Part 43

32 0 0
                                    

Sera tidak menyangka kalau Rey mempersiapkan ini untuknya. Cewek itu semakin dibuat kagum oleh usaha yang dilakukan Rey yang tadi diceritakan Bundanya.

"Kamu tau Anya kan?" tanya sang Bunda

"Temannya Rey?" Sera mengangkat sebelah alisnya.

"Ternyata dia yang selama ini ngerawat Arsen. Dan dia juga pacar kakak kamu!"

Sera melongo tak percaya, mendengar cerita dari Bundanya. "Kok Anya?"

"Mars abang gue nggak apa-apa kan?" tanya Sera, cewek itu sudah banjir air mata.

"Abang lo kuat Ser, kita berdoa aja ya. "

"Mars, tante titip Sera sebentar ya, tante mau ngurus biaya administrasi dulu. " Mars mengangguk, membiarkan wanita itu membayar.

"Atas nama pasien Niskala Arsena, mba. " Ujar Bunda Sera tak lama kemudian sang petugas kasir dihadapannya menyerahkan total pengobatan Arsena.

"Ini Bu, silahkan. Bayar cash apa debit, Bu?"

"Debit aja mba. "

Setelah selesai melakukan pembayaran, wanita itu melihat seseorang yang menarik perhatiannya. Dia seperti mengenali sosok gadis itu. Awalnya wanita ini berpikir untuk mengikuti gadis itu. Tetapi niatnya diurungkan ketika sadar bahwa gadis itu sedang buru-buru menuju IGD karena membawa seorang pasien yang berlumur darah.

"Sera mau di sini aja? Gak mau pulang?" tanya Bundanya begitu sudah berdiri di hadapan anaknya.

"Sera di sini aja, lagian Sera juga mau nunggu kabar Arsen. "

"Lo pulang aja Ser, besok sekolah. Masa mau telat?" tanya Mars. Cewek itu kesal karena Mars selalu saja memiliki alasan.

"Iya kamu pulang aja, udah malem. Biar Bunda yang tunggu di sini. " Sera mengangguk walaupun hatinya ingin memilih menetap di sini. Mau bagaimana lagi kalau ini semua keputusan Bundanya. Dia tidak bisa melarang.

"Setelah kamu pulang, Bunda ngeliat Anya kaya khawatir. Ternyata bener. Dia habis nolongin orang yang kecelakaan. Bunda samperin aja dia, soalnya Bunda familiar sama mukanya. " Lanjut sang Bunda. Sera masih setia mendengarkannya.

"Kamu lagi nunggu siapa?" Gadis yang sedari tadi gusar itu langsung menatap wanita di hadapannya.

"Tadi saya nolongin orang yang kecelakaan, Bu. " Jawab gadis itu, ramah.

"Panggil aja Tante, berasa tua saya kalau kamu panggil Bu. "

"Bu..Eh Tan, tante sendiri lagi nunggu siapa?"

"Anak saya tadi tertabrak. Sekarang lagi di IGD juga sama kaya korban yang tadi kamu bawa. "

"Siapa namanya Tan? Kalau boleh tahu. " Anya terkekeh pelan, merasa tak enak.

"Arsena. "

"Setelah Bunda nyebut nama Abang kamu, dokter keluar dari IGD. Kami berdua langsung menunggu jawaban yang sedari tadi kami tunggu. Kamu tahu kan jawabannya? Kalau Arsena meninggal. "

"Ternyata di situ dokternya kebalik. Yang meninggal itu korban yang dibawa sama Anya. "

Sera menautkan alisnya. "Kok bisa ketuker?"

"Di situ Bunda percaya aja sama dokternya. Dan langsung bawa Arsena pulang setelah di kain kafanin. Kamu pasti tahu." Sera mengangguk mengiyakan.

"Anya tuh nggak tahu muka korban yang dia bawa bentukannya kaya gimana, soalnya mukanya udah berlumur darah. Jadi dia bawa aja Arsen keluar negeri. Karena dia juga kebetulan mau kuliah di luar negeri. "

Cold Crush [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang