Bagian 47 Kegagalan Itu

29 6 0
                                    

Hari ini tepat sekali pengumuman seleksi masuk sekolah sepak bola itu. Aku pergi bergegas ke sekolah untuk melihat pengumuman itu. Untuk bertemu pak Andri.

“Assalammualaikum pak” ucap ku pada pak Andri.

“Waalaikumsalam, masuk Rey”

“Iya pak, gimana pengumumannya pak?”

Pak Andri menghela nafas dan menjelaskan padaku.

“Maaf ya Rey bapak engga bisa bantu, kamu tidak di terima”

Aku benar-benar sedih mendengar pak Andri berkata seperti itu.

“Yah gitu ya pak” jawab ku dengan wajah melas.

“Iya, kamu cari sekolah yang mudah saja di masuki. sekolah sepak bola ini favorit, banyak yang daftar. Dan pihak sana mencari yang terbaik dari nilai dan pengalaman.” jelas pak Andri.

“Iya deh pak, makasi banyak ya pak. Saya keluar dulu” jawab ku sambil keluar dengan wajah menunduk.

“Iya Rey”

Aku benar-benar tidak ada harapan lagi. Andin tidak ingin berteman lagi padaku. Aku di tolak di sekolah yang aku idam-idamkan. Aku menyesal kenapa dari kelas satu aku tidak belajar dengan serius. Kenapa dari kelas satu aku tidak mengenal lebih dekat pada Andin.

Kalau tahu begini aku benar-benar menyesal. Mungkin ini sebabnya aku berbohong menutupi semuanya dari Andin. Di tambah kedua orang tua ku tidak tahu kalau aku mendaftar. Itu lah sebabnya tuhan tidak merestui semuanya. Makanya aku di tolak hmmmm sakit juga di tolak.

Aku baru ingat kaca yang biasa ku bawa sekolah tertinggal di kelas ku. Aku sengaja membawa kaca bukan untuk mengaca, seperti perempuan pada umumnya. Tetapi untuk melihat Andin secara terus menerus dari kaca. Wajar karena aku duduknya di depan Andin. Andin di belakang ku, jadi tidak bisa melihatnya terus menerus.

Kalau aku menoleh ke belakang dia suka marah, katanya menganggu dia sedang membaca. Jadinya ku biarkan kaca menempel di depan ku agar pantulan wajahnya terlihat di kaca ku. Saat aku sedang menghampiri kelas ku yang tidak ada murid karena kelas tiga sudah tidak datang-datang lagi.

Aku masuk kelas ku dan ku lihat kaca ku masih ada di meja ku yang ku tempel di bangku teman ku di depan. Ku ambil kacanya, saat aku mengambil. Tiba-tiba ku melihat buku novel yang suka di baca Andin yang berjudul Cinta dalam diam. ku tertawa melihat judul novel tersebut. Tak ku sangka Andin membaca buku bergenre romance. ku ambil lah buku novel tersebut berharap nanti akan ku kembalikan padanya.

Aku keluar dari kelas membawa kaca ku dan novel Andin. Saat aku keluar dari kelas. Tiba-tiba aku mendengar guru ku sedang berbincang dengan guru lain. Ku dengarkan mereka berbincang.

“Bu tau ga si Andin murid terpintar itu, dia ga masuk di SMA 2. Kasihan ya padahal pinter. cuma kan balik lagi. dia daftar di sekolah favorit. Banyak yang pintar dan minat”

“Iya bu kasihan, persaingan memang ketat banget ya”

Mendengar percakapan itu, aku langsung menelpon Andin. Tetapi teleponnya tidak bisa di hubungi. Aku tahu betul saat ini Andin sedang sedih. Aku pun juga sedih karena tidak di terima juga. tapi ya bagaimana lagi takdir berkata lain. Aku menerima semuanya.

                                     @

Rumah Andin.....

“Sudah nak, jangan nangis lagi. Kita bisa cari sekolah lain.” ucap bunda menenangkan Andin.

“Sekolah mana bun? Semua pendaftaran sekolah sudah di tutup, aku engga mau di swasta. Nanti teman-teman ku tahu gimana bun? Aku malu” jawab Andin dengan menangis.

“Bagaimana kalau kita telepon pihak sekolah SMA 15” ujar ayah dengan idenya.

“Buat apa yah?” tanya bunda pada ayah yang tidak mengerti.

“Ya kita telepon, mungkin bisa di pertimbangkan anak kita bisa masuk lagi. Soalnya kan kemarin anak kita lulus”

“Oh iya juga yah”

Akhirnya ayah Andin menelpon pihak sekolah SMA 15.

“Selamat siang pak maaf menganggu waktunya. Saya orang tua dari siswa bernama Andin.”

“Iya pak, ada yang bisa saya bantu?”
“begini pak, jadi sebelumnya anak saya lulus di sekolah itu. Cuma karena kendala lain mengakibatkan anak saya tidak menerima dan tidak memberikan data-data anak saya. Bisa tidak ya pak anak saya masuk kembali di sekolah itu? saya akan membayar berapa yang bapak inginkan”

Ayah Andin melakukan ini semuanya untuk anaknya. Dia rela membayar berapa pun agar anaknya dapat masuk kembali di sekolah SMA 15 itu. karena kalau tidak masuk dia bingung harus memasukan anaknya dimana. Walaupun dia seorang guru di SMA 2 dia tidak ingin melakukan hal-hal yang tidak semestinya.

Sekolah SMA 2 juga tidak bisa di sogok. Mungkin dia berharap SMA 15 bisa. Karena belum termasuk sekolah sepuluh besar. Tetapi sama saja tidak menerima penyogok kan juga. Membuat ayah tidak tahu harus berbuat apa.

“Maaf pak tidak bisa, tapi ada peraturan kalau mau masuk kembali. Di haruskan untuk bertukar bangku dengan temannya anak bapak. atau siswa lain yang sudah lulus di sekolah kami. Kalau itu tidak apa-apa karena tidak ada yang namanya penyogok kan”

“Oh seperti itu baik nanti saya kabarin lagi pak.”

“Iya pak, maaf ya kami tidak bisa membantu bapak walaupun karena uang. Karena kami ingin sekolah kami bersih dari penyogok kan”

“Iya pak, maaf ya pak bukan maksud saya seperti itu”

“Iya pak, nanti kalau sudah menemukan murid yang ingin di tukar dengan anak bapak, beritahu saja ya”

“Baik pak”

Ayah memberitahu bunda dan Andin tentang peraturan tersebut. Andin merasa terhina kerena tidak masuk ke sekolah idamannya. Saat itu juga dia menenangkan pikirannya di taman tempat pertama kali Andin keluar bersama dengan ku.

Kamu Adalah Kenangan (Mengenalmu) TAMAT SEASON 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang