Bab 38 Sandaran Sang Putri

28 6 0
                                    

Sudah enam jam dalam perjalanan siswa dan siswi tertidur termasuk diriku dan teman teman ku. Reno dengan asiknya bersandar di pundak ku saat tertidur, padahal aku sudah menjauh dan mengatur kepalanya untuk tidak bersandar lagi di pundak ku tetapi masih saja begitu.

Membuat ku tidak nyaman dan terbangun dari tidur ku. Saat aku terbangun untuk pertama kalinya aku melihat seorang Putri tertidur pulas dengan wajah lembutnya. Ku lihat lah dia dari kejauhan membuat ku tertawa kecil karena melihatnya yang tertidur pulas dan hampir saja terjatuh yang tidak meneyimbangkan tubuhnya dan kepalanya karena dia duduk di sebelah pinggir.


Salsa di pojok dengan nyamannya dia bersandar di jendela kaca bus. Berbeda dengan Andin yang hampir saja terjatuh karena tidak bisa menyandarkan kepalanya. Melihat hal itu aku tidak tega, ku hampiri lah dia dan mencoba untuk berdiri di sampingnya. Agar kepalanya bisa bersandar di perut ku.


Saat aku sudah mendekat di sampingnya aku mulai berdiri di hadapan dia dan menaruh kepalanya di perut ku. Saat itu juga dia merasa nyaman. Aku berpegangan pada pegangan bus yang di atas kepala ku agar bisa menyeimbangkan tubuh ku. Tepat sekali wajah Andin terpampang jelas di depan ku. Keringatnya membasahi wajahnya mungkin karena busnya terlalu panas membuat dia berkeringat.



Ku coba untuk membantunya dengan memegang rambut poninya yang tergerai rapi di dahinya dan mencoba menyingkirkan rambutnya itu. Rambut hitamnya lembut sekali dan setelah ku singkirkan rambutnya dari dahinya terlihat jelas dahinya yang tidak lebar, dahi kecilnya serta alisnya yang tidak tebal. Tetapi wajahnya sangat mulus.


Angin berhembus pelan dari kaca bus membuat rambutnya tergerai angin. Dalam hatiku cantik sekali.
Sudah sekitar satu jam aku berdiri di depannya. Membuat ku lelah dan mengantuk siswa dan siswi serta guru masih saja tertidur. Andin masih tertidur pulas di sandaran tubuh ku.


Aku yang mulai lelah dan berkeringat menopang kepalanya, langsung membersihkan keringat yang ada di wajah ku. Saat aku membersihkan wajah ku. Andin mengulet mungkin karena badan ku yang bergerak membuat dia merasa tidak nyaman. Pada saat itu juga aku memposisikan tubuh ku seperti semula agar dia nyaman.



Sesekali aku meniup wajahnya agar seperti sedang di kipas, aku senyum tipis saat meniup wajahnya karena dahinya dan rambutnya yang terurai. Aku benar benar sudah lelah tetapi tidak bisa meninggalkan Andin dalam keadaan seperti ini. Akhirnya aku tertidur juga, tertidur di tangan ku yang memegang pegangan bus. Untungnya tangan ku besar bisa menompang wajah ku ini.


Sudah tiga puluh menit aku tertidur akhirnya aku bangun. Ku lihat lah Andin yang masih tertidur di sandaran tubuh ku, dan tidak sengaja aku melihat Salsa yang pelan pelan membuka mata. Pada saat itu juga kepala Andin ku lepaskan di tubuh ku dan ku senderkan pelan pada tubuh Salsa.

Aku pun mulai kembali ke tempat ku agar Salsa dan murid murid tidak bisa melihat ku seperti itu. bagusnya Salsa tidak sadar itu aku karena dia langsung melanjutkan tidurnya. Dan kepala Andin bersender di tubuh Salsa. Dalam hatiku bergumam sembari mengehelus dada ku untung lah Salsa ga lihat.


Sudah dua belas jam di perjalanan, akhirnya sampai dengan selamat. Aku melihat pemandangannya sangat bagus dan indah.


Guru ku memberikan arahan untuk pembagian kamar.


“Baik anak anak sebelah kanan itu untuk kamar perempuan semuanya, dan sebelah kiri untuk kamar laki-laki. Setiap pintu kamar sudah di tempel nama nama kalian. Jadi kalian tinggal melihat pintu kamar saja, sekarang kalian boleh istiahat dan merapikan semuanya. Setelah itu kita makan malam”


“Baik pak” seru murid.

“Yuk Rey, kita cari kamar kita.” ajak Randy padaku.

“Lo duluan aja pada, kalo udah ketemu telepon gue ya” jawab ku pada teman teman ku.

“Oke dah”

Kamu Adalah Kenangan (Mengenalmu) TAMAT SEASON 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang