Bagian 11 Cita-Cita

98 7 0
                                    

Andin mulai menjelaskan kenapa dia rajin sekali belajar, bisa seambis itu dengan pelajaran.

“Jadi aku niat mau masuk sekolah SMA 2 makanya aku berusaha belajar terus. Nah........ ”

Andin belum melanjutkan penjelasannya aku langsung tercengang, dan memotong pembicarannya.

“Apa SMA 2?” aku tanya dengan terkejutnya.

Wajah Andin penuh heran saat aku bertanya itu.

“Ko kamu kaget memangnya kenapa?”

“Ya itu sekolah favorit din makanya gue kaget”

Andin tidak menanggapi perkataan ku, ia hanya menunduk sepertinya ia kecewa dengan respon ku seperti itu. Aku mulai dengan mengatakan semangat.

“Eh tapi tenang, lo kan pinter, terus nilainya bagus, nurut, ya pasti masuk lah. Emangnya gue, ya ga bakal masuk sekolah itu hahahaha”

Andin mengangkat kepalanya. Dan tertawa membuat ku merasa tenang.

“Emang aku bakalan bisa masuk ya?” Andin bertanya.

“Ya pasti masuk tenang aja. Gue dukung lo semangattt!!!” aku mengatakan sambil mengepal  tangan ku dengan simbol semangat, Andin pun ikutan dan tersenyum.

“Semangattttt!!” tambah Andin sembari mengepal tangannya yang sebalah kanan.

“Oh iya emang lo kenapa ke pengen banget masuk sekolah itu?” aku mulai bertanya lagi.

“Sebenarnya aku ke pingin banget jadi dokter, makanya aku masuk sekolah itu supaya nanti mudah masuk universitas kedokteran” jelas Andin padaku.

Aku benar-benar tidak menyangka dengan perkataan Andin. Membuat ku benar-benar salut dan bangga. ia selalu belajar ternyata ingin mengejar itu. Sama halnya seperti aku yang mengejar mimpi ku yaitu ingin menjadi pemain bola yang profesional.

Tapi sepertinya aku tidak akan mengatakan kalau setelah lulus dari sekolah ini akan meneruskan sekolah di tempat sepak bola itu. Melihat Andin beberapa hari lalu menolak tawaran ku untuk melihat ku bertanding. Sepertinya dia tidak suka. Kalau aku beritahu dia yang sebenarnya. bahwa pak Andri menyuruh dia untuk membantu ku dengan alasan agar aku menaikan nilai akedemik dan masuk sepak bola itu. Ah tidak akan ku katakan mengenai itu.

“Oh begitu, lo ke pingin banget jadi dokter?” tanya ku kepada Andin.

“Iya dari kecil aku ke pingin banget, udah mimpi ku si” Andin menjawab dengan wajah sumringah karena ingin sekali menjadi dokter.

“Pokonya semangat ya gue terus dukung lo!” jawab ku menyemangati dia.

Andin menanggapi dengan senyum tipis. Dan disinilah Andin mulai bertanya kepada ku.

“Oh iya, kalo kamu Rey kenapa suka banget bola?” tanya Andin dengan serius.

“Ya sama kaya lo, lo belajar karena mau mengejar apa yang lo inginkan kan?”

“Iya, emangnya apa yang kamu mau inginkan?”

Aku menghela nafas dan mulai menjelaskan kepada Andin.

“Gue ingin jadi pemain bola yang profesional. Gatau kenapa saat gue di lapangan. gue ngerasa kaya dunia gue banget. Itulah kenapa gue suka banget bola di banding belajar hehehe” jelas ku pada Andin dengan tertawa kecil.

Andin tidak menanggapi perkataan ku lagi. Dia melamun dan menunduk, wajahnya berubah menjadi lesu saat aku mengatakan itu. Membuat aku heran setiap kali aku menyebut bola, lapangan, bertanding. Wajahnya terlihat putus asa yang di penuhin kegelisahan dan kesedihan. aku tidak mengerti maksudnya apa.

Kamu Adalah Kenangan (Mengenalmu) TAMAT SEASON 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang