Chapter 23

1.5K 87 0
                                    


    Hola guys!
Kalian semoga baik-baik aja yah, yang masih ngerjain tugas, sabar yah aku sama kok kayak kalian. Dan semangat, utamakan belajar yah guys. Wattpad hanya mengisi waktu luang kalian dan mengisi kekosongan hidup kalian.

.

.

.

   Aqila bercanda gurau dengan Fina di perpustakaan, entahlah mereka bosan jika bertemu dengan guru bahasa Jerman.

   Aqila menutup mulutnya untuk mencegah ledakan tawanya, karena ia tahu perpustakaan adalah tempat yang dilarang untuk tertawa keras karena bisa menganggu konsterasi orang lain, di dalam tempat itu hanya berisi orang rajin membaca buku.

    "Please Fin, gua gak kuat." ujar Aqila yang membekap mulutnya.

    "Nih gua ada candidnya Langit, ini tu dikirim dari Galang. Gila disini Langit mukanya kayak bebek Aqila." seru Fina yang memperlihatkan sebuah foto Langit di ponsel milik Fina.

   Aqila tertawa kembali, "Asli muka Langit kok gitu amat." ujar Aqila.

   "Eh kata si Galang nih, kalo di poto ini si Langit katanya lagi sakit gigi terus si Keano ngusilin dia terus dan saat itu juga si Galang ngajak vc Langit, dan usilnya lagi Galang di screentos. Parah dah mereka usilnya minta ampun." ujar Fina yang tertawa menceritakan pada Aqila.

   "Lo kirim poto itu, gua mau bikin dia marah. Ngakak asli gua sama poto itu,"

   "Permisi, boleh gak gua mau ngomong berdua sama lo."

   Aqila dan Fina menatap kebelakang dimana seseorang datang dan mengajak Aqila untuk berbicara, Aqila mengangguk. "Ok, Fina gua kesitu dulu yah. Lo disini aja." ujar Aqila yang kemudian bangkit dan melangkahkan kakinya mengikuti langkah Alsa, yah cewek itu Alsa.

   "Maaf, gua udah ganggu waktu lo yah?" tanya Alsa yang menatap Aqila.

   Aqila tersenyum dan menggeleng, ada rasa kasihan kepada Alsa. "Gak sama sekali, oh iya lo mau ngomong apa? Tentang Langit yah?" tanya Aqila.

   "Yah bener apa yang lo bilang, gua mau tanya Langit sehat-sehat aja kan?" tanya Alsa.

   Kening Aqila berkerut, maksudnya apa dengan pertanyaan Alsa, "Yah Langit baik-baik aja kok, kalo lo mau ngomong berdua sama Langit gua bisa kok suruh Langit jalan sama lo." seru Aqila.

   "Gak perlu Aqila, gua terima kasih banget sama lo yah."

   Sumpah Aqila tidak mengerti dengan ucapan Alsa, "Terima kasih? Emang gua ngelakuin hal apa Alsa?" tanya Aqila yang tidak mengerti.

   "Lo selalu ada buat dia, gak kayak gua yang selalu bikin dia emosi dan marah-marah. Gua gak pantes buat Langit, tapi gua gak bisa ngelepasin Langit gitu aja. Gua sayang sama dia." jelas Alsa.

   Hati Aqila sebenarnya sedikit tidak terima, namun ia tersenyum. "Coba lo omongin baik-baik tentang masalah lo berdua, gua yakin Langit mau kok." seru Aqila yang menepuk bahu Alsa.

   "Kenapa lo yakin banget kalo Langit mau bicarain masalah ini sama gua, kayaknya lo deket banget yah sama Langit?" tanya Alsa.

   "Gua gak bermaksud gitu, gua yakin aja karena Langit bukan orang yang penunda masalah." ujar Aqila yang gugup dan ragu.

   "Iya, gua tau lo salah satu cewek yang deket banget sama Langit akhir-akhir ini. Gua cuman mau bilang sama lo, gua pacarnya." ujar Alsa.

   Gua isterinya, lo gak tau itu * batin Aqila

   "Gua tau itu," seru Aqila.

   "Sebenarnya lo siapanya Langit?" tanya Alsa.

   "Gua siapanya Langit? Bukan siapa-siapanya kok. Gua keponakannya Aland, yah si Aland itu sepupu gua. Dan yah si Aland kan sahabat deket sama Langit jadi gua kenal sama dia. Lo tau sendiri gua anak baru disini jadi gua kadang butuh panduan dari Aland, maka dari itu gua bisa kenal Langit karena Aland. Gua sering ikut nongkrong sama Aland dan yah disitu ngobrol-ngobrol jadi gua tau sisi lain atau sifat Langit, bukan Langit aja sih yang lainnya juga." tukas Aqila yang sudah jelas ia mengarang. Ia tidak sekalipun menganal Aland, orang itu terlalu tertutup tidak seperti yang lainnya.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang