10 (maura)

21 3 0
                                    


"Jika Lo terus berlarut dengan kebodohan Lo, kapan Lo akan bahagia"

*******

Sudah seminggu lebih setelah kabar tentang Alexa dan alvaren yang sudah pacaran. Dan sudah banyak pula warga sekolah yang mengetahui itu. Kini Naysila hanya bisa diam, tak mampu berkata.

Naysila saat ini sedang berada di pusat perbelanjaan bersama Maura, meski itupun Maura yang memaksanya. Mereka terus berkeliling di mall dengan beberapa kantong belanja di tangan mereka. Naysila tak membeli barang itu dengan uangnya, dia di paksa untuk membeli sesuatu oleh Maura dan maura juga yang membayarnya, meski Naysila sudah menolak tawarannya tapi Maura tak bisa di bantah.

"Ra udah belum nih, dari tadi keliling Mulu. Capek gue.." keluh Naysila dengan peluh yang bercucuran.

"Hehehehe.. iya deh udahan shopping nya, kita ke cafe situ bentar yok" kata Maura dan menunjuk sebuah cafe di hadapannya.

"Nggak ah.." belum juga Naysila menyelesaikan perkataannya, Maura sudah menyela nya.

"Udah, gue yang bayar, ayo" kata Maura

"Gak gak bukan gitu Ra, gue gak enak lah. Lo kan udah beliin baju buat gue, gue pulang aja ya" kata Naysila dan mendapat tolakan dari Maura.

"Gak, Lo harus makan dulu sebelum pulang, ayo" kata Maura Keukeh dan menarik paksa Naysila.
Naysila pun hanya pasrah, meski hatinya tak enak akan kebaikan Maura. Mereka pun memasuki cafe dan duduk di kursi salah satu kafe.

"Lo pesan apa nay" kata Maura setelah memanggil pelayan cafe.

"Samain aja kayak Lo Ra" jawab Naysila lalu Maura pun memesankan makanan mereka.

Sembari menunggu makanan datang, mereka mengobrol dan sesekali tertawa karena candaan dari Maura maupun Naysila.

"Nay ada alvaren" kata Maura di tengah pembicaraan mereka.

"Hmm dimana" kata Naysila yang sudah mengedarkan pandangannya.
Dan netra nya melihat cowok yang di sukai nya sedari kecil bersama perempuan, Alexa tentunya.
Naysila kembali memutar badannya dan menghadap  Maura.

"Lo gak papa kan" kata Maura cemas. Namun Naysila hanya tersenyum, senyum yang tak baik baik saja.

"Nay, jika Lo terus berlarut dalam kebodohan Lo, kapan Lo akan bahagia" kata Maura pada Naysila.

"Entah Ra, gue emang bodoh. Udahlah jangan bahas itu" kata Naysila dan seketika suasana pun hening sesaat.

"Nay Lo kan bisa nyanyi, Lo nyanyi gih. Itu ada panggung" tunjuk Maura ke panggung kecil di kafe itu.

"Gak Ra, gue malu. Lagian gue juga udah lama gak tampil" kata Naysila, Naysila memang memiliki bakat bernyanyi yang di wariskan ayahnya. Dia juga pernah menjuarai perlombaan dan memenangkan juara pertama di perlombaan itu.

"Ya Lo coba lagi dong, bakat itu bagai sebuah pisau nay. Jika jarang di asah pisau akan tumpul, sama dengan bakat Lo yang sudah lama di pendam" kata Maura memberi pencerahan pada Naysila.

"Hmmm gue akan coba" kata Naysila lalu berjalan menuju panggung, setelah sebelumnya dia meminta izin pada pegawai cafe disana. Naysila duduk di kursi tinggi dengan memegang gitar di tangannya, Naysila bukan hanya sekedar bisa bernyanyi tapi dia juga bisa bermain alat musik.

friends & loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang