***
Yessie kembali ke New York setelah berhasil melakukan wawancara dengan Christian di Massachusetts. Selama masa menunggu, Yessie sudah bicara dengan kepala sekolah tempat dia mengajar dan pihak sekolah mendukung penuh langkah Yessie.
Yessie tergiur ingin menyantap kue kering hari ini. Jadi sepulang mengajar, Yessie mampir ke supermarket membeli bahan kue kemudian membuatnya di apartemen miliknya. Dia tidak punya banyak teman, nyaris tidak ada. Yessie meminta Elena menemani dia. Mereka cukup kenal. "Maafkan aku karena mencuri waktumu. Aku benar-benar kesepian. Sekiranya kaubisa mencicipi kue buatanku."
"Aku suka kue. Tak apa," balas Elena. Dia bekerja di kafe sekolah bernama Monkey dan tentu saja, dia sedikit memahami cara membuat beberapa camilan. "Biasanya aku masak makanan Asia dan Eropa. Namun entah mengapa aku tertarik membuat kue. Aku akan sangat bahagia bila putriku mau sekolah kuliner saat dia lahir."
Melihat Elena, Yessie berharap bisa punya lebih banyak teman. Betul kata Austin bahwa Yessie sendirian di New York. Dia kesepian bila tidak ada Austin. Elena sudah mencampur telur, mentega, dan tepung dalam mesin pengocok saat matanya tertuju pada kertas di meja makan. Gadis itu berjalan mendekati kertas itu.
"Kau membuat novel?" Elena tampak terkejut. Setahu dia, Yessie hanya seorang guru sastra Inggris bukannya seorang penulis. Dia tidak pernah melihat sisi Yessie sebagai penulis. "Aku membuatnya hanya untuk membuat pihak Harvard terkesan padaku. Itu baru aku buat beberapa hari lalu. Aku tidak yakin karyaku bagus." Itu salah satu tugas Yessie. Dia harus mengakhiri kisah yang dibuatnya.
"Apa ini kisah hidupmu?" Elena memperhatikan tulisan My Bastard Husband di sudut paling atas kertas itu. Yessie memberikan anggukan kepala sambil mematikan mesin pengocok waktu bahan-bahan di dalam sana sudah menyatu.
"Tokoh pria-nya merupakan siswa SMA yang menikahi guru. Apa suamimu seorang pelajar? Bukankah waktu itu kau mengelak kenyataan itu? Apa kau dan Nick--." Ingatlah betapa Elena memuja Nick. Dia sungguh merasa hancur saat menduga Yessie dan Nick merupakan pasangan suami istri.
"Bukan, Nick. Ada seorang lelaki di SMA lama Nick. Kurang lebih aku menikah dengan sahabat Nick. Namanya Austin." Yessie merasa Elena bisa menjaga rahasia. Jadi, dia mengaku saja. "Ngomong-ngomong, jangan bilang ke orang-orang. Aku tidak mau merusak reputasi suamiku." Austin memang menyebalkan namun Yessie mencoba berdamai oleh perasaan marahnya. Austin mungkin butuh waktu menerima kenyataan hidupnya.
"Aku akan jaga rahasiamu." Mereka berhenti mengobrol tentang Yessie. Kini giliran istri Austin yang mewawancarai Elena. Dan Elena bercerita banyak tentang kehidupan dia waktu berada di Thailand. Ayah Elena merupakan pria asli Thailand. Orang tuanya bertemu waktu mereka kuliah. Yessie nyaman bicara dengan gadis itu.
"Aku akan belajar masakan Thailand dari ayahmu," kata Yessie. Sudah beberapa menit mereka mengobrol dan kue yang Yessie buat sudah dimasukkan dalam oven. Dia tinggal menunggu kue itu matang. Yessie dan Elena sedang mengobrol waktu Nick datang ke apartemen itu. Bukan cuma Nick. Setengah jam setelah kue telah masak, Austin juga berkunjung ke apartemen Yessie.
"Aku tidak percaya kau masih mendekati Yessie setelah kau menimpakan aib-mu kepadaku. Dan setelah semua perbuatan buruk yang kaulakukan terhadap dia." Nick langsung mengutarakan pemikirannya ketika membuka pintu dan menemukan di depan sana.
"Aku dan Yessie adalah suami istri. Kau tidak tahu kalau belum lama ini kami bercinta dalam toilet. Kau tidak tahu apa-apa mengenai hubungan kami," tegas Austin. Tangan Nick seketika mengepal saat Austin berkata begitu. "Kau mengarang cerita itu!" Nick tidak percaya Yessie bisa semudah itu menyerahkan diri kepada Austin.
"Jangan pernah berharap memiliki istriku, Nick. Yessie tergila-gila kepadaku. Dia tidak akan menyukaimu," bisik Austin. Nick menahan emosinya. Dia berusaha lebih dewasa menanggapi perkataan Austin. Jika ia meladeni pria itu, Nick hanya akan menjadi pria gila seperti Austin..
Austin masuk ke dalam apartemen. "Kenapa kau datang ke sini?" Yessie berseru waktu menyaksikan kehadiran suaminya. Tempo hari, Austin meninggalkan Yessie di pinggir jalan. Lalu beraninya dia hadir di hadapan Yessie seolah tak ada apa-apa yang terjadi di antara mereka.
"Aku suamimu. Apa lagi?" Sekarang Elena menyadari sebagian kisah hidup Yessie. Akhirnya dia bisa melihat wujud dari suami Yessie. "Oh, kau suami dari Miss Monthgomory? Kebetulan kami sedang buat kue. Cobalah, kue buatan istrimu sangat enak." Elena menawarkan, Austin tanpa malu-malu mencoba kue buatan istrinya.
Yessie masih marah. Jadi dia diam saja. Dia tidak mau berkomentar banyak, Yessie masih ingat dengan baik bagaimana Austin lebih memilih paket yang terbungkus kertas coklat ketimbang mengantar Yessie pulang ke rumah. Austin masuk ke dalam dapur, mengisi dua gelas air lalu bergabung di ruang tengah.
"Apa yang sebenarnya mau kaulakukan di sini, Aussie?" Nick mengulang pertanyaan Yessie. Kehadiran Austin seakan merusak semua momen bahagia orang lain. Austin seolah seperti petaka bagi semua orang. "Aku mau meminta maaf ke istriku. Itulah sebabnya aku datang."
Yessie meringis tetapi tak mengucapkan sepatah kata. Austin memulai bicara. "Kita harus bicara, Yessie. Aku tunggu kau di dalam kamar." Austin menyodorkan air mineral ke istrinya. Yessie mau menumpahkan air itu namun Austin berhasil meloloskan gelas itu. "Jangan menumpahkannya. Kau butuh air ini!" tegas Austin.
"Aku tunggu di dalam kamar." Austin berjalan lebih dulu masuk ke dalam kamar. Yessie sangat emosi jadi dia mengikuti Austin masuk ke dalam sana. Ingin sekali Yessie menampar pria itu. Dia tak mau menunjukkan rasa gusar di hadapan Elena dan Nick.
Di dalam kamar, Austin menumpahkan segala kemarahan yang dia pendam. "Apa lagi? Kau mau apa lagi, Aussie?" Austin ada di setiap sudut tempat Yessie berada. Beruntung dia tidak ikut Yessie ke Massachusetts. "Kau punya Erica. Untuk apa kau kemari?"
Austin mengernyitkan alis lalu menjawab, "Aku putus dengan Erica. Dia tidak lagi bersamaku. Kami putus saat kita menghabiskan malam menonton konser." Akhirnya mereka putus. Yessie menyeringai. "Lalu?" Apakah Austin akan mengajak Yessie rujuk? Erica dan Austin sudah putus.
"Aku harus membujuk Erica agar kami tetap bersama." Lelaki ini memang tidak tahu diri. Dia masih mengharapkan Erica tetapi datang ke Yessie. "Kalau begitu pergi saja! Aku tidak butuh dirimu. Kau hanya akan merusak suasana hatiku setiap hari." Yessie berapi-api.
"Santailah, kaubutuh minum air ini. Kau akan lebih baik setelah minum air itu." Austin meyakinkan istrinya untuk minum air pemberiannya. Yessie muak namun dia meneguk air pemberian suaminya. "Lihat, air ini tidak ada artinya bagiku--." Yessie merasakan sesuatu yang aneh terjadi. Dia merasa tubuhnya terasa sangat panas. Dia ingin melakukan itu.
"Apa yang kaumasukkan ke dalam minuman ini? Katakan padaku yang sejujurnya?" Ada hasrat luar biasa yang dirasakan oleh Yessie saat meneguk minuman tersebut. Dia yakin apa yang dia pikirkan benar. Austin menutup pintu, menguncinya. Dia menjawab dengan santai, "Tenanglah, Yessie. Itu hanya viagra. Aku tahu kau merindukan aku. Jadi aku harus memberimu sentuhan." Viagra adalah salah satu jenis penambah hasrat seseorang.
Yessie mengepalkan tangan. Dia mencoba menahan diri. Dia tidak boleh jatuh ke lubang yang sama setiap saat. Austin tak mau menyia-nyiakan ketidakberdayaan Yessie. Pria itu mendekati istrinya dan mulai melancarkan aksinya. Hanya satu kali ciuman sampai Yessie mendorong suaminya menjauh. "Aku tidak akan menuruti kemauanmu lagi. Aku bukan boneka-mu."
See u next time! Instagram : sastrabisu
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bastard Husband (Young Daddy)
General Fiction"Kau mulai cerewet seperti ibuku, Yessie! Sejak kapan kau perhatian seperti ini padaku?" Austin tersenyum miring. Meletakkan kakinya di atas meja sambil menyemburkan asap rokok di udara. Kali ini tidak ada lagi kata "Bu" yang menyertai kalimatnya. Y...