∆∆∆
Usai makan siang, Austin tidak membawa Yessie pulang ke apartemen mereka. Austin melaju ke suatu tempat, Yessie tidak tahu kemana pria itu akan membawanya. "Kemana kita akan pergi?" Yessie bertanya tanpa melihat Austin. Dia terlalu menikmati perjalanan mereka. Pemandangan di luar mobil cukup membuat Yessie terhibur. Dia sudah lama tidak berkelana dan kini Austin mengajaknya jalan-jalan. Yessie tidak akan menyia-nyiakan momen ini.
"Kau tidur saja dulu. Kita akan ke tempat yang sangat jauh. Aku mau menculikmu," kata Austin. Yessie terkesiap. Mereka tidak saling mencintai dan Yessie percaya kalau Austin bisa bertindak nekat. Pria itu bisa saja membuangnya ke tempat yang jauh. "Apa kau serius?" Yessie memastikan apakah benar Austin mau menculik lalu membuangnya.
"Apa kau mau percaya hal itu?" Austin sedang bercanda. Dia tidak akan menculik Yessie. Untuk apa? Setelah beberapa momen yang mereka habiskan bersama, mengapa dia harus menculik Yessie? Tidak ada alasan kuat untuk melakukan itu. "Entahlah. Siapa yang tahu. Kau memperlakukan aku selayaknya aku adalah boneka. Kau menganggap aku mainan. Aku tidak bisa percaya padamu."
Austin memutar lagu Lauv berjudul Tattoo Together dengan volume kecil agar dia bisa mengobrol santai bersama istrinya. "Kau memang imut seperti mainan," jawab Austin sambil mengacak rambut Yessie. Mereka semakin lama semakin akrab tanpa mereka sadari. Yessie sulit memaknai apakah ini yang dimaksud Austin sebuah pujian atau hinaan. Selama ini Austin selalu menghina Yessie. Rasanya aneh bila berengsek kecil ini memuji orang.
"Aku bukan mainan," tegas Yessie. Dia cukup mengantuk, jadi dia menyandarkan kepalanya di dalam mobil. Dia tidak menyadari kalau hal itu membuat dirinya perlahan-lahan akan terlelap. "Aku mau mengatakan sesuatu kepadamu, Yessie. Sepertinya aku harus jujur mengenai perasaanku." Saat Austin mengatakan hal itu, Yessie sudah sangat mengantuk--tak bisa membuka matanya.
"Hmm.."
Yessie bergumam, dia sudah tertidur saat Austin berujar, "Aku merasa bahwa menjadi Ayah muda bukanlah hal yang buruk." Sebelumnya Austin berpikir bahwa memiliki bayi adalah sebuah masalah namun setelah dia mulai menonton video bayi lucu di Youtube, Austin merasa kalau punya anak pasti akan menyenangkan. Ketika dia berumur 34 tahun, anaknya akan berumur belasan tahun.
"Selain itu, aku mulai berpikir bahwa aku merasakan kenyamanan luar biasa bersama dirimu. Aku tidak bisa melupakan kejadian semalam. Maksudku kau sangat hebat. Jika kau terus membuatku terkesan aku bisa saja menyukaimu." Austin meringis saat dia menyebut kemungkinan dia jatuh cinta pada Yessie. Apa benar dia akan melakukan itu? Sepertinya itu mustahil karena Austin mencintai Erica.
"Aku mungkin salah bicara. Anggap saja aku tidak pernah bilang kalau aku akan menyukaimu. Itu lucu sekali. Kenapa aku bicara begitu?" Austin keheranan. Dia menoleh ke arah Yessie untuk melihat ekspresi wanita itu. Dan--, Yessie tidak mendengar apa-apa. Dia sudah tidur. Austin mengamati wajah polos Yessie.
Yessie cukup imut. Dia memiliki wajah rupawan. Austin tidak pernah menyadari kalau dia bisa tersenyum seperti sekarang ini hanya dengan memandangi Yessie. Semua tingkah polos wanita itu membuatnya merasa bahagia. Saat Yessie memegang kartu nama Anthony Hall yang sudah terbakar, dan saat Yessie menuangkan air sambil berkhayal. Segalanya sangat lucu seiring Austin mengingat itu.
Dua jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di New Jersey. "Bangunlah, kita sudah sampai," bisik Austin di telinga Yessie. "Kita berada di mana?" Yessie baru bangun dan dia cukup terkesiap melihat pemandangan tempat mereka berada. Sebuah vila yang sangat cantik. Yessie berpikir apakah dia sedang berada di surga? Kenapa dia mendadak berada di tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bastard Husband (Young Daddy)
General Fiction"Kau mulai cerewet seperti ibuku, Yessie! Sejak kapan kau perhatian seperti ini padaku?" Austin tersenyum miring. Meletakkan kakinya di atas meja sambil menyemburkan asap rokok di udara. Kali ini tidak ada lagi kata "Bu" yang menyertai kalimatnya. Y...