Adam adalah orang yang sangat jarang menggunakan media sosial. Dia punya Instagram, tapi pengikut dan following-nya berjumlah seimbang. Artinya Instagramnya memang hanya berisi teman-teman yang dia kenal aja. Artis atau akun bercentang biru yang dia follow juga nggak banyak. Bisa dihitung dengan satu tangan. Yang jelas, dia mengikuti Instagram John Mayer dan Tulus.
Aku lupa kapan pertama kali Instagramku dan Instagram Adam saling follow. Sepertinya ketika aku lulus SMA, dan mulai mendaftar di kampus ini. Soal siapa yang mengikuti duluan, aku benar-benar lupa. Sepertinya sih, aku duluan. Mana mungkin Adam punya inisiatif lebih dulu.
Di Whatsapp, dia juga jarang membuat status. Rasanya melihat nama Adam ada di barisan status Whatsapp adalah hal yang asing. Sekalinya buat status juga nggak terlalu penting. Makanya ketika melihat dia membuat status dengan tulisan, "Hello, Desember," aku heran. Secara otomatis aku langsung menganggap kalau Adam ulang tahun di bulan Desember. Karena di bulan-bulan sebelumnya, dia nggak pernah membuat status itu di awal bulan.
Sayangnya dia nggak pernah membahas soal hal pribadinya pada siapa pun. Teman cowok di kelas yang paling sering ngobrol dengannya adalah Bimo. Dan Bimo juga nggak tahu apa-apa soal ulang tahun Adam.
Sebenarnya saat mau naik Gunung Merbabu kemarin, dalam berkas simaksi, tercantum dengan jelas alamat dan tempat tanggal lahir kami semua. Sayangnya yang mengurus simaksi itu Adam sendiri. Sehingga kami semua nggak ada yang tahu tanggal berapa Adam ulang tahun.
Aku juga heran dengan diriku sendiri, kenapa ulang tahun Adam jadi penting banget untuk kuurusi? Padahal teman-temanku, para penggemar Adam golongan kedua, juga nggak terlalu peduli dengan itu. Bahkan sepertinya mereka juga nggak sadar kalau status Adam di tanggal 1 Desember itu merupakan kode kalau bulan Desember adalah bulan yang spesial untuknya.
Tiba-tiba saja aku teringat dengan Mbak Dinda. Kakak kelasku saat SMA, yang merupakan kakak kandung Adam. Sebenarnya aku baru tahu kalau Mbak Dinda adalah kakak kandung Adam ketika semester 2.
Saat itu sedang liburan semester. Aku nggak sengaja bertemu Mbak Dinda di supermarket. Mereka sedang belanja bulanan sekeluarga, dan ada Adam juga. Sedangkan aku hanya belanja berdua dengan Mamaku. Waktu itu Adam nggak menyapaku. Dia hanya menoleh sekilas, kemudian kembali terlibat obrolan dengan Bapaknya. Sementara Mbak Dinda menyapa ramah Mamaku dengan sopan.
Ketika SMA dulu, aku akrab banget dengan Mbak Dinda yang berumur dua tahun di atasku. Ketika MOS, Mbak Dinda membimbing kelompok MOS-ku. Dia orangnya baik dan ramah banget. Sampai lulus, Mbak Dinda masih menyapaku, bahkan mengajariku beberapa pelajaran ketika aku kesulitan.
Selama kami kenal, Mbak Dinda sempat beberapa kali menyinggung soal adiknya, tapi aku nggak pernah peduli. Soalnya Mbak Dinda juga nggak pernah menyebutkan nama Adam ketika bercerita soal adik laki-lakinya.
Bahkan setelah sama-sama sibuk dengan kuliah masing-masing, Mbak Dinda masih suka mengomentari story di Instagramku. Kami masih akrab meski nggak seakrab dulu yang suka saling cerita.
Sejak Adam membuat status itu di tanggal 1 Desember, aku terus mengecek akun Instagram Mbak Dinda. Benar-benar rutin setiap hari. Aku berharap Mbak Dinda akan membuat Instastory selamat ulang tahun di hari ulang tahun Adam.
Tebakanku benar. Di tanggal 5 Desember, sesuatu yang kutunggu-tunggu muncul. Kedua bola mataku langsung terbelalak ketika melihat postingan Mbak Dinda yang menampakkan foto dirinya dan Adam saat masih kecil. Di bawah foto itu bertuliskan, "Happy birthday babuku. Si nyebelin yang mau aja disuruh-suruh tiap hari. Apa jangan-jangan kamu kuliah di Jogja biar gak kusuruh-suruh lagi ya, Dek?! Cepat pulang, udah kusiapin kadooo!" Di foto itu, Mbak Dinda juga menandai akun Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MERBABY
Teen FictionKatanya, kalau pengin tahu gimana sifat asli seseorang, ajaklah orang itu mendaki gunung. Padahal Tyrandra tidak pernah tertarik dengan Adam, apalagi sampai kepengin tahu bagaimana sifat asli Adam. Namun, tanpa disengaja, mereka berada dalam satu k...