Bagian 30 Mengantarkan Sang Putri

31 7 0
                                    

Sekitar sepuluh menit aku menunggu truk datang, aku melihat Andin baru saja sampai di pemberhentian bus.

“Din maaf ya aku ga naik bus hari ini, soalnya kakak aku jemput biar langsung kerumah sakit jaga mamah” ucap Salsa pada Andin.


“Iya sal, engga apa apa ko. Salam ya sama mamah kamu”

“Iya din, kamu hati hati ya”

“Iya sal, udah gih kakak kamu udah nunggu tuh”

“Oke din dahhhh”

“Dahhh” ucap Andin sembari melamabaikan tangan pada Salsa.


Aku melihat Andin dari kejauhan yang sedang menunggu sendirian biasanya bersama Salsa. Hal itu membuat aku khawatir Andin balik sendirian. Aku berinisiatif untuk menemani dia naik bus. Agar memastikan dia sampai dengan selamat. Di tambah aku ingin tahu rumahnya dia.

Tiba tiba truk yang ku tunggu sampai. Membuat teman teman ku menaikinya.



“Bang nebeng ya” ucap Reno pada supir truk itu.

“Ye kebiasaan lo pada, cepetan naiknya!” jawab supir truk itu.


“Siap bang” ujar Reno.

“Ayo guys naek cepet”

“Oke ren”

“Eh lo ko diem aja Rey naek cepet keburu abang abangnya marah” ucap Randy melihat ku tidak bersemangat naik truk gratis.

“Kalian aja deh gue naek bus aja”

“Lah ko gitu? tumben banget lo?” tanya Reno yang merasa heran dengan sikap ku yang tidak biasanya naik bus.

“Udah deh lo jangan banyak tanya, terserah Rey” tambah Rama.

“Woi udah belom si cepet naeknya di belakang macet tuh gara gara lo lama” gerutu abang abang supir truk.

“Iya bang bentar dulu”

“Udah ah lo lama gue gas ya” ucap abang abang truk dengan teriakan.

Akhirnya teman teman ku menaiki truk itu, dan saat mereka sudah berlalu aku menghampiri pemberhentian bus itu membuat Andin merasa kebingungan dengan sikap ku ini.


“Hay din”

“Loh kamu ngapain kesini?”

“Mau naik bus lah hehe”

“Ga biasanya”

“Udah deh jangan banyak tanya, tuh busnya udah sampe”


Aku dan Andin pun menaiki bus yang sudah sampai di depan ku. Aku saat sudah di dalam bus aku sama sekali tidak berkata apa pun hanya melihat jendela kaca bus menikmati udara segar di sore hari. Andin masih saja tidak mengerti kenapa aku naik bus seperti ini tidak biasanya.


“Kamu kenapa naik bus tumben” tanya Andin pelan padaku.

“Karena ada seseorang yang harus aku jaga hehe” jawab ku yang tidak sadar.

“Seseorang? Maksudnya?” tanya Andin kembali.

Mendengar pertanyaan Andin membuat ku gugup untuk menjawab aku sama sekali tidak ingin terlihat di depannya kalau aku sedang jatuh cinta dengannya.

Dengan rasa gugup aku menjawab

“Hehe bukan apa apa jangan banyak tanya deh”

“Aku cuma bingung aja biasanya kan kamu naik truk itu” ucap Andin dengan wajah yang masih kebingungan.

Kamu Adalah Kenangan (Mengenalmu) TAMAT SEASON 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang