Bagian 26 Hinaan Pada Sang Putri

40 6 0
                                    

Lapangan Sekolah….

Siswa dan siswi berbaris dengan rapi di lapangan mendengarkan pak kepala sekolah berbicara dengan seksama.

“Baik anak-anak bulan kemarin Rey dan teman-temannya mewakilkan sekolah kita untuk bertanding futsal antar sekolah. Dan kabar bahagianya Rey dan teman-temannya memenangkan pertandingan dengan juara 1. Bapak benar-benar bangga. Mari beri tepuk tangan untuk mereka.” ucap kepala sekolah ku depan anak-anak di lapangan karena sudah selesai upacara.


Aku dan teman-teman ku dengan bangganya membawa piala yang besar itu. Menghampiri kepala sekolah di depan. Membuat siswa dan siswi bertepuk tangan dan memuji kami.

“Wah Rey keren banget ya, bisa menang gitu. Andai gue jadi cewenya pasti bangga banget punya pacar kaya dia.”

“Iya bener, udah deh lo jangan halu”

Celotehan siswa dan siswi membuat Andin mendengar. Dia tetap dengan wajah muramnya.

“Sekarang sesi foto ya, Rey yang pegang pialanya.” perintah kepala sekolah.

“Baik pak” jawab ku pelan.

Aku foto dengan teman-teman ku serta guru ku sembari siswa dan siswi melihat kami berfoto di depan lapangan.

“Pertahankan bakat kamu ya Rey, Rama, Reno, Randy, Rizky.” ucap terakhir kepala sekolah itu.

“Baik pak,” seru kami.

Tiba-tiba Clara dengan aksinya di mulai kembali membuat semuanya melihat dia.

“Ramaaaaaaaa pacar gue, bangga bangettttttt!!!” ucap Clara dengan berteriak.

Dengan suara kencangnya membuat semuanya mendengar dan melihat ke arah Clara.






                                     @
Saat istirahat datang, siswa dan siswi beramai-ramai melihat foto seragam. Membuat ku penasaran juga. Aku ingin melihat wajahnya Andin. Saat aku sedang melihat foto tersebut tiba-tiba aku mendengar suara murid perempuan dengan sok tahunya berkata.

“Eh liat deh, masa si Andin yang foto sama Rey, ga cocok tau. Ini pasti dia maksa jadi modelnya!”

“Ya iyalah ga cocok. si Rey lagi keren kaya gitu, masa sama Andin. Secara gitu cowo kaya rey mana suka sama Andin. Muka biasa aja, sifanya kaku banget, dia cuma pinter aja.”


Coletahan murid perempuan itu yang membuat ku geram. aku mengampiri dia agar tidak salah menilai Andin seperti itu.

“Heh!! apa tadi lo bilang berdua!” ucap ku. Wajah mereka gugup.

“Eh rey engga bilang apa-apa ko kita”

“GUE DENGER!!!! Sekali lagi gue kasih tau lo ya, Andin bukan cewe kaya gitu. Dan lo, lo, jangan sembarangan nilai dia kaya gitu. Dia tuh bukan cewe semacam kaya lo yang ngomong tapi engga ada bukti. Dan beraninya di belakang. DASAR TONG SAMPAH!. JIJIK gue sama cewe kaya lo bedua!!!!” 

Saat mengatakan itu aku langsung pergi meninggalkan murid itu. Aku paling tidak suka melihat perempuan ku di hina seperti itu.


Saat Andin melihat foto itu, wajahnya lesu tidak bersemangat. Seperti tidak percaya diri. Dia langsung pergi ke kantin dan menangis karena banyak yang tidak suka Andin dekat dengan ku. Aku pun mencari dia untuk menenangkan pikirannya.


Karena siswa dan siswi banyak yang ngomongin dia di belakang. Bilang andin ga pantes lah buat aku. Sampai-sampai menghina fisiknya. Membuat ku geram melihatnya. Tapi aku tidak bisa menghentikan mereka semua. Yang hanya aku bisa sekarang mencari dia. Dan mencoba menenangkan dia.


“Udah din jangan nangis, jangan dengerin mereka.” ucap Salsa pada andin sembari mengelus pundak Andin.

“Kan aku udah bilang sal sebelumnya aku tidak cantik, tapi kenapa bu Dewi maksa aku buat foto jadi gini kan. Awalnya aku juga sama Ivan tapi tiba-tiba bu Dewi panggil rey buat gantiin ivan.” ungkap Andin di barengi dengan suara tangisnya.


“Iya Din aku tau ko, udah makanya jangan dengerin mereka. kan engga sesuai apa yang mereka duga. Udah ya stop dengerin mereka. kamu cantik ko siapa bilang kamu engga cantik. Udah ih jangan nangis lagi nanti hilang cantiknya loh.”



Tiba-tiba aku sudah menemukan mereka. ku lihat lah andin sedang menangis. Ku hampiri dia dan ku berikan dia tissu sembari menyuruh Salsa pergi.



“Nih buat kamu, udah jangan nangis lagi ya” ucap ku pada Andin mencoba untuk menenangkan dia.

“Kamu ngapain disini? Jauh-jauh sana jangan deket-deket aku lagi” jawab Andin dengan wajah kesal serta jijiknya padaku.

“Loh ko gitu?” tanya ku.

“Oh iya Din, aku ada urusan bentar ya”

Salsa meminta izin pada Andin untuk segera pergi.

“Aku ikut sal.” jawab Andin yang ingin mengikuti salsa.

“Udah engga usah, kasian rey di tinggal. ” jawab salsa mencoba membela ku.

“Kamu kenapa din?” tanya ku kembali pada Andin.

“Gapapa” jawab singkat Andin.

“Terus kenapa nangis kaya gitu?” aku mencoba bertanya kembali.

“Aku bilang gapapa ya gapapa!!” Andin masih sama dengan jawaban yang sebelumnya.

“Aku tau ko, udah jangan dengerin mereka lagi ya. mereka tuh iri sama kita.”

“Kamu tau soal apa hah?”

“Ya aku tau mereka ngomongin kamu di belakang, tapi kan itu engga sesuai apa yang terjadi sebenarnya. Jadi untuk apa kamu masih pikirkan omongan mereka. kan kita yang jalanin bukan mereka.”

“Hah jalanin?” tanya Andin atas perkaataan ku ini.

“Ya maksudnya kan kita yang tahu semuanya. Lagian kamu juga ga paksa aku buat foto sama kamu kan, mereka cuma iri din sama kita.”

“Aku cape deket sama orang yang banyak di sukain di sekolah. Rasanya aku mau mundur”

Andin berkata seperti itu tanpa sadar. Membuat aku terkejut mendengar perkataannya.

“Maksudnya? Mundur apa?” tanya ku yang tidak mengerti maksud dia.

“Eh engga engga maksud aku, aku mau kita jauh aja. Kalo ada tugas yang kamu ga paham. Minta ajarin aja sama yang lain gitu,”

Mendengar Andin berkata seperti itu aku tidak menerima.

“Ya engga bisa gitu dong, kamu kan udah janji sama pak Andri buat bantu aku belajar selama satu tahun ini.”

“Ya abisnya gimana? Mereka semua ga suka!”

“Apa pentingnya si mikirin mereka? kan kamu bilang, kamu paling tidak suka kegagalan dalam membantu siapa pun. Masa cuma perkataan meraka kamu udah nyerah aja.”

“Hmm Iya deh iya.”

Mendengar Andin berkata iya aku senang sekali rasanya karena dia mengikuti perkataan ku.

“Nah gitu dong, mulai sekarang jangan dengerin perkataan mereka. dan kamu harus fokus untuk selalu bantu aku belajar oke?”

“Iya Rey iya”

“Janji ya?” ucap aku sembari mengeluarkan jari kelingking ku.

“Iya janji”

“Udah jangan nangis lagi, nanti jelek loh.”

“Kan aku emang udah jelek Rey. Cewe-cewe kamu tuh yang cantik-cantik.”

“Eits cukup, engga ada cewe cewe aku. Mereka semuanya cuma ngaku-ngaku aja”

“Iya iya”





Gara-gara foto itu Andin menjadi sedih. Sudah satu minggu dia bersabar. Dan aku selalu di sampingnya untuk selalu meyakinkan dia. Dan memerintahkan dia untuk tidak mendengar perkataan siswa dan siswi di sekolah ini.

Kamu Adalah Kenangan (Mengenalmu) TAMAT SEASON 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang