***
"Aku tidak bisa," jawab Yessie mantap. Melanie tampak kecewa namun dia harus menghargai keputusan menantunya. Kita tak bisa memaksakan kehendak orang lain apalagi itu menyangkut masalah hati. Yessie sudah banyak tersakiti. Dia mencoba jadi tangguh, dan memilih jalan hidupnya sendiri. Yessie berpendapat bahwa selagi Austin masih mempertahankan Erica. Itu berarti Yessie tidak ada artinya bagi lelaki itu.
"Baiklah. Tetapi bersediakah kau hadir di acara ulang tahun perusahaan McDowell Enterprise nanti malam? Tadinya aku berniat mengumumkan kalau kami akan segera punya cucu tetapi tampaknya baik kau dan Aussie. Kalian berdua belum siap memublikasikan pernikahan kalian. Kalian bahkan mau berpisah." Melanie cukup murung mengatakan itu.
Yessie tidak bisa menolak permintaan mertuanya. Dia hanya perlu hadir di acara perayaan tersebut. Yessie tidak datang untuk menemani Austin. Dia akan hadir sebagai tamu istimewa Melanie. "Tentu. Aku pasti datang. Aku tidak akan mengecewakan dirimu." Yessie sudah hapal beberapa contoh jawaban saat wawancara kepada tim Universitas Harvard. Jadi dia bisa menghadiri pesta perayaan yang diselenggarakan mertuanya sebelum besoknya berangkat ke Massachusetts. Pesta tidak akan membebani Yessie.
Melanie kelihatan gembira. "Aku sangat bahagia kau mau datang. Aussie mungkin memberimu uang mingguan untuk biaya hidupmu tetapi aku tetap tidak tenang kalau tak menemui dirimu secara langsung di beberapa kesempatan." Yessie tercenung sebentar. Dia merasa ada yang keliru dari perkataan mertuanya.
"Uang mingguan? Apa maksudmu? Aku tidak pernah mendapatkan uang mingguan dari Aussie. Aku hidup dari gaji mengajarku. Aku tak pernah menghabiskan uang kalian kecuali baju yang kauhadiahkan kepadaku," jelas Yessie. Dia tidak mau mertuanya berpikir kalau dia wanita materialistis sebab kenyataannya Yessie tak pernah dapat uang dari suaminya.
"Tunggu--, Aussie tak pernah berikan kau uang? Dia selalu mengatakan kau meminta uang untuk keperluan bayi kalian." Melanie memperlihatkan bukti transfer ke rekening Austin, selain itu dia juga menunjukkan SMS dari Austin yang meminta uang tambahan. "Tidak. Aku sama sekali tak pernah menuntut uang. Aku memang dari panti asuhan namun aku tidak akan memeras keluarga kalian."
Ini tuduhan paling kejam yang di dapatkan Yessie. Dia tidak pernah melakukan tindakan begitu. Bagaimana bisa Austin menjadikan Yessie alasan meminta uang ke orang tuanya. "Kalau bukan buat kau. Untuk apa Aussie meminta uang sebanyak ini setiap Minggu? Apa dia membeli semacam mobil baru? Kemana uang yang selama ini aku berikan?" Melanie tidak habis pikir Austin memanipulasi kepercayaannya.
"Aku tidak tahu. Tetapi saat kami bersama, nyaris setiap malam dia selalu menghadiri pesta. Aku curiga dia mendanai pesta setiap malamnya," jawab Yessie. Dia tidak yakin namun alasan itu cukup logis. "Tidak, Yessie. Berpesta tiap malam tak akan menghabiskan dana ratusan juta rupiah. Aku rasa ada yang aneh di sini. Ada sesuatu yang Aussie sembunyikan."
"Entahlah." Melanie dan Yessie masih bertanya-tanya kemana uang yang diberikan kepada Austin. Apakah uang itu diinvestasikan. Dimana tempat uang itu diinvestasikan? Melanie belum menemukan jawaban, sehingga dia pamit pulang dari apartemen menantunya. Dia kembali mengingatkan Yessie untuk datang ke acara ulang tahun perusahaan McDowell Enterprise. Dan Yessie memastikan itu akan terwujud.
***
McDowell Enterprise telah berdiri sejak tiga puluh tahun lalu. Mereka punya banyak anak perusahaan, ada yang bergerak di bidang retail, finance, hiburan, maupun pertambangan. Perusahaan ini besar dan sangat berpengaruh di New York. Perayaan ini menghadirkan banyak orang-orang penting, bahkan beberapa gubernur maupun walikota wilayah bagian hadir di sana. Yessie merasa kurang percaya diri karena dia datang sebagai seorang guru, mungkin satu-satunya guru.
Yessie Monthgomory memakai gaun merah Versace, salah satu gaun pemberian Melanie. Yessie memakai gaun tak berlengan sehingga tulang selangka-nya terpampang nyata. Dia tidak pernah pakai gaun terbuka seperti itu. Namun demi Melanie dia datang dengan memakai gaun yang sepadan dengan keluarga sosialita.
Yessie menoleh ke sekelilingnya, ada banyak orang di sana seperti acara selebritis. Ada beberapa kamera dan media yang meliput pun hadir di sana. Ketika Yessie melihat Melanie dan Patrick McDowell, Yessie memberikan pelukan lalu cipika-cipiki untuk sekadar menghormati mereka. "Kau harus duduk di depan, Yessie. Kau terlalu cantik malam ini duduk di kursi belakang," kata Melanie. Yessie tidak mau melakukan itu sebab ada Austin dan Erica duduk di depan. Yessie tak mau dekat-dekat dengan suaminya.
"Oh ya. Tetapi aku mau ke toilet lebih dulu." Yessie tidak tahan melihat tatapan Austin. Dia tidak memahami tatapan itu, bukan pandangan kebencian bukan pula pandangan kagum. Benar-benar datar. "Tentu, kaubisa ke toilet sekarang. Seseorang tak bisa menahan tinja mereka selama satu jam," canda Melanie.
Patrick menambahkan, "Kami menantimu duduk di depan." Yessie mengangguk namun dia sama sekali tak niat melakukan itu. Dia merasa tidak tenang setelah Austin mengancamnya agar dia memusnahkan bayi mereka.
Acara peringatan ulang tahun McDowell Enterprise layaknya sebuah konser atau mungkin festival film Hollywood, bedanya semua orang yang ada di sana adalah pebisnis ternama. Yessie mengenal beberapa sebab wajah mereka muncul di beberapa majalah.
Ketika tak ada orang yang melihat, Yessie duduk di kursi paling jauh dari Austin. Yessie berpikir dia bisa duduk tenang namun itu tidak sepenuhnya benar.
Saat dia memutar kepalanya ke arah Austin, lelaki itu tak melepaskan tatapannya terhadap Yessie. Dia terus memerhatikan Yessie. Seakan ada yang salah dari wanita itu. Pandangan Austin tak berhenti, Yessie membayangkan terakhir kali Austin bilang akan mengganggu hidupnya. Tangan Yessie gemetar seolah Austin akan membunuhnya. Dia berkeringat saat Anthony Hall menghampirinya. "Kau tidak apa-apa?" Anthony melihat getaran tangan Yessie.
"Aku baik-baik saja. Aku hanya memikirkan sesuatu." Yessie mencoba menipu Anthony. Dia memegang tangannya yang bergetar, dan itu bekerja. Getaran tangan itu sedikit mereda. Yessie menjauhi pandangan Austin dengan melihat ke arah Anthony. "Kau berkeringat. Kau seperti sedang takut. Ada apa Yessie? Apa seseorang berusaha menganggu dirimu?"
Anthony Hall mengambil duduk di samping Yessie. Dia melirik sekelilingnya namun tidak ada hal aneh. "Tidak ada. Aku tidak apa-apa. Sungguh." Yessie mengambil napas. Dia tidak berpikir akan setakut ini bertatapan Austin. Sebelumnya dia baik-baik saja. Dia tidak menduga kalau dipandangi Austin terlalu lama membuat dia merasa terintimidasi. Yessie merasa Austin akan membunuh bayinya hari ini juga.
"Aku akan ke kamar kecil. Di mana kamar kecilnya?" Yessie tidak menikmati acara perayaan perusahaan mertuanya. Dia sungguh ingin pulang. Hanya saja, dia tak mau mengecewakan Melanie yang mengundangnya secara khusus. Dia tidak bisa pulang jadi dia hanya perlu sembunyi. "Di sana? Kau tidak akan tersesat. Mau kuantar ke sana?" Yessie menggeleng. Dia mau sendirian. Dia tidak sanggup berada dan satu ruangan dengan Austin. Keberaniannya menciut, dan dia ingin lari. Dia harus mengakui kalau dia memang seorang pecundang.
Yessie masuk ke dalam toilet. Dia menangis karena tidak mampu bertahan seperti yang dia bayangkan. Dia tidak sekuat yang dia bayangkan. Mengapa dia mendadak takut ketika Austin melihatnya begitu intens? Itu hanya tatapan biasa. Dia merasakan ada kemarahan Austin dari tatapan itu. Seakan Austin tak mau Yessie ada di acara perayaan ulang tahun McDowell Enterprise. Yessie benar-benar paranoid. Entah apa yang sesungguhnya dipikirkan Austin.
See u next time!
Instagram : sastrabisu
![](https://img.wattpad.com/cover/124473295-288-k130717.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bastard Husband (Young Daddy)
General Fiction"Kau mulai cerewet seperti ibuku, Yessie! Sejak kapan kau perhatian seperti ini padaku?" Austin tersenyum miring. Meletakkan kakinya di atas meja sambil menyemburkan asap rokok di udara. Kali ini tidak ada lagi kata "Bu" yang menyertai kalimatnya. Y...