20

7 1 0
                                    


Naysila memandangi gundukan tanah di hadapannya dengan hati yang tak rela. Pemakaman Miranda sudah selesai beberapa menit yang lalu, tapi Naysila dan kaila masih enggan untuk meninggalkan pemakaman.

"Mamah, mamah yang tenang disana.. Naysila akan coba ikhlasin mamah.. hiks.. aku sayang mamah" Naysila mencium nisan Miranda dengan memejamkan matanya.

"Kita pulang ya, ini sudah sore" kata Samuel dan membawa mereka pulang.

Di dalam mobil hanya ada keheningan, semua diam membisu. Naysila menatap jalanan dengan tatapan kosongnya. Dia masih tak percaya jika Miranda haus pergi meninggalkan mereka.

"Kita udah Sampai, ayo turun" kata Samuel setelah mereka tiba di rumah Naysila.

Mereka turun dari mobil Samuel, di dalam rumah sudah banyak orang. Mereka adalah orang tua Samuel dan juga kakek nenek mereka.

"Sayang" panggil nenek mereka. Naysila dan kaila langsung memeluk nya dan kembali menangis.

"Omaa hiks.. mamah pergi Oma.." ucap kaila, Dewi nenek mereka hanya diam dengan terus mengusap punggung kedua cucunya Tersebut.

"Kalian yang tabah, ini udah takdir" kata Dewi.

"Kalian istirahat lah, pasti kalian lelah" kata Edward, kakek mereka.
Mereka hanya mengangguk lalu meninggalkan keluarga jauhnya itu.

"Kasihan mereka, sudah di tinggal oleh kedua orang tuanya" ucap Aisyah, ibu Samuel.

"Sebaiknya mereka tinggal bersama kita di Bandung pah" kata Burhan ayah Samuel.

"Iya pah, aku setuju" kata Samuel mendukung.

"Opa juga setuju, nanti selepas hari ke tujuh Miranda pergi, kita akan pulang ke Bandung" jawab Edward.

"Tapi apakah tak terlalu cepat" balas Aisyah.

"Maksud aku, mereka itu pasti memiliki teman dan mungkin pacar, mereka pasti akan sangat berat meninggalkan rumah ini juga, karena mungkin banyak sekali kenangan kenangan bersama Mbak Miranda" jelas Aisyah.

"Kamu ada benarnya, lebih baik kita istirahat dulu. Soal ini kita teruskan nanti" kata Edward.

Sedangkan di kamar Naysila, Naysila duduk di sudut kamar dengan tatapan kosongnya. Keadaan nya sangat berantakan, rambut nya yang kusut dan mata nya yang bengkak karena menangis menambah kesan berantakan di dirinya.

Pintu terbuka, Samuel masuk dengan makanan yang di bawanya. Tapi saat memasuki kamar naysila, matanya tak menemukan orang yang di carinya. Hingga setelah menelisik, dia menemukan Naysila yang duduk di sudut ruangan. Samuel menatapnya kasihan lalu mendekatinya dan menyimpan makanan nya di nakas.

"Nay" panggil Samuel namun tak ada balasan dari sang empu.

"Nay, kamu gak boleh seperti ini. Sadar nay" kata Samuel dan menepuk nepuk pipi Naysila. Tapi Naysila masih sama seperti awal. Diam tak berbicara sedikit pun.

"Nay.." panggil Samuel lebih keras. Tapi yang ada, setelahnya Naysila pingsan. Samuel panik, dia memanggil mamahnya untuk segera datang dan menggendong Naysila ke atas kasurnya.

"Ya Allah Naysila, Samuel Naysila kenapa" kata Aisyah yang terkejut melihat Naysila pingsan.

"Dia pingsan mah" ucap Samuel khawatir.

Aisyah mengambil kayu putih dan memberinya ke Naysila.

"Ada apa ini" kata Dewi.

"Naysila pingsan Oma" ucap Samuel dan setelah itu Dewi menghampiri Naysila dengan raut yang khawatir.

friends & loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang