39 - Baikan?

5.7K 278 55
                                    

Udah klik bintangnya belum??? Kalau belum, klik bintang dulu, okeyy?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah klik bintangnya belum??? Kalau belum, klik bintang dulu, okeyy?

Udah? Let's start reading!!!

🌹H A P P Y R E A D I N G🌹

"Mungkin banyak orang yang menganggapku baik dan juga polos, tapi kalian tidak tau siapa aku sebenarnya"

Sinta Akriana

Rama menatap Sandra yang tengah menyuapi Sinta buah buahan. Rama duduk di sofa single dengan ditemani oleh secangkir teh hangat.

Sebulan sudah Rama menjalani hukuman yang diberikkan oleh Sinta kepadanya, hukuman yang begitu menyiksa menurutnya.

Rama harus tidur tanpa adanya Sinta di sampingnya, dan itu membuat dirinya merasa begitu tersiksa. Tersiksa karena dia harus terus dihantui oleh rasa penyesalan.

Penyesalan yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya.

Salah dirinya juga, jika sudah begini siapa yang mau disalahkan?

Mata Rama terus memperhatikan tubuh Sinta yang sudah cukup berisi, kakinya tambah membengkak begitu pun juga dengan pipinya yang tambah tembam membuat Rama gemas ingin menggigitnya.

Kecantikan Istrinya bertambah seiring dengan berjalannya waktu, bukan hanya Cantik, tapi juga sangat menggoda iman Rama.

"Sandra, tidak ada Apel?" Tanya Sinta seraya menjauhkan mangkok berisi buah buahan.

"Apelnya habis, Kak Sinta. Aku minta Mami buat beliin ya?"

Sinta menggeleng, "Kakak mau buah Apel merah yang langsung dipetik dari pohonnya," Sinta diam sejenak seraya mengelus perutnya, "Yang ada di Australia"

Sandra menganga menatap Sinta, "Tapi kan selagi bisa dibeli kenapa harus metiknya jauh jauh"

"Sandra... "

Sinta mulai merengek, Rama yang memperhatikkan itu menyinggungkan senyun tipisnya. Mungkin ini adalah sebuah kesempatan untuknya.

"Biar aku yang carikan"

Bak seorang pahlawan kesiangan, Rama dengan sigap langsung berdiri dan menghampiri Sinta.

Sinta hanya menatap Rama, "Um... kalau gitu gak usah, takut ngerepotin," ujar Sinta.

Rama menghela nafasnya dan berjongkok di hadapan Sinta, ia mengelus kedua punggung tangan Sinta, "Biarkan aku menuruti keinginan anak kita, selama ini aku belum pernah nuriti semua keinginannya"

The King Of PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang