Part 38

22 3 0
                                    

"Bangg! Sera, bang!" seru Zidan yang baru saja sampai di Warman dengan napas yang ngos-ngosan karena lari.

Mars menatap Zidan tajam, "Ada apa?"

"Sera bang," Zidan memegang lututnya. Cowok itu masih tidak bernapas normal.

"Lo kalau ngomong yang bener, Dun!" seru Rey

Zidan perlahan menghembuskan napasnya. "Sera, dia ditangkep!"

Mars disusul anggota Cattivo yang sedang berkumpul di Warman langsung bangkit dari duduknya.

"Di mana dia?" tanya Mars dengan tatapan tajamnya.

"Di gudang belakang," ujar Zidan

"Mars, lo tenang dulu. Jangan panik!" titah Aland.

Rey menatap temannya. "Ya udah sekarang kita mencar aja, gue sama Bastian ke kiri, Mars, Aidan, Aland, ke kanan. Sisanya bebas, lo semua mau ikut siapa. "

"Gue sama lo aja, Bang," kata Devano sambil menatap Rey.

"Gue sama Devano sama Bang Rey, Bang Aryan bareng Bang Mars. " Ujar Zidan

"Cabut!" titah Mars sambil mengambil kunci motornya dan berjalan memimpin mereka semua.

***

"Bagaimana? Lo masih mau ngelawan?" tanya Tamara. Kini perempuan itu memutari tubuh Sera yang diikat di kursi.

"Emmm.....emmmmm..." gumam Sera. Gadis itu tidak bisa berbicara karena mulutnya ditutupi lakban.

"Mau ngomong lo?" tanya Bara sambil jongkok dihadapan Sera.

Brugh!

Sera menendang dada Bara kencang. Membuat cowok itu sedikit terhuyung ke belakang.

"Bangsat!" geramnya lalu menampar pipi kanan Sera.

"Sejak kapan lo berani nampar gue Bara?!" tanya Sera. Gadis itu menaikkan suaranya.

"Karena lo," Bara menunjuk wajah Sera, "Kakak gue depresi!"

"Terus hubungannya sama gue apa bajingan?!" seru Sera, kini cewek itu dadanya naik turun.

Bara tersenyum miring, kemudian cowok itu mendekatkan wajahnya ke depan wajah Sera. "Kalau waktu itu lo gak ada di sana, Arsen gak bakal meninggal!"

"Lo pikir gue masih terima, Arsen meninggal?"

"Banyak bacot lo!" sahut Tamara kemudian menampar pipi kiri Sera membuat cewek itu meringis kesakitan.

"KALAU SAAT ITU LO GAK BUNUH ARSEN, ARSEN MASIH TETEP DI SINI, BEGO!" suara lantang seseorang mengalihkan semua orang yang ada di ruangan itu. Tampak di pintu gudang, sudah ada Mars bersama anggota Cattivo yang lain.

"Bagus, sekarang gue bisa lebih leluasa nyakitin ini cewek! Karna lo semua udah siap liat dia menderita!" Tamara mendekati Sera, mengangkat dagu gadis itu. Tak disangka ternyata Tamara mengeluarkan sebuah pisau tajam dari saku bajunya.

"BANGSAT!" Rey kemudian berlari menuju Tamara dan menendang pisau yang baru saja dikeluarkan perempuan itu.

"Lo bener-bener ya! Lo perempuan apa iblis?" tanya Rey, kini wajah cowok itu memerah menahan emosi yang sudah mencapai ubun-ubun.

Tamara bersidekap dada sambil menatap Rey. "Kenapa? Lo takut kehilangan orang yang lo suka?" tanya Tamara, "Kalau gitu, adil dong, gue kehilangan kakaknya dia sebagai orang yang gue suka. Dan lo kehilangan cewek ini sebagai orang yang lo suka juga kan?"

"Lo jangan gila Tamara! Lo bego cuman gara-gara gak terima kalau Arsen cuman nganggep lo sahabat?" seru Mars sambil mendekati Tamara dengan tatapan tajamnya. Sementara tangannya, ia memberi simbol pada Devano untuk membuka  tali yang mengikat tubuh Sera. Devano yang mengerti langsung membisikkan sesuatu ke telinga Bastian, Aland, Aidan, Zidan, dan Aryan, meminta kelima cowok itu mengurusi para anggota Travierso yang ada di sana.

Devano berlari ketika kelima temannya yang lain sedang mencoba membuat anggota Travierso lengah. Cowok itu mengendap-ngendap membuka tali yang mengikat tubuh Sera. Untungnya Mars dan Rey berusaha mengalihkan perhatian Tamara dan Bara.

