Bagian 10 Hormat Bendera

85 8 0
                                    

Koridor Sekolah….

Aku dan Andin pun bergegas ke lapangan untuk hormat bendera. Aku melihat jelas kesedihan di raut wajahnya. Kali ini aku mau menghibur dia agar tidak sedih lagi. Aku benar-benar tidak bisa melihat perempuan menangis. Aku lemah untuk hal ini. Rasanya tidak tega melihat Andin dengan wajah imutnya menangis.

“Udah jangan nangis ih, nanti jelek loh”  kata ku sambil menatap wajahnya.
Andin menatap ku dengan wajah berkaca-kaca itu dan tidak menjawab.

“Hidup itu harus gitu din, ada saatnya kita ngelakuin kesalahan supaya kita bisa ambil pelajaran di dalamya” jelas ku yang mencoba untuk menenangkan.

“Tapi kamu engga tau rasanya di marahin dan di hukum” ucap Andin.

“Ih siapa bilang, lo lupa? gue kan suka di marahin dan di hukum sama guru. Udah kebal sekarang gue hehehe”

Mendengar aku berkata seperti itu membuat Andin tertawa sembari menangis. Gemasnya melihat dia.

“Din...” panggil pelan aku kepada Andin.

Andin tidak menanggapi perkataan ku hanya menunduk saja. Aku pun mulai mencari cara agar dapat berkomunikasi dengan dia.

“Oh iya din, sebelumnya makasi ya” aku memulai berbicara lagi.

Mendengar perkataan ku Andin langsung tertuju melihat ku sambil mengusap air matanya. Benar-benar seperti anak kecil makin hari ku lihat tingkah lakunya semakin gemas.

“Makasi buat apa?” tanya Andin kepada ku.

Aku senang sekali Andin menanggapi pembicaraan ku.

“Makasi soalnya lo udah bantu gue belajar dan nilai gue jadi meningkat berkat lo hehehe” ucap ku dengan nyengiran ku.

Andin tersenyum saat aku mengatakan itu, bahagianya aku melihat Andin tersenyum kembali.

“Sama-sama” jawab Andin dengan ketawanya.

“Loh ko lo ketawa?” tanya aku kepada Andin.

“Gapapa, ga biasanya cowo kaya kamu bilang makasi,”

“Loh emang gue cowo kaya apa?” tanya ku kembali pada Andin.

Aku disini mencoba memancing dia dengan pertanyaan itu, berharap dia menjelaskan aku laki-laki macam apa di matanya.

“Loh ko diem?” tanya aku yang masih nyaman menatap wajahnya.

Lapangan Sekolah…..

“Kita sudah sampai di lapangan, mending kita ikutin perintah pak Miko” jawab Andin mengalihkan pembicaran.

“Oke oke, btw lo haus ga gue beliin minum ya?”

Andin tidak menanggapi pertanyaan ku yang tadi, dia mengalihkan pembicaraan. Entah apa maksud dari yang dia lakukan. Membuat aku penasaran. Prasangka ku berkata bahwa Andin hanya memandang ku laki-laki pemalas, nakal, tidak menghargai perempuan. Dan kata-kata buruk lainnya. Membuat ku juga menjawab perkataan yang di alihkan Andin.



“Ih engga usah, kita lagi di hukum tau. Masa masih sempet-sempetnya mikirin minum” ucap Andin menolak tawaran ku.

“Loh emang kenapa? Yang penting kan pak Miko engga lihat kita”

Andin dengan wajah sabarnya menjawab.

“Ih bener-bener kamu ya, kamu ikutin aku aja, aku bilang engga ya engga!” gerutu Andin dengan manjanya.

“Nanti lo cape, terus haus gimana? Kalo sakit gimana? Nanti gue khawatir” ucap ku yang tiba-tiba keluar saja dari bibir ku.

Aku benar-benar tidak sadar dengan perkataan ku ini, membuat wajah Andin memerah dan menunduk menahan malu. Begitu pun aku. Baru kali ini aku benar-benar grogi dekat dengan perempuan. Hatiku berdegup kencang seperti naik wahana dufan.


“Engga tenang aja, aku gapapa ko.” jawabnya dengan pelan.

“Oke oke” aku menjawab dengan singkat.

Andin mengalihkan pembicaraan lagi, agar tidak ada rasa canggung di antara aku dan dia.

“Rey.....” panggil Andin.

“Iya?”

“Tangan kamu hormat bendera, nanti pak Miko lihat kamu ga hormat. Jadi masalah lagi.”

Andin benar-benar siswa yang penurut. Di hukum saja ia masih tetap nurut. Benar-benar berbeda dari ku. Rasanya tidak mungkin perempuan ini bisa suka dengan ku.

“Aduhhh iya nih iya, udah tuhhh!” jawab aku kepada Andin.

Aku memulai percakapan lagi.

“Oh iya, gue mau tanya sama lo deh”

“Tanya apa?”

“Lo kenapa si suka banget belajar? Please jangan nanya balik,” pinta ku.

Andin dengan wajah lucunya dan bibir mungilnya menjawab.

“Kamu kenapa suka banget main bola?”

“Andinnnnnnn....” aku menggurutu.

“Iya apa hehe”

“Serius ih gue nanyanya.”

“Oh kamu bisa serius juga?”

Andin benar-benar membuat ku makin penasaran dengan tingkah lucunya dia. Aku diam tidak menjawab pertanyaan Andin. Andin pun mulai bertanya lagi.

“Ih marah, lucu banget kamu kalo lagi marah. Iya nih iya aku jawab” ucap Andin sembari menatap wajah ku.

Saat Andin mengatakan itu aku langsung melihat dia.

“Apa apa?” tanya ku penasaran.

“Tapi kalo aku jawab, kamu jawab pertanyaan aku juga ya”

“Iya iya iya”

“Janji?” Andin sambil menunjukan jari kelingkingnya kepada ku mengisyaratkan kalau aku juga harus menunjukan jari kelingking ku padanya pertanda perjanjian.


“Ih alay segala ngeluarin jari kelingking segala” jawab aku kepada Andin dengan menahan ketawa.

“Ih udah ikutin aja!” perintah Andin.

“Iya iya iya” jari kelingking ku pun ku keluarkan.


Di tengah matahari pagi yang menyehatkan dan menyinari aku dan Andin di tengah lapangan. Pada saat itu juga kita berdua mendekatkan jari kelingking kita. Dan saling bertatapan, wajah Andin semakin dekat dengan wajah ku.




Keringat yang membasahi di wajahnya sangat jelas ku lihat. Rambutnya yang setengah panjang dan menutupi setengah dahinya yang kecil. Kulit yang tambah putih dan bersinar karena terkena pantulan cahaya matahari. Membuat ku enggan untuk menghentikan pandangan ku. Perempuan ini benar-benar cantik saat melihatnya dari dekat seperti ini. kami pun tersenyum bersama di depan tiang bendera.

Kamu Adalah Kenangan (Mengenalmu) TAMAT SEASON 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang