"Kau mungkin tidak sangat mencintaimu tapi kau punya sedikit cinta untukku." Yessie diam--seakan membenarkan kalimat itu.∆∆∆
Yessie termenung di sofa ketika Austin mengambil koper wanita itu. Austin hendak menaruh pakaian Yessie ke dalam lemari. "Kau harus bersabar, Yess." Austin berkata sambil mengeluarkan beberapa helai pakaian Yessie dari dalam koper. "Sampai bayi itu lahir, bisakah kita tinggal bersama? Aku sudah banyak mengecewakan Mom dan Dad. Jadi kurasa kita bisa berpura-pura bahagia."
"Kita tidak bisa membohongi diri sendiri." Mereka saling memandangi secara dramatis. Yessie melanjutkan, "Dan menurutku bayi ini bukanlah sebuah permainan." Yessie muram. Dia merasa bingung apakah memberi kesempatan kepada Austin adalah keputusan yang tepat atau tidak.
"Kita bisa mencoba--kembali menjalin hubungan baik seperti beberapa hari yang lalu." Austin selalu menawarkan agar mereka mencoba untuk bersama namun pada akhirnya dia hanya memberi harapan palsu. Dia berengsek dan Yessie tidak semestinya memercayai pria itu.
Austin menaruh helai demi helai pakaian Yessie sampai dia menemukan satu kaos milik Austin di sana. "Kau mengambil satu pakaianku?" tanya lelaki itu sambil mengerutkan kening. Dia memandangi Yessie dengan tatapan curiga. "Aku pasti sedang tidak fokus saat memasukkan baju itu ke dalam koper," jawab Yessie santai.
Austin kurang percaya sebab pakaian mereka berada di tempat yang berbeda, kendati lemari yang sama. "Aku akan buat makan malam." Yessie tidak ingin Austin mendesaknya mengenai keberadaan pakaian Austin di koper miliknya. Jadi Yessie berusaha menghindar. "Aku pasti sudah gila karena menahan wanita ini." Austin membatin.
Austin menemukan kartu nama Anthony Hall saat semua pakaian Yessie nyaris disimpan dalam lemari. Anthony Hall merupakan bawahan Patrick McDowell, Ayahnya Austin. Untuk kesekian kalinya Austin mengerutkan kening. Yessie selalu membuat dia melakukan hal itu. Mengapa wanita itu selalu punya banyak cadangan laki-laki? Austin meringis. Dia mengambil korek api kemudian membakar kartu nama itu.
Yessie memasuki kamar setelah mencium aroma menyengat--akibat Austin menghancurkan kartu nama Anthony dengan api. "Astaga kau mengotori lantai. Apa yang sedang kau bakar?" Yessie mengamati api kecil yang menyala di hadapannya. Dia sulit menebak benda apa itu. "Kartu nama Anthony Hall. Apa kau marah?" Austin menjawab datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bastard Husband (Young Daddy)
General Fiction"Kau mulai cerewet seperti ibuku, Yessie! Sejak kapan kau perhatian seperti ini padaku?" Austin tersenyum miring. Meletakkan kakinya di atas meja sambil menyemburkan asap rokok di udara. Kali ini tidak ada lagi kata "Bu" yang menyertai kalimatnya. Y...