Sera menengok ke belakang ketika ada seseorang yang membantunya. "Makasih,"

Devano mengangguk kemudian merangkul Sera untuk keluar dari sana. Tetapi Sera menolak, cewek itu ingin membantu sepupunya. Karena bagaimana pun, Sera sudah tau kalau akar permasalahan ini adalah dirinya dan Arsen.

"Gue mau bantu Mars sama yang lain, Van. " Ujar Sera lalu menyingkirkan lengan Devano yang ada di bahunya.

"Kak, ini berbahaya buat lo!" larang Devano sambil menatap Sera dengan permohonan.

"Nggak, gue harus bantu yang lain! Kalau lo mau keluar, lo keluar sendiri!" bantah Sera lalu berlari menuju Mars yang sedang cekcok dengan Tamara.

"Yang punya urusan sama lo itu gue! Jangan sangkut pautin semua ini sama mereka! Mereka gak tau apa-apa!" seru Sera sambil menatap Tamara tajam.

"Oh...rupanya lo udah bebas? Siapa yang nolongin lo?" tanya Tamara

"Ser, lo jangan nekat! Dia bisa ngapain aja!" sahut Mars meminta Sera agar tidak menyerang Tamara.

"Lo kesannya kaya orang paling menyedihkan, tau? Lo orang yang bunuh kakak gue, dan lo sendiri yang depresi karena itu? Otak lo di mana sialan?! Lo pikir pake otak lo! Gue yang adiknya sendiri, bahkan baru tau hari ini kalau lo yang bunuh kakak gue! Sakit hati gak gue?" tanya Sera. Cewek itu menatap Tamara datar, tidak mengerti dengan jalan pikiran perempuan dihadapannya itu.

"Gak usah banyak bacot ya lo! Kalau di hari itu lo gak nyamperin kakak lo, mungkin Arsen gak bakal meninggal!" ucap Tamara, suaranya meninggi membuat anggota Cattivo yang berhasil mengalahkan anggota Travierso langsung menatap ke arah mereka berdua.

"Gue di situ lari, karena lo juga! Kalau di hari itu lo gak maksa-maksa kakak gue jadi pacar lo, mungkin gue gak bakal lari dari rumah!" kata Sera, cewek itu kini emosi hingga tangannya mengepal kuat.

Mars dan Rey yang menyaksikan itu hanya bisa terdiam. Kedua cowok itu menunggu apa yang keluar dari mulut Tamara.

Tamara berjongkok, mengambil pisau yang tadi terjatuh di dekatnya. "Bacot lo! Gue gak butuh alasan dari lo!" ucap Tamara kemudian menodongkan pisau tepat di depan wajah Sera membuat cewek itu jadi terkejut tetapi sebisa mungkin ia mengubah mimik wajahnya menjadi datar.

TRENGG...

Rey berhasil menjatuhkan kembali pisau yang ada di tangan Tamara. Perempuan itu menjadi kesal sekarang dan memberi sebuah kode pada Bara yang ada di hadapannya.

Untungnya Rey mengerti dengan kode yang disampaikan Tamara untuk Bara. Cowok itu segera menarik tubuh Sera ke belakangnya, melindungi gadis itu.

DORR!

Suara senapan peluru menggelegar di gudang itu. Rey terjatuh tepat di dekapan Sera. Cowok itu berhasil melindungi Sera dari sasaran Bara. Kini cowok itu tertembak oleh pistol yang tadi dipegang oleh Bara.

Bara yang sadar salah mematuk peluru langsung kabur dari sana diikuti Tamara. Para anggota Travierso yang sudah sadar pun langsung ikut kabur walau kaki mereka masih sedikit terpincang-pincang.

"Rey!" seru Sera, cewek itu kini terduduk di lantai dengan Rey yang ada dipangkuannya.

"Rey, bangun Rey!" Mars menepuk-nepuk pipi Rey, mencoba membangunkan cowok itu.

Bastian berlutut disamping Rey yang terbaring di pangkuan Sera. "Rey! Bangun! Gak lucu bercanda lo!"

Sera terisak melihat darah segar yang keluar dari tubuh cowok itu. "Rey, gue mohon lo harus kuat,"

Rey membuka matanya perlahan. "Ser, gu...gu....gue....se....se...neng....bi...sa...nge...lindung....ngi...lo,"

"Dun! Telpon ambulance!" titah Aland lalu diangguki oleh Zidan.

***

Cold Crush [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang