Bab 53 Mengungkap kan Perasaan

41 7 0
                                    

Sang putri

"Din, aku boleh ngomong sesuatu?"

Sudah sepuluh menit dia belum membalas pesan ku. Memang kebiasaan sih dia suka seperti itu selalu lama membalas. Aku coba bersabar sembari menatap buku novel Andin.

"Iya Rey?"

Andin membalas pesan ku. Aku coba memikirkan apa yang harus aku lakukan terlebih dahulu.

"Kamu sibuk?"

"Engga, kenapa?"

"Aku boleh cerita"

"Iya, boleh Rey"

"Kamu tau kan aku sering cerita perempuan yang aku suka itu"


Aku memang sering bercerita tentang perempuan yang ku suka selama satu tahun itu pada Andin lewat telponan. Niatnya aku memberikan dia kode agar dia paham kalau yang selama ini aku ceritakan itu adalah Andin perempuan yang ku suka.

Tetapi dia tidak pernah merasa hal itu. Padahal aku sudah menjalaskan detail karakter perempuan yang ku suka ini. Tetap saja dia tidak merasa, aku tidak mengerti maksudnya dia.

"Iya, terus kenapa Rey?"

"Perempuan yang selama satu tahun aku suka dan ku pendam semuanya. perempuan lugu, dengan wajah manisnya. Yang selalu sabar menanggapi ku."

"Hmm kalo boleh tau nama perempuan itu siapa?"

"Aku belum berani kasih tau kamu"

"Kenapa emangnya?"

"Aku belum siap"

Akhirnya karena aku tidak sabar ingin mendengar suaranya aku langsung menelpon dia agar lebih jelas tidak setengah-setengah.

"Hallo din,"

"Iya Rey,"

"Aku belum siap din, bilang namanya siapa"

"Yasudah, perempuan itu sekolah dimana? Bareng kita juga?"

"Iya bareng"

"Pernah satu kelas dengan kita?"

"Pernah"

"Kelas berapa?"

"Kelas tiga"

"Hah!"

"Kenapa din kamu terkejut gitu?"

"Gapapa ko gapapa"

"Tapi, menurut kamu perempuan itu suka juga ga sama aku?"

"Aku belum tau pasti"

"Berarti benar perempuan itu ga suka"

"Tapi kalo kamu kasih tau dia, mungkin biaaku takut dia enolak"

"Yang penting kan kamu udah jujur"

"Iya si"

"Boleh aku tebak nama perempuan itu?"

"Boleh"

"Kan tadi kamu bilang perempuan itu pernah satu kelas dengan kita di kelas tiga. Berhubung aku sekretaris di kelas tiga. Aku masih hafal absen nama anak-anak"

"Terus?"

"Aku sebutin semua nama-nama murid perempuan di kelas kita, nanti kamu tinggal bilang stop saat nama perempuan yang kamu suka aku sebut ya"

"Oke kalo kaya gitu"

"Amelia?"

"Tidak"

"Annisa?"

"Tidak"

"Ara?"

"Tidak"

"Alisa?"

"Tidak"

"Bianca?"

"Tidak"

"Clara?"

"Tidak, mana mungkin dia kan pacarnya Rama" celetuk ku di telepon.

"Denisa?"

"Tidak"

Andin sudah menyebutkan semua nama perempuan di kelas ku. Sampai lah Andin menyebutkan pada absen terakhir.

"Windy?"

"Tidak"

"Terus siapa dong? Aku udah sebutin dari absen pertama sampai terakhir"

"Tadi kenapa kamu lewatin absen kamu?"

"Hmmm aku lupa hehe"

"Yasudah kamu ulang bagian nama kamu"

"Kenapa kaya gitu?"

"Ya gapapa ga adil dong"

"Iya deh iya"

"Andin?"




Tiba-tiba aku terdiam tidak menjawab telepon Andin. Detak jantung ku berdegup kencang. Aku harus mengatakan iya agar aku bisa lega tidak menyembunyikan perasaan ku.


"Hallo Rey?"

"Rey?"

"Iya"

"Jadi siapa perempuan yang kamu suka?"

"Yang tadi aku berkata iya"

"Maksudnya?"

"Absen tujuh perempuan yang aku suka"

Andin tidak menanggapi perkataan ku. Tetapi teleponnya masih bersambung. Aku mulai berbicara lagi.

"Hallo din, kalo kamu mendengar perkataan ku. Aku cuma mau bilang, perempuan yang aku suka, tunggu, dan pendam selama satu tahun itu kamu din. Andini putri,,"

"Hmm aku benar-benar tidak menyangka Rey"

"Jadi gimana? Kamu suka juga atau engga sama aku? mau jadi pacar aku?"

"Gimana ya Rey, aku tutup dulu ya teleponnya."

Saat aku ingin berkata lagi, Andin langsung menutup teleponnya.

Tuh kan bener, lo ko bodoh benget si. Andin ga bakal suka sama lo. Sadar dong. Hatiku bergumam.

Tapi entah kenapa aku lega sudah mengatakannya.

Ku tatap lah bulan yang indah itu. sepertinya bulan itu sedang menertawai tingkah laku ku yang kekanakan ini.

Dalam hatiku bergumam.

bulan, tolong bilang ke dia, kalo gue sangat mencintai dia. Dan tanya dia, apa dia juga suka sama gue?

Kamu Adalah Kenangan (Mengenalmu) TAMAT SEASON 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang