas yang kuhabiskan untuk membersihkan wajahku. Belum lagi untuk membersihkan leher. Mengingat debu yang menempel sepanjang perjalanan, sudah bisa dibayangkan sekotor apa wajahku.

Namun ketika bangun tidur, aku merasa wajahku bagus banget. Entah ini karena bantuan sinar matahari yang bagus, atau memang hanya sugestiku saja. Yang jelas, aku merasa sangat percaya diri selfie puluhan kali, meski mukaku masih terlihat muka bantal.

"Udah ya, gue balik ke tenda duluan!" Aku pamit pada Alesia dan Vika yang masih sibuk foto-foto sambil membawa berbagai macam tulisan yang sengaja dibawa dari kosan. Aku tidak mengerti kenapa mereka niat banget menyiapkan berbagai tulisan itu dari sebelumnya.

Vika berfoto membawa tulisan, "Kapan muncak bareng? –Merbabu, 3145 mdpl." Tentu saja tulisan itu buat Kylan, gebetannya. Di kertas lain, ada juga tulisan, "Nek kelingan koe, aku kudu pie?!" Dan sederet kalimat lainnya yang ditujukan untuk gebetan, mantan, sahabat, atau hanya teman tapi mesranya. Alesia juga sama saja. Malah tulisan yang dibawa Alesia jauh lebih menggelikan dibanding milik Vika. [Kalo aku keinget kamu, aku harus gimana?]

Sebenarnya teman-temanku juga banyak yang suka menitip tulisan semacam itu ketika tahu aku mau naik gunung. Tapi aku selalu menolaknya. Aku masih tidak paham apa yang spesial dari tulisan begitu? Lagipula malas juga kalau harus berfoto sebanyak itu dengan berbagai tulisan. Inti dari aku naik gunung kan, untuk menyenangkan diriku sendiri. Dan aku malas merepotkan diri sendiri untuk hal yang nggak terlalu penting itu.

Kalau pun besok aku punya gebetan, tentu aku nggak segan-segan untuk mengiriminya chat lebih dulu untuk mengajaknya mendaki bareng, ketimbang harus susah-susah memberi kode. Sudah begitu, belum tentu juga yang dikode akan paham.

Sambil berjalan menuju tenda, aku memperhatikan sekitar dengan seksama. Siapa tahu aku bisa kembali bertemu dengan Pendot. Rasanya ada banyak sekali hal yang ingin kuceritakan pada Pendot. Dia orang yang cukup menyenangkan diajak bertukar pikiran. Dulu aku sering banget nongkrong dengan Pendot. Bahkan kami sering double date juga. Pendot dengan Mila, dan aku dengan Arkan.

MERBABY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang