Bagian 12 Lambaian Tangan

73 8 0
                                    

Dua minggu sudah ku habiskan hanya untuk belajar dan belajar. Karena dua minggu itu jadwal ku untuk ujian semester ganjil serta penambahan nilai. Hari ini tepat sekali pengumuman nilai dan peringkat sudah di umumkan di mading.

Aku benar-benar penasaran. Aku pun turun ke lantai satu bersama teman-teman ku. Ku lihat sekeliling ku tidak ada Andin. Mata ku mencoba melihat di setiap sisi. Melihat ku seperti itu, Randy meledek ku dengan kata-katanya.

“Cari Andin lo ya hahaha?” tanya Andin dengan prasangkanya.

“Ih Engga. Mana mungkin si ngaco lo ah!”

Aku menanggapi dengan wajah memerah.
Sesampainya di mading, ku lihat Andin bersama dengan Salsa. Wah ternyata dia disini dari tadi aku cari hehehe sorry Randy gue bohong sama lo. Gumam ku dalam hati. Aku melihat Andin dengan senyumnya.

Sambil mengangkat tangan kanannya seperti melambai-lambai. Aku tidak paham maksudnya Andin. Baru kali ini Andin tersenyum dan melambai-lambaikan tangan kepada ku. Ku dekati dia, dan dia berbisik di telinga ku.

“Selamat ya,” bisik Andin kepada ku lalu pergi.

Aku tidak mengerti kenapa dia mengucapkan selamat kepada ku, pengumuman pertandingan futsal antar sekolah belum di infokan kenapa dia memberi selamat. Aku mencoba melihat nama ku di mading. Ku cari dan melihat urutan nama ku.

Ku mulai mencari dari urutan bawah. Karena biasanya aku tidak perlu kesusahan saat mencari nama ku. Biasanya aku langsung melihat nama ku di urutan terakhir sudah ketemu. Tapi ini tidak ada. Ku cobalah lihat di bagian atasnya tetapi tetap tidak ada. Tiba-tiba Rama langsung menepuk pundak ku sambil berkata.

“Wahh mantep lo Rey peringkat 5!! Gila gila ga sia-sia Andin ngajarin lo.”

Mendengar Rama berkata seperti itu, membuat aku dan teman-teman ku langsung terkejut dan melihat arah tangan Rama yang menunjuk di urutan kelima. Randy, Reno. Dan Rizky yang sedang mencari namanya langsung terhenti saat Rama berkata seperti itu. Begitu pun aku, aku sangat tidak menyangka akan hal ini.

“Apaaaaaa!!!” ungkap ku dengan kencang membuat siswa dan siswi yang sedang melihat mading langsung tertuju kepada ku. Dan langsung bergumam.


“Berisik banget si, untung ganteng!!” saut salah satu siswa perempuan.


Aku baru tersadar, tadi Andin bukan melambai-lambai kepada ku lebih tepatnya mengangkat tangan dengan jari berjumlah lima. Itu artinya aku peringkat lima. Aku benar-benar terlalu percaya diri sampai sampai saat memikirkan Andin yang tadi, membuatku tertawa melihat tingkah ku yang terlalu percaya diri ini hehehe.



Reno menggerutu.

“Lebay lo ah Rey!”

“Eh gimana gue ga lebay coba. Lo bayangin ya gue dari peringkat terakhir bisa langsung loncat ke lima. Benar-benar ga bisa di percaya!!”

“Iya juga si mantep juga lo, kalo kaya gini mau deh setiap saat, setiap waktu, setiap detik belajar terus sama Andin” ucap Reno kepada ku membuat ku marah dan memukul kepalanya.

“Aduhhhh apa si lo Rey!” rintih Reno sembari memegang kepalanya yang ku pukul.

“Ye lagian lo sembarangan aja bilang kek gitu. Andin cuma buat gue pokonya!. Jangan sembarangan lo minta ajarin belajar ke dia!” bentak ku pada Reno.


“Uluhhhh uluhhhhh posesifnya” ujar Reno dengan wajah menahan ketawanya.
Aneh sekali, kenapa aku marah saat Reno mengatakan itu.

“Ih apasi lo ren, siapa yang posesif. gue cuma ga mau cewe baik baik kaya dia di ganggu sama lo. Nanti di apa-apain lagi. Udah urusin aja cewe lo yang gue panggil kakak itu hahaha”

“Sembarangan, yang penting gue ga gengsi kaya lo, gapapa lebih tua dari gue yang penting gue ga malu buat nyatain perasaan gue weeee” Reno menjawab sambil menunjukan lidahnya.

Aku sebal dengan kata-kata Reno, seperti aku bukan laki-laki yang gentelmen. Rama pun menghentikan perdebatan aku dan Reno.

“Udah udah, gitu aja lo ribut. Mending kita ke kantin?” seru ajakan Rama.

“Ayo nih gue udah laper” tambah Randy.

“Eh bentar, kan Rey peringkatnya naik gimana kalo dia teraktir kita makan?” Rizky memberi ide.

“Nah ide bagus!!” Reno menjawab.

“Nanti aja di rumah gue aja, lebih asik di rumah gue. Nanti di rumah gue sepi mamah papah gue keluar kota biasa kerumah nenek gue,” pinta ku.

“Loh ko lo engga ikut Rey?” tanya Randy.

“Yee kan sekolah, nanti libur baru gue kesana.” jawab ku.

“Oke pas banget nih nanti malam kita rayakan, karena Rey udah naik peringkatnya” ungkap Rama.

“Yes nanti gue bawa film dewasa, nonton deh iya ga gais?” ajak Reno.

Rizky langsung memukul kepala Reno dengan pelan karena selalu saja mengajak nonton film film dewasa itu.

“Aduhhh sakit, apes banget si hari ini gue langsung di pukul dua orang” Reno menjawab dengan wajah kasihannya.

“Yeee lagian lo kebiasaan” tambah Rizky.

“Tapi gue setuju si sama Reno. Udah lama juga gue ga nonton itu” tambah Randy.

Aku terdiam tidak menanggapi mereka. tiba-tiba aku di gubris oleh Rama.

“Weh gimana Rey”

“Oh iya oke. Tapi kayanya nanti malam kita engga usah nonton film dewasa deh” tambah ku.

“Jangan bilang lo tobat?” tanya Randy kepada ku.

“Engga, cuma nanti malam gue mau ajak Andin, soalnya kan dia yang udah bikin gue peringkat 5”

Teman-teman ku terdiam mencoba berpikir atas perkataan ku.

“Emang dia mau gabung ke kita-kita?” tanya Rama.

“Gue rasa si dia engga mau, ya secara dia kan cewe mahal. Terus kita? Kita cowo nakal menurut dia mana mungkin dia mau” Randy menimpali pertanyaan Rama.

Dalam hatiku bergumam Iya juga si mana mungkin tapi kali ini aku ingin sekali mengajak dia, sebagai tanda terima kasih.

“Mending coba aja dulu tanya dia” ungkap Rizky.

“Oke gue coba, nanti kalo dia ga mau yaudah” jawab ku.

“Oke, mending sekarang kita ke kantin” pinta Randy.

“Yuk!!!” balas Reno.

Kamu Adalah Kenangan (Mengenalmu) TAMAT SEASON 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang