Bagian 9 Pegangan Itu

85 9 0
                                    

Pak Miko masuk kelas, dengan badan tegaknya serta kaca mata yang ia pakai. Di tambah ketukan yang selalu ia bawa untuk memukul siswa yang tidak serius dalam belajar.

“Baik anak-anak bapak absen terlebih dahulu” ucap pak Miko sembari memegang buku absen.

“Baik pak” saut seluruh siswa.

“Amar”

“Hadir pak”

“Aulia”

“Hadir pak”

“Aurel”

“Hadir pak”

“Ahmad”

“Hadir pak”

“Abu”

“Hadir pak”

“Andin”

Sampailah pada absen Andin, siswa tidak ada yang berani menjawab saat nama Andin di sebut.

“Andin kemana?”

Akhirnya Salsa menjawab dengan gugup.

“Itu pak anu…..”

Tidak bisa menjawab akhirnya Reno yang menjawab.

“Telat kayanya pak, kalo ga masuk ga mungkin deh. Secara dia siswa terambis di sekolah”

Teman-teman ku tertawa saat Reno mengatakan itu. Wajah pak Miko berubah seperti hantu di film-film luar negeri sangat menyeramkan.





                                       @

Tangga Sekolah…..

Ku tunggu Andin di tangga, untuk memastikan bahwa aku akan di hukum bersama dia. Aku benar-benar tidak tega kalau dia di hukum sendirian di tengah lapangan. Sudah 10 menit aku menunggunya di tangga. Dan akhirnya aku bertemu dengan Andin yang berlari-lari terburu-buru aku pun menghentikannya.


“Din” panggil ku mencoba menghentikan Andin saat sedang terburu-buru.

Dengan nafas tergesa-gesanya membuat aku semakin kasihan. Ia seperti di kejar-kejar hantu.

“Loh kamu ngapain disini?” tanya Andin dengan nafasnya yang tidak beraturan.

“Gue juga telat” dengan santainya aku menjawab. Aku berbohong demi dia. Aku hanya tidak mau melihat dia kesulitan di hukum sendiri.

“Loh ko kamu engga masuk?” tanyanya kembali.

“Engga ah gue takut ini pelajaran pak Miko, nanti dia marah mending bolos kan,”

“Ih nanti engga ke absen”

“Ya gapapa”

Saat itu juga Andin menarik tangan ku sambil berkata.

“Udah deh ayo masuk, jangan menambah masalah lagi. Kalo kamu kena masalah aku juga. Aku kan udah janji mau buat kamu berubah” ucap Andin. 

Mendengar itu aku bahagia sekali tidak tau mengapa. Dalam hatiku bergumam aku memang sudah berubah din Sekarang, aku jadi aneh melihat tingkah laku ku. Kamu yang sudah buat aku berubah kaya gini.

Aku benar-benar tidak menyangka Andin mengatakan itu. Aduhhh rasanya aku ingin teriak sekencang-kencangnya, senangnya aku. Di tambah dia menarik tangan ku. Aku benar-benar merasakan tangan lembutnya. Bagaikan selimut di kamar ku. Lembutnyaaaaaa. Aku langsung masuk ke dalam kelas bersama dengannya. Saat di depan pintu kelas. Andin langsung melepaskan tangan ku.
Dengan wajah malunya berkata.



“Maaf, kamu si susah di bilangin aku tarik tangan kamu kan jadinya”

Aku dengan senyum nakal ku menjawab.

“Hehe iya gapapa ko, yang lama juga gapapa”

“Kamu ih lagi serius malah bercanda” gerutu Andin dengan wajah imutnya.

Aku dan Andin mencoba masuk kelas. Ku lihat pak Miko benar-benar menyeramkan dengan tatapannya.

“Sini kamu Andin, Rey!” ucap pak Miko dengan tatapan menyeramkan.

“Baik pak”

“Kamu kenapa telat? berdua lagi!” cetus pak Miko.

Salah satu teman ku meledeki ku.

“Cieeeee”

Wajah Reno, Randy, dan Rizky tampak heran dan Randy berkata.

“Perasaan tadi gue liat ada Rey deh”

“Iya tadi gue juga liat” jawab Reno.

Rama hanya tersenyum tipis, dan Randy mencoba bertanya.

“Loh ko lo senyum ma, lo liat kan tadi ada dia?”

“Iya liat, ada orang yang sedang jatuh cinta”

Reno, Randy, dan Rizky masih belum mengerti maksud Rama.

“Apasi maksud lo ma?” tanya Rizky.
Rama tidak menjawab pertanyaan Rizky hanya tersenyum tipis.

Pak Miko dengan ceramahnya masih ku dengarkan.

“Kamu nih gimana si din, kamu mau ikutin Rey yang nakal?” tanya pak Miko merasa tidak menyangka Andin melakukan kesalahan.

“Ih ko saya si pak?” gerutu ku pada pak Miko yang membawa nama ku.

“Diam kamu Rey! bapak tidak bicara dengan kamu!!” bentak pak Miko.

Andin mencoba membela diri.

“Pak maafkan saya, saya telat. Saya janji saya tidak mengulanginya pak” ucap Andin dengan wajah memohon.

“Sudah bapak kecewa sama kamu, kamu tuh siswa pintar!!”

“Pak maaf pak” ucap Andin.

Aku melihat matanya Andin mulai berkaca-kaca. Aku benar-benar kasihan dengan dia. Aku sama sekali tidak pernah melihat siswa menangis karena di marahi guru. Mungkin sebelumnya Andin tidak pernah di marahi jadinya seperti ini.



“Yasudah kamu berdua sekarang keluar dari kelas!! Sesuai peraturan bapak, yang telat harus hormat bendera.”
“Baik pak,” aku dan Andin menjawab.

Kamu Adalah Kenangan (Mengenalmu) TAMAT SEASON 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang