Part 41

27 2 0
                                    

Di pagi hari, Mars bersama temannya yang lain sudah duduk manis di kantin, menunggu pesanan mereka sampai. 

"Eh gimana tuh si Sera udah bangun? Kebo amat tidur mulu!" sambar Aidan lalu cengengesan.

Mars tampak mengedipkan matanya beberapa kali. "Gue belom siap ngomong ke dia,"

Aland menoleh pada sahabatnya itu. "Emangnya lo mau sodara lo berharap terus sama Rey yang entah kapan sadarnya?"

"Lo harus terima semua resikonya Mars. Cuman lo yang bisa bikin Sera kembali seperti semula." Lanjut Aland

"Yang gue takutin bukan hanya itu. Gue takut dia bakal gegabah lagi kaya pas kejadian meninggal abangnya," Mars menatap teman-temannya yang mengerutkan dahi. Maklum, yang baru tau soal ini hanya dirinya dan Rey, karena sebelumnya Rey meminta Mars untuk menceritakannya.

"Lo semua pasti nggak tahu, soalnya gue cuman cerita ke Rey. Tapi hari ini akan gue ceritain ke kalian juga!"

"Emang sebenernya ada apa?"

Mars menoleh pada Rey yang menatapnya penuh tanda tanya. Apakah ia harus membeberkannya sekarang? 

"Lo mau tahu yang sebenarnya?" tanya Mars setelah memantapkan diri untuk menceritakannya. 

Rey mengangguk, lelaki itu tampak menghela napas, berusaha tetap santai walaupun hatinya jedak jeduk sedari tadi. 

"Gue, Sera, Leo, dan Arsen gak pernah terpisahkan dari lahir, kita semua kompak. Termasuk sifat dingin, ketus, dan judesnya Sera itu ada di dalam diri gue, Arsen, dan Leo."

"Sera emang deket banget sama Arsen, sampe Arsen juga sayang banget sama dia. Tapi suatu hari, ada cewek yang nyamperin Arsen, dia Tamara. Di saat sahabat Arsen yang lain setuju kalau Arsen sama Tamara, lain halnya sama Sera. Dia malah sebaliknya, katanya sih Tamara tuh nggak baik buat abangnya, tapi gue ga tau penyebabnya apa. " Ucap Mars, pikirannya sekarang kembali ke masa itu. Hari di mana ia melihat Sera dan Arsen saling menjauhi hanya karena Sera tidak setuju abangnya menjalin hubungan dengan cewek bernama Tamara itu.

"Gara-gara abangnya ga ngikutin kemauan dia, Sera pergi ke luar, dia jalan-jalan sendiri di tengah jalan deket rumahnya. Dia bahkan nggak meduliin Arsen yang nyusul dia sambil teriak-teriak kaya orang nggak waras. Gue ada di situ, tapi gue malah diem aja. Gue cuman merhatiin mereka dari kejauhan tanpa berniat untuk ikut campur. "

"Terus habis itu apa yang terjadi?" tanya Rey sambil menunggu kelanjutan dari cerita itu.

"Tiba-tiba ada mobil yang datang dari depan Sera. Arsen lari, dia langsung dorong Sera ke belakang, gue niatnya mau samperin Sera yang udah pingsan. Tapi ternyata mobil itu malah nabrak Arsen. Di situ gue bingung, yang harus gue tolong siapa. Akhirnya gue lihat Bara, cowok itu kayanya mau main ke rumahnya Sera. "

Mars menatap hadapannya dengan tatapan kosong. Cowok itu lantas kembali berucap, "Gue lihat Bara kaya cekcok sama cewek di mobil itu, sampai akhirnya Bara nyuruh cewek itu pergi. Gue udah nyuruh Bara berhentiin cewek itu, tapi dia nggak mau, dari situ gue curiga ke Bara. Tapi akhirnya gue nyuruh Bara bawa mobil gue yang ada di rumah Sera. "

"Nyawa Arsen nggak tertolong, Bunda Sera di situ terpukul banget, tapi mau gimana lagi, mungkin itu takdirnya. Sera bangun, dia nyariin abangnya, awalnya gue takut dia bakal ngamuk, tapi setelah gue kasih pengertian, dia perlahan-lahan bisa nerima, bisa ikhlas walaupun butuh berhari-hari lamanya. Dan waktu terakhir kali gue jemput Sera, Sera bilang kalau ada yg sms dia tentang Arsen, gue langsung cari siapa pemilik nomor itu, dan ternyata itu Tamara. "

Rey menunjuk nunjuk Mars. Cowok itu teringat sesuatu. "Lo tadi ngomong kalau cewek yang nabrak Arsen itu langsung kabur, itu siapa?"

"Itu Tamara, di situ Rey nyoba lindungin Tamara, karena dia kakaknya. "

"Bangsat! Gak kakak gak adik, kelakuannya bejat semua!" geram Rey

"Sekarang lo udah tahu kan gimana ceritanya? Gue harap lo rahasiain ini sama Sera, karena cerita ini cuman gue yang tahu. " Pinta Mars lalu diangguki oleh Rey.

"Nama abangnya Sera siapa?"

"Emang kenapa?"

"Gue kaya pernah denger namanya," ujar Rey, berusaha mengingat ngingat pemilik nama tersebut.

"Niskala Arsena Putra. "

"Anjir, gak nyangka gue sama si Bara, gue kira dia anak baik-baik!" seru Bastian sambil menggelengkan kepala.

"Emang itu motifnya Tamara apa sih?" tanya Aidan, sedikit sinis.

"Dia nggak terima kalau Arsen nolak dia cumam gara-gara Sera. Jadi di situ dia langsung punya rencana buat nabrak Sera, eh tapi yang ketabeak malah Arsen. "

"Cewek bego! Dia yang nabrak, dia juga yang nyari pembelaan!" geram Aland. Tajam, dingin, menyakitkan. Ya seperti itu lah kalau Aland sudah ngomong.

***

Sepulang sekolah, Mars langsung pulang ke rumahnya karena cowok itu mendapat telepon dari adiknya bahwa Sera sudah bangun dari tidurnya.

"Mars!" panggil sang Mama dari atas, tepatnya dari kamar Mars.

Mars membuka lebar pintu kamarnya yang tadi tertutup. Dapat dilihat dari raut wajahnya, cowok itu terkejut melihat Sera yang mengamuk. "Ser? Lo kenapa?"

"Tadi dia nanya di mana Rey," Mars menoleh pada Mamanya.

"Rey mana?" tanya Sera dingin. Cewek itu sekarang bersikap dingin kembali.

Mars menarik napas pelan. Cowok itu tidak sanggup untuk mengatakan bahwa Rey meninggal. "Lo ikhlasin dia, dia udah tenang. "

Sera menggelengkan kepalanya kuat. "Nggak! Lo bohong kan sama gue?" nada suara Sera sedikit meninggi sambil menatap Mars tajam.

"Ma, Mama keluar dulu ya, sebentar. " Ucap Mars lalu wanita yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua pergi keluar.

"Mars, lo bohong kan?" tanya Sera kini gadis itu terlihat lemas karena nada bicaranya yang dipelankan.

"Ser, gue gak bohong. "

Sera mengelap air mata yang turun ke pipinya. "Apa yang gue gak tau selama gue tidur di sini berhari-hari?"

"Gue mau ke makam Rey sekarang!" putus Sera kemudian gadis itu beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju lantai bawah.

"Ser! Lo mau kemana?" teriak Mars dari lantai atas.

Leo yang kebetulan sedang ada di ruang keluarga lekas menoleh ketika mendengar keributan yang diciptakan Mars dan Sera. Cowok itu buru-buru menghampiri Sera yang sudah banjir air mata.

"Ser, lo mau kemana?" tanya Leo, Sera yang tadinya menatap Mars di tangga, sekarang menoleh, menatap Leo.

"Anterin gue ke makamnya Rey!" titah Sera

"Nggak, biar Mars yang anter lo!"

Mars segera turun ke bawah. Dia menatap Leo sebentar. Menyuruh adiknya itu pergi dengan kode matanya. "Ini udah sore, besok kita ke makamnya Rey. Sekarang gue anter lo ke rumah."

***

Gatau kenapa di part ini aku rada sedih, padahal mah biasa aja😭😭

Gatau kenapa di part ini aku rada sedih, padahal mah biasa aja😭😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam dari Mars, Aland, Aidan, dan Bastian🤘

Cold Crush [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang