Part 35

27 0 0
                                    

Setelah puas bermain dan berkeliling taman kanak-kanak ini, Sera dan Rey memutuskan untuk beristirahat sebentar di tepi tempat bermain yang ada.

"Nih," Rey memberikan sebotol air mineral, lalu diterima oleh Sera.

"Lo udah pernah ke sini sebelumnya?" tanya Rey

Sera menutup botol air mineral itu. Lalu pandangannya lurus menghadap ke depan.

"Ser? Lo kenapa?" Rey mengguncangkan bahu gadis itu pelan.

"Eh? Nggak gue gak apa-apa," Sera tersenyum tipis, "Terakhir gue ke sini bareng abang gue. Dua tahun lalu. "

Rey menautkan kedua alisnya, "Lo punya abang?"

"Iya, tapi itu dulu. " Ujar Sera lalu menatap Rey yang duduk di sampingnya.

"Dulu? Emangnya abang lo sekarang kemana? Pindah?" tanya Rey

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Dulu? Emangnya abang lo sekarang kemana? Pindah?" tanya Rey

"Abang gue udah tenang," Sera menundukkan kepalanya.

Rey merasa tidak enak pada gadis itu. Kemudian cowok itu mendekapnya, membawa gadis itu ke dada bidangnya. "Maaf, gue gak tau. "

Sera melepaskan dekapan cowok itu, kemudian duduk tegap kembali. "Gak apa-apa. Gue juga udah ikhlas. "

Ternyata dibalik sosoknya yang jutek, judes, sering menatap orang tajam, Sera hanyalah manusia biasa yang bisa sedih seperti orang-orang pada umumnya. Kelemahannya adalah abangnya, karena hanya abangnya lah yang mengerti dirinya.

"Emangnya nama abang lo siapa?" Rey menatap cewek itu, meminta jawaban.

Sera mendelik, "Kepo lo!"

"Gue nanya baik-baik elah!"

"Arsen. Emangnya lo kenal?" tanya Sera sambil mengangkat satu alisnya ke atas.

"Gue kaya pernah denger namanya, tapi gue lupa di mana. " Rey terkekeh.

***

"Bang, ada yang nyariin lo!" seru Devano yang baru saja tiba di Warman sambil ngos-ngosan karena lari-larian.

"Siapa?" Mars lalu berdiri dari duduknya dan berkacak pinggang.

"Travierso," ujar Devano, "Tapi gak ada Tamara. "

Mars menatap teman-temannya yang ada di sampingnya, "Lo semua ke sekolah sekarang! Amanin semua murid! Biar ini gue yang urus!"

"Lo yakin mau lawan mereka sendiri?" tanya Aland dengan wajah datarnya.

"Mars kita masih bisa bantu lo!" sahut Bastian

Mars menggeleng, "Ini urusan gue, lo semua amanin sekolah aja!"

Kemudian Bastian, Aidan, dan Devano memilih mengikuti perintah ketua mereka. Ketiga cowok itu sudah berjalan keluar Warman lewat pintu belakang. Sementara Aland, cowok itu berhenti sejenak sebelum menyusul ketiga temannya yang lain.

Cold Crush [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang