Pos 16

48.1K 7.9K 471
                                    

Bang Adam, numpang gelar lapak bentaran yaa!

Buat yang belum baca ebook ceritaku yang lain, bisa search di google play dengan keyword "liara audrina"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buat yang belum baca ebook ceritaku yang lain, bisa search di google play dengan keyword "liara audrina"

Buat yang belum baca ebook ceritaku yang lain, bisa search di google play dengan keyword "liara audrina"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Pada mau makan di mana?" Tanyaku pada Vika dan Alesia yang mengemasi buku-bukunya.

"Gue mau kerja kelompok Embrio. Kelompok lo sama siapa, Tir?" sahut Vika.

Aku hanya mengendikkan bahu sembari membuka ponselku untuk melihat daftar kelompok, yang sudah dikirim di grup kelas.

"Ih, kelompok gue nggak ada yang asyik!" Keluhku. Namun setelahnya wajahku berubah cerah. "Eh, nggak deng! Anjir! Gue sekelompok sama Denada dooooong!"

Aku tersenyum penuh jumawa pada Alesia dan Vika yang menatapku sengit. Bagi kami, bisa sekelompok dengan Denada merupakan suatu keberuntungan.

"Tapi lumayan sih, kelompok gue, masih ada Safa. Dia kan diem-diem gitu lumayan rajin anaknya." Sahut Alesia.

"Jadi ini kalian mau langsung kerja kelompok?" Tanyaku lagi.

"Iya. Ini udah pada heboh minta kumpul di perpus."

Bahuku merosot kesal. Biasanya setiap pulang kuliah gini, kami selalu nongkrong atau minimal makan siang dulu di sekitar kampus. Aku tipe orang yang nggak nyaman makan sendirian. Kalau sudah sampai di kos, aku malah jadi malas cari makan, dan lebih memilih tidur.

"Asyik banget, Tyra sekelompok sama Denada!" Suara Karen terdengar penuh kedengkian.

Lagi-lagi aku tersenyum jumawa, seolah aku baru saja menang lotre.

"Tapi nggak papa sih, yang penting gue sekelompok sama Bang Adam." Lanjut Karen, ikut-ikutan tersenyum lebar.

Aku bisa melihat bola mata Vika dan Alesia melebar. Kemudian, tatapan iri yang semula dilontarkan padaku berpindah pada Karen.

Bola mataku mengerjap. Apa barusan aku sedang iri dengan Karen? Hah?! Sejak kapan sekelompok dengan Denada tidak membuatku happy?! Padahal Denada adalah orang yang jauh lebih kompeten dibanding Adam. Dan Denada adalah orang yang sejak dulu selalu kukejar-kejar setiap kali ada kerja kelompok semacam ini. Tapi kenapa sekarang aku malah lebih berharap sekelompok dengan Adam, ketimbang dengan Denada?

MERBABY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang