***
Ngidam merupakan fase yang tentu dialami semua wanita hamil termasuk Yessie. Dia sangat menginginkan menyantap makanan Jepang sore ini. Dia memang agak lelah setelah perjalanan jauh dari New Jersey namun rasa penasaran Yessie untuk mencicipi kudapan asal negeri sakura membuat perasaan letih itu perlahan buyar.
"Aku akan ke sekolah. Aku ada latihan sepak bola. Pelatihku pasti sudah sangat murka kepadaku." Austin memberitahu Yessie sembari mengganti kaos oblong dengan pakaian sepak bola sekolahnya. "Apa kau tidak lelah? Kau menyetir selama beberapa jam," sela Yessie. Mereka memang tidak saling mencintai namun mereka masih punya sedikit rasa peduli satu sama lain.
Austin mencintai sepak bola jadi dia tidak akan menghiraukan perasaan lelah yang dia rasakan. "Aku memang agak capek tetapi aku mesti latihan. Aku mau menang dalam pertandingan sepak bola sekolahku. Aku mau kita berdua nonton konser setelahnya." Sebetulnya menang atau tidak Austin sudah pasti punya kesempatan mengajak Yessie menghadiri konser Shawn Mendes. Lelaki itu sudah punya tiket yang berhasil dipesan.
"Itu bagus." Yessie menghempaskan diri di atas kasur. Dia mau mengajak suaminya makan di restoran Jepang namun diurungkan karena Austin mulai sibuk latihan sepak bola. Sebentar lagi lelaki itu ada pertandingan sepak bola tahunan. "Aku pergi dulu," kata Austin. Dia sudah berada di ambang pintu ketika langkah kakinya terhenti. Dia melirik Yessie. Tatapan pria itu sangat intens seakan ada hal penting yang mau dia bicarakan.
"Kenapa kau mematung di sana?" Yessie penasaran, "apa kau lupa sesuatu?" Austin sudah menenteng tas atlit miliknya, mustahil ada yang ketinggalan. Austin tidak menjawab pertanyaan istrinya, dia malah mendekati Yessie dan mengecup kening wanita itu.
"Apa itu?" tanya Yessie, merujuk pada tindakan lelaki itu. Seorang pria mencium wanita karena sebuah alasan. Yessie mencoba memahami hubungan mereka yang masih sangat membingungkan buat dia. "Aku tidak tahu. Aku hanya melakukan ini begitu saja." Berlibur ke New Jersey sepertinya membuat hubungan mereka berdua semakin erat. Siapa yang bisa menjamin kapan cinta itu datang? Tentu kita semua tidak tahu persis periode datangnya.
Yessie tidak membalas, dia meminta penjelasan lebih dari Austin dengan sebuah isyarat. Yessie membulatkan mata seakan dia bertanya sebenarnya apa maumu. Dan Austin sepertinya tidak terlalu peka dengan pandangan itu. "Aku berangkat." Austin benar-benar beranjak dari kamar usai berhasil mendaratkan kecupan di kening Yessie.
"Sebenarnya, apa mau dia?" batin Yessie. Wanita itu mengganti pakaian karena mau keluar rumah. Dia sempat memberi tahu Austin kalau dia akan ke restoran Jepang. Jadi Yessie cuma mengirimkan pesan singkat--berharap Austin mengerti kondisi wanita itu.
Yessie : Aku mau ke restoran Jepang. Kau suamiku dan kupikir kau berhak tahu ke mana aku akan pergi.
Yessie memakai pakaian dan jaket khusus untuk ibu hamil. Tak lupa ia memakai gincu merah. Dia tidak punya banyak teman. Yessie hanya akan makan sendirian. Dia sudah terlalu sering bersama Austin. Yessie merasa kebebasan wanita itu terkuras setelah Austin memberikan banyak perhatian. Dia tidak bisa bergantung pada lelaki itu terus-menerus. Yessie mesti belajar mandiri.
Austin : Baiklah. Aku mungkin pulang agak telat. Aku harus latihan lebih keras.
Austin membalas pesan Yessie waktu wanita itu sudah dalam perjalanan menuju restoran. Segalanya terasa menyenangkan saat mereka tidak bertengkar maupun berdebat.
Yessie : Semangat. Kau harus semangat latihan agar kau menang.
Butuh sepuluh menit untuk sampai di restoran Jepang yang diidamkan oleh Yessie. Wanita itu memesan sashimi dan kimchi. Dia merasa bahwa dia harus makan lebih banyak dari biasanya. Bayi dalam perut wanita itu butuh lebih banyak energi. Yessie menyapa pelayan yang menghampirinya. Pelayan restoran itu sepertinya punya keturunan Jepang. Matanya sipit dan pipi yang kokoh. Dia sangat ramah dan Yessie tidak bisa kalau tidak memberi tip kepada pelayan itu.
Pesanan Yessie belum sampai ketika seseorang menghampiri wanita itu. Senyum merekah dia tunjukkan di wajah manisnya. Anthony Hall bawahan Patrick McDowell ada di sana. "Dunia begitu sempit. Aku tidak tahu kalau kau suka makanan Jepang," seru Anthony. Kebetulan yang amat ditunggu-tunggu.
"Aku suka makanan Asia sejak masih sekolah," jawab Yessie. Dia meminta Anthony duduk sehingga mereka bisa bertatapan muka lebih dekat. "Apa kau tidak ada pekerjaan? Kau masih punya waktu untuk makan di restoran," komentar Yessie. McDowell Entreprise merupakan perusahaan besar. Anthony semestinya tengah sibuk mengurus perusahaan itu. Dia tentu banyak kerjaan penting.
"Aku cukup sibuk. Aku cuma punya satu jam di restoran ini." Beruntung sekali karena Anthony bertemu Yessie. Mereka bisa saling bicara karena kebetulan Anthony pun datang sendirian. "Wow. Kau pasti sangat suka makanan Jepang," balas Yessie.
Anthony membenarkan dengan begitu antusias. Dia berseru, "Sangat suka. Aku tidak tahu mengapa makanan Jepang sangat enak." Pesanan Anthony datang. Lelaki itu meminta pelayan menaruh di meja Yessie. Dia amat gembira bertemu Yessie lagi. "Kau tidak pernah menghubungiku setelah aku beri kau kartu namaku." Kartu nama itu sudah dibakar oleh Austin.
"Aku agak sibuk mengajar. Aku menghabiskan waktu memeriksa tugas harian muridku." Yessie belum pernah mengecek tugas harian muridnya. Dia merasa kalau dia mesti melihat tugas-tugas muridnya sepulang dari restoran ini. "Kita berdua sam-sama sibuk dan sama-sama menyukai makanan Jepang," ungkap Anthony sumringah.
"Apa aku boleh makan?" Anthony kurang enak bila dia mencoba rasa makanan di hadapannya sementara Yessie hanya menyimak. "Makan saja. Pesananku pun sudah tiba." Yessie menunjuk ke pelayan yang melangkah ke arah mereka.
"Kudengar kau berkunjung ke vila New Jersey." Anthony memecah keheningan waktu Yessie sudah mencicipi sashimi yang dia order. "Bagaimana kautahu? Astaga ternyata banyak mata-mata menghantui hidupku," canda Yessie. Anthony tergelak pelan. Dia menyebut bahwa itulah risiko menikahi anak pengusaha kaya. Kalimat Anthony cukup lucu sebab Yessie dan Austin menikah diam-diam.
"Jadi kau dan Austin sudah saling mencintai?" Pertanyaan Anthony membingungkan wanita itu. "Ya, kurasa kami sudah--, saling menyukai." Yessie tidak mau kesalahan yang sama terulang. Dia tidak akan memberikan kesempatan kepada lelaki yang mau masuk ke dalam kehidupannya. Yessie sudah terlanjur merasa bersalah karena membuat Nick patah hati dan hal yang sama tidak akan terulang lagi.
"Hebat sekali. Beberapa hari lalu kalian masih saling benci dan rasanya mustahil mendengar kalian sudah saling suka dalam waktu singkat." Waktu itu Anthony memang menyaksikan bagaimana Austin mengejek pakaian Yessie.
"Cinta datang seiring dua orang terus bersama. Kami punya momen yang hanya kami berdua yang tahu hal itu." Yessie mengamti senyuman mencemooh dari Anthony. Wanita itu tak mau ambil pusing dan tetap melanjutkan menyantap makanan di hadapannya.
See u next time!
Instagram : Sastra bisu dan Erwingg__
Youtube : Sastrabisu dan Erwingg
Tik tok : Erwingg__
Joylada : Erw123
Tumblr, Webnovel, Novelme, Innovel : Erwingg
Facebook (Halaman) : Sastrabisu
![](https://img.wattpad.com/cover/124473295-288-k130717.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bastard Husband (Young Daddy)
General Fiction"Kau mulai cerewet seperti ibuku, Yessie! Sejak kapan kau perhatian seperti ini padaku?" Austin tersenyum miring. Meletakkan kakinya di atas meja sambil menyemburkan asap rokok di udara. Kali ini tidak ada lagi kata "Bu" yang menyertai kalimatnya. Y...