Bab 21 : New Life

1.2K 81 4
                                    

***

"Aku tidak akan mengejar-mu. Kau yang memilih pergi," ujar Austin. Dia kelihatan lelah sehabis latihan sepak bola ditambah lagi dengan waktu kencan bersama Erica. Pria itu menghabiskan banyak energi hati ini. Austin menyempatkan diri mengunjungi Erica setelah perjalanan Austin bersama Yessie di vila mewah New Jersey.

"Aku tidak ingin dikejar olehmu. Kau sudah menentukan pilihanmu. Begitu pula aku. Aku memilih untuk pergi dan kau memilih bersama perempuan lain," tegas Yessie. Austin menghela napas kasar. Dia tidak bicara tetapi wajahnya sangat masam. Dia tidak bisa menghadapi sikap keras kepala istrinya. Tidak, siapa yang sebetulnya keras kepala di sini? Yessie cuma menginginkan kejelasan dalam hubungan rumah tangga mereka. Lalu Austin memilih mencampakkan dia.

Dalam beberapa menit, hanya ada kesunyian di antara mereka. Yessie sibuk mengambil helai demi helai pakaiannya dalam lemari. "Aku tidak peduli kepadamu," gumam Austin memecah kebisuan yang terjadi. Yessie merasa merinding mendengar perkataan itu. Momen mereka di New Jersey seolah hanyalah candaan semata. Mereka sama sekali tidak punya hubungan spesial seperti yang pernah Yessie impikan. Austin selalu menganggap istrinya mainan. "Kau memang tidak pernah peduli kepadaku. Kau hanya peduli pada Erica. Aku hanya sebuah candaan bagimu. Kau tidak mengganggap aku sebagai istrimu."

Yessie sudah selesai menaruh semua barangnya di dalam koper ketika jam menunjukkan pukul 12:30 malam. Dia tidak tahu harus kemana namun dia harus meniggalkan apartemen itu segera tak peduli larut malam. Dia punya harga diri sebagai istri dan dia patut memperjuangkan h itu.

"Kau yakin mau pergi saat ini juga? Ini sudah jam berapa? Apa kau tidak takut? New York adalah kota dengan kasus kriminal terbanyak." Austin tampak frustrasi. Dia menakut-nakuti Yessie seakan Yessie tidak besar di kota itu. Memang tindakan kriminal amat banyak namun kejahatan itu dibarengi dengan banyaknya polisi nasional di setiap sudut jalan. Kota itu aman.

"Kaubilang kau tidak peduli padaku." Austin bungkam. Dia membiarkan Yessie keluar dari dalam kamar sebelum menarik tangan wanita itu dan berkata, "Kau boleh meninggalkan aku kalau kau mau tapi--" Austin tampak ragu mengutarakan apa yang ada di kepalanya tetapi dia tetap memberitahukan niat itu kepada Yessie.

"Aku menantikan kau menonton pertandingan-ku lusa ini. Kau sudah janji kepadaku. Aku sudah berlatih keras demi kau." Austin sudah mengulang di kali seolah istrinya seorang pelupa. Yessie meringis atas kalimat Austin. Lelaki ini sama sekali tidak menyadari perbuatan buruknya? Dia bertingkah seakan dia tidak melukai hati Yessie. Dia berengsek tak berperasaan.

Yessie melepaskan tangan Austin dan membalas, "Kau tidak berlatih demi aku melainkan demi Erica. Kau sangat memuja perempuan itu, bukan?" Gara-gara Erica mereka berdebat. Gadis itu selalu jadi bayangan di alam rumah tangga mereka.

Austin mengamati mata Yessie yang menggenang air mata. Wanita itu akan menangis tetapi masih berusaha menahan kesedihan itu. "Kenapa kau sangat terluka? Apa kau mencintai aku?" Semakin lama Yessie semakin tidak tahan dengan tindakan Austin kepada dirinya.

"Kalau aku bilang iya maka apa yang akan kaukatakan?" Yessie bukan wanita kuat menghadapi rasa sakit. Kini air mata membasahi pipinya. "Ini tidak mungkin. Kau tidak mungkin mencintaiku. Kautahu aku menyukai orang lain. Kaupaham aku bukan lelaki baik-baik."

Yessie sudah terlanjur mengungkapkan isi hatinya sehingga dia meluapkan semua kekesalan yang dia pendam. "Kau memang tidak pernah mengerti perasaanku. Kau hanya seorang lelaki tak punya hati. Kauajak aku ke New Jersey bersama, kau beri aku bunga mawar merah, kita menghabiskan malam bersama, menonton film Passengers berdua. Dan kaubilang itu tidak ada apa-apanya bagimu? Kalau kau tidak mau bertanggung jawab akan hati yang kaubakar maka lebih baik kau tidak usah menyalakan api."

Air mata terus bergulir di atas pipi Yessie. Austin kehabisan kata-kata. Dia tidak membalas satu pun ucapan Yessie. Dia mematung seperti patung di pusat kota.

Yessie meninggalkan Austin. Dan pria itu sama sekali tidak mengejar istrinya. Yessie menunggu di lobi apartemen selama tiga puluh menit tetapi Austin tidak meluangkan waktu untuk sekadar menahan Yessie. Dia sibuk mengurusi ego-nya sendiri.

***

Yessie menginap di hotel karena belum menemukan apartemen murah. Rencananya sepulang dari mengajar, Yessie mau mencari apartemen murah. Apartemen lamanya sudah disewa orang lain dan Yessie mesti cari apartemen baru. Sangat sulit mencari yang murah di New York.

Yessie mengajar jam sembilan pagi. Dia meminta siswa mengumpulkan tugas yang sebelumnya dia berikan. Dan saat Nick memberikan kertas ke Yessie, mereka saling bertatapan. Yessie berbisik, "Kita harus bicara di Monkey setelah ini." Nick menyetujui ide itu melalui anggukan kepala. Setelah Nick mengutarakan isi hatinya kepada Yessie, mereka seperti orang yang tidak akrab lagi. Ada yang mengganjal setiap kali mereka mengobrol.

Nick keluar kelas lebih dulu. Sementara Yessie merapikan kertas tugas muridnya kemudian bergegas menuju Monkey--kafe andalan di sekolah itu. Seperti hari-hari biasanya, Elena pelayan di kafe itu tersenyum begitu manis saat melihat Yessie. "Aku pesan Rasberry," seru Yessie kemudian menghampiri Nick yang ada di kursi pojok kafe.

"Aku minta maaf waktu itu. Aku tidak sopan telah mengungkapkan cinta kepadamu. Saat itu aku sedang mabuk. Aku sadar aku melakukan hal keliru," ujar Nick saat Yessie berhasil duduk di kursi kosong depan cowok itu. "Tidak apa-apa." Lagipula perkataan Nick memang benar. Austin pada akhirnya pilih Erica.

"Aku memintamu ke sini karena aku mau mengembalikan kaos-mu. Aku tidak bisa menerimanya." Yessie menyodorkan kaos milik Nick yang dulu diberikan cowok itu. "Kenapa? Kau bisa menyimpannya saja? Kau tidak harus memberikan pakaian itu kepadaku lagi." Nick memang benar namun Yessie tak mau mengenang seseorang dengan menyimpan pakaiannya.

"Tidak. Aku merasa kau harus memberikan kaos itu kepada orang yang tepat," kata Yessie. Dia melirik Elena yang melangkah membawakan Rasberry pesanan Yessie. "Maksudmu siapa? Elena?" decit Nick. Yessie mengangkat bahu.

"Kaos yang bagus. Aku sudah lama mendambakan punya pakaian begitu," jelas Elena. Yessie memandang serius ke arah Nick sehingga Nick membalas, "Ambil saja. Kebetulan aku punya banyak." Elena sangat senang. Dia berterima kasih lalu melangkah pergi. Dia terus menoleh melirik Nick sembari tersenyum siput. Pipi gadis itu merona, sangat jelas kalau dia sedang jatuh hati.

"Dia selalu tersenyum kepadamu. Kau harus ajak dia kencan." Berada di Monkey, Yessie merasa seperti sedang mengalami deja vu. Melihat Nick dan Elena, Yessie tidak tahan untum menggoda Austin. "Dia gadis yang ramah." Nick menanggapi datar. Yessie tak membalas perkataan Nick, membiarkan cowok itu membahas topik lain.

"Jadi kau akan datang memberikan dukungan ke Aussie besok sore?" Nick belum tahu kalau hubungan Yessie dan Austin sedang bermasalah. Dia mengira Yessie mengembalikan kaos pemberian dia demi menjaga perasaan Austin.

"Aku tidak tahu. Banyak hal yang harus aku lakukan. Aku tidak tahu harus menonton pertandingan kalian atau tidak." Terlalu menyakitkan melihat Austin dalam waktu dekat ini. Yessie mau memulihkan hatinya yang terluka oleh perlakuan Austin. "Kau harus datang. Meskipun kau tidak dukung aku. Aku tetap berharap kau melihat kami. Lebih tepatnya menyaksikan siapa pemain sepak bola terhebat. Aku atau Austin." Nick bercanda.

Wajah Yessie tetap serius. Dia meneguk Rasberry buatan Elena. Minuman itu sangat lezat, Yessie merasa ketagihan akan minuman segar itu. Yessie menghela napas lalu mengakui apa yang tengah menimpa rumah tangga dia dan Austin. "Aku dan Aussie sedang menjaga jarak. Kami berdebat lagi dan kupikir hubungan kami sulit menyatu. Kau benar saat mengatakan dia akan memilih Erica. Aussie tidak bisa mencintai aku."

Nick menggeleng tidak percaya. "Aussie pernah bilang aku hanyalah wanita tua. Dia jelas jijik kepadaku." Yessie menyeringai, dia merasa sangat jelek setiap kali mengingat perkataan Austin waktu Yessie mendesak menikahinya. Kini mereka telah menikah namun Yessie tak pernah bisa memiliki Austin seutuhnya. Ada perempuan lain di hati lelaki itu dan Yessie tak mampu menggantikan posisi cewek itu.

See u next time!

Instagram : Sastra bisu dan Erwingg__
Youtube : Sastrabisu dan Erwingg
Tik tok : Erwingg__
Joylada : Erw123
Tumblr, Webnovel, Novelme, Innovel : Erwingg
Facebook (Halaman) : Sastrabisu

My Bastard Husband (Young Daddy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang