***
Butuh seharian bagi Yessie untuk menemukan tempat tinggal murah yang dekat sekolah tempat dia mengajar. Apartemen baru wanita itu sangat sesuai dengan harganya. Tempat itu sempit, sangat berbeda jauh dari apartemen tempat Yessie dan suaminya tinggal sebelumnya. Hanya ada satu kamar, dapur dan kamar mandi kecil. Warna dinding bangunan itu putih nan lusuh. Yessie berpikir untuk mengecatnya dengan warna terang kalau ada kesempatan.Lagu The Chainsmokers berjudul This Feeling menggema di dalam ruangan itu. Yessie sedang menyusun pakaian masuk ke dalam lemari. Sampai saat ini Austin belum menghubungi Yessie seakan lelaki itu bahagia ditinggal olehnya. Setiap kali membayangkan hal itu, Yessie merasa amat terluka. Dia memercayai Austin, dia memberikan hatinya kepada orang yang salah. Kini, Yessie berusaha bangkit untuk menyembuhkan hatinya yang terluka.
Yessie merasa sunyi. Dia merindukan kenakalan Austin yang selalu membuat dia marah. Kendati perasaan itu muncul dalam benaknya, Yessie tidak niat ke acara pertandingan Austin. Dia sudah menanamkan dalam dirinya bahwa dia tidak boleh melihat Austin dalam kurun waktu yang dekat demi kesehatan mentalnya.
Pakaian-pakaian Yessie telah tertata dalam lemari sepuluh menit kemudian. Waktu berjalan begitu cepat, Yessie mematikan musik kemudian berbaring. Yessie terlelap sebentar ketika mimpi buruk menghantui kepalanya. Dia melihat Austin kecelakaan mobil di dalam alam bawah sadarnya.
Yessie ketakutan. Dia memang benci Austin. Namun dia tak bisa merelakan kepergian suaminya dengan cara yang tragis. Saat itu juga Yessie meluncur ke tempat pertandingan suaminya. Acara itu sudah selesai dan Yessie berusaha mencari keberadaan Austin. Pria itu tidak ada di mana-mana. Yessie merasa sesuatu terasa sesak di dalam dadanya.
"Kau datang terlambat." Nick berseru saat menyaksikan keberadaan Yessie. "Hai, Nick. Apa kaulihat Aussie? Aku harus bertemu dengan dia. Apa dia baik-baik saja?" Yessie bertanya cepat seakan sesuatu darurat tengah terjadi.
"Tenanglah, Miss Montghomory. Ada apa? Kau kelihatan sangat cemas." Yessie berusaha mengatur napasnya. Dia benar-benar mencemaskan Austin. Meskipun hanya mimpi, Yessie merasa bersalah tidak menonton pertandingan suaminya. Austin mungkin tengah terluka karena Yessie meninggalkan lelaki itu. "Aku tidak bisa menjelaskannya. Aku hanya mau bertemu Aussie."
Yessie murung, jika Austin benar-benar kecelakaan maka Yessie akan sangat terpuruk. "Tenanglah," bisik Nick. Dia memegang lembut pundak wanita itu. "Lihat, Aussie ada di sana." Saat mendengar kalimat itu, Yessie memutar pandangannya. Austin baik-baik saja. Dia masih memakai seragam sepak bola dan tengah asyik berpelukan dengan Erica. Yessie mematung, dan di saat yang sama Austin melihat wanita itu. Mereka bertatapan seperti seorang yang tidak saling mengenal.
"Aku akan bicara dengan Austin," kata Yessie. Dia mengusir perasaan malu yang tengah menguasai jiwanya. Dia melangkah pelan hanya untuk bicara dengan suaminya. Yessie berhenti melangkah setelah ponselnya berdering. Pesan dari Austin.
Austin : Temui aku di luar stadion sepak bola
Yessie menuruti perkataan suaminya. Di luar stadion, Yessie berdiri dengan gelisah sampai Austin benar-benar muncul di depan matanya. Yessie sumringah tetapi Austin tidak membalas reaksi bahagia istrinya. Ada yang salah tetapi Yessie tidak tahu apa. "Aku kalah. Kau pasti senang mendengar kenyataan ini. Kau datang hanya untuk menertawai aku, bukan?"
Austin memberikan senyum kering dan itu melukai perasaan Yessie. "Aku tidak seperti yang kaupikirkan. Aku tidak ke sini untuk mrnertawaimu," balas Yessie. Austin baik-baik saja. Dia tidak mengharapkan kehadiran istrinya di sana. "Lalu apa? Apa tujuanmu datang ke tempat ini? Menyemangati Nick selingkuhanmu itu? Kau mau memberikan dukungan kepada dia, kan?"
Yessie melototkan mata. "Aku tidak selingkuh dengan Nick!" Hari sudah malam namun suasana terasa begitu panas berkat api kemarahan Austin. "Aku ke sini karena aku mencemaskan keadaanmu," lanjut Yessie jujur. Dia berharap kemarahan suaminya segera padam. Dia tidak sanggup melihat kegusaran Austin. Yessie seorang wanita dan dia merindukan kelembutan Austin.
"Mengkhawatirkan aku? Apa kau sedang melucu?" Austin tidak percaya. Seakan Yessie sudah berubah menjadi makhluk kotor. Austin kini tampak jijik terhadapnya. "Kau pernah menamparku saat aku bilang kau dan Nick punya hubungan khusus. Lihat sekarang, sudah terbukti. Kau dan Nick memang punya hubungan spesial. Nick mencintaimu dan kau pura-pura menyukai aku."
Yessie tidak bicara saat Austin terus berceloteh, "Kau keluar dari apartemen kita karena kau dan Nick sudah merencanakan dengan matang untuk hidup bersama. Aku yakin kalian sudah sering berhubungan badan di belakangku. Aku paham betul wanita seperti apa dirimu."
"Memangnya wanita seperti apa aku bagimu?" Austin tampak ragu menjawab pertanyaan itu. Satu alis kanannya naik ke atas menciptakan kerutan di sana. Ego yang Austin miliki amat besar sehingga dia membalas, "Kau yatim piatu yang miskin!"Yessie merinding mendengar kalimat suaminya. Apakah tidak punya harta adalah sebuah kesalahan? Apakah tidak punya orang tua membuat level seseorang menjadi rendah? Tanpa sadar air mata kembali membasahi pipi putih wanita itu.
"Kau mendekati pria muda hanya untuk menguasai harta mereka. Kau tinggal bersama Nick hanya karena dia punya mobil BMW. Kalau hanya karena masalah mobil BMW aku bisa memberimu sepuluh mobil lebih mahal dari itu. Apa kau berpikir aku miskin?"
"Wow. Akhirnya kau mengatakan itu." Yessie melihat ke arah lain seiring air mata bergulir membasahi pipinya. Yessie benci saat dia menangis. Dia ingin menjadi wanita kuat. Akan tetapi cowok sialan ini selalu menghina harga dirinya. Yessie mengelap air matanya. "Aku tidak tinggal bersama Nick."
Sesenggukan dia berkata, "Kita tidak akan bertemu lagi. Aku akan menjauh darimu seperti yang kaumau."
Kenapa dia mesti mencemaskan Austin? Lihat apa yang lelaki itu lakukan terhadap Yessie? Austin seolah senang menyakiti hati wanita itu. "Mungkin aku terlalu naif untuk memercayakan cintaku kepadamu. Kau hanya lelaki berengsek. Kau tidak pernah menghargai perjuangan seorang wanita. Kau mempermainkan mereka sesuka hati."
Austin bereaksi datar. Dia mengusap air mata Yessie dan berbisik, "Aku memang berengsek." Yessie terlalu larut dalam rasa sedu. Dia mengamati mata Austin. Dan di sana masih tak ada tatapan cinta untuk Yessie. Setelah cairan bening di atas pipi istrinya berhasil diusap, Austin berkata, "Aku tidak pernah memintamu mencintai aku. Jangan membebaniku dengan cintamu, Yessie. Aku tidak bisa tidur berkat semua keputusanmu yang tiba-tiba."
Austin meremas rambutnya. "Aku masih 18 tahun. Aku tidak tahu mana yang benar dan salah dalam kehidupanku. Aku bahkan tidak tahu perasaanku sendiri. Kalau kau berniat pergi maka lebih baik jangan temui aku setelahnya. Jangan menambah bebanku, Yessie. Aku tidak bisa terus merasa bersalah kepadamu. Aku mau menikmati hidupku. Seribu kali aku bilang aku suka Erica. Apa kau tidak paham?"Setelah menyebut Yessie gadis miskin yatim piatu. Austin dengan terang-terangan mengusir Yessie dari kehidupan lelaki itu. Memilukan, Yessie memberikan rasa perhatian kepada seorang bajingan. Yessie menyesal datang hanya untuk sekadar menengok Austin.
See u next time!
Instagram : Sastra bisu dan Erwingg__
Youtube : Sastrabisu dan Erwingg
Tik tok : Erwingg__
Joylada : Erw123
Tumblr, Webnovel, Novelme, Innovel : Erwingg
Facebook (Halaman) : Sastrabisu
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bastard Husband (Young Daddy)
General Fiction"Kau mulai cerewet seperti ibuku, Yessie! Sejak kapan kau perhatian seperti ini padaku?" Austin tersenyum miring. Meletakkan kakinya di atas meja sambil menyemburkan asap rokok di udara. Kali ini tidak ada lagi kata "Bu" yang menyertai kalimatnya. Y